19. All and More

6.2K 679 73
                                        

Seulgi's POV

Aku salah telah memasuki tempat ini. Dari awal, seharusnya aku tau jika Joy mengajakku kesini bukan tanpa maksud. Seharusnya aku sadar,aku tak seharusnya berada disini, bersama dua orang didepan sana yang mungkin tak ingin lagi melihatku.

Kulihat Joy yang kini berjalan menghampiriku. Tangan nya terangkat begitu saja dan dengan paksa ia menarik tanganku untuk mendekat. Bahkan, aku sama sekali tidak berani menatap dua pasang mata itu.

"Aah jadi kau sudah merencanakan ini?" Belum lama aku menghampiri meja itu, Taehyung tiba-tiba membuka suara. Dahiku mengernyit. Niatku untuk duduk disamping Joy ku urungkan. "Kau menjadikan Joy sebagai alasan agar kau bisa menemui kami?" Tanya Taehyung lagi. Seketika aku terdiam.

"Ani, Hyung, sebenarnya aku memang ada janji untuk bertemu dengan Joy." ucap Hanbin kemudian. "Kenapa kau kemari? Kenapa kau ikut? Joy yang ingin bertemu Hanbin bukan kau!" Ucap Taehyung. Aku menggigit bibirku mendengar semua ucapannya.

"Taehyung-ah," ucapku pelan. Ia menatapku tajam seakan mewakili semua kekesalannya. Ia lalu bangun. Secepat mungkin aku meraih tangannya. Seketika itu juga Taehyung menepisnya.

"Kim Taehyung," ucapku tertahan. "Selama ini aku selalu baik padamu. Tapi bagaimana jika aku tak ingin melihat wajahmu sekarang?" Taehyung menatapku kemudian menyeringai. Apa ini Taehyung yang kukenal?

"Aku tak mengenalmu lagi. Pergilah dari sini!" Tubuhku membeku. Mata itu benar-benar tak ingin lagi melihatku. "Dan untuk terakhir kalinya. Bisakah aku meminta satu hal padamu?" Ia melanjutkan.

Saat itu juga, aku merasakan air mataku menggenang di pelupuk. Melihat perlakukannya padaku, melihat kekesalannya, melihat sosoknya yang lain, aku benci. Aku benci Taehyung yang sekarang. Aku terdiam dengan mataku yang mulai berkaca-kaca.

"Sebaiknya kau jangan pernah menemuiku lagi."

"Tunggu-"

Taehyung berbalik hendak meninggalkan kami, namun langkahnya terhenti. Ia berhenti namun tak berbalik, tak ingin menatapku.

"Taehyung,"

Ia tetap tak bergerak.

"Tae, geugo ara?" Mataku menatap punggungnya. (Apa kau tahu?)

"Kau sangat tahu keadaanku selama ini? Juga sakit jatiku," Taehyung perlahan berbalik. Tepat menatap mataku. Dahinya mengernyit.

Matanya masih menyiratkan kemarahan. "Kau sungguh tahu bagaimana aku sering terluka. Lalu, kenapa seperti ini?"

Jika dulu Taehyung selalu menenangkanku, kali ini tidak. Perlahan, aku terisak. Aku rindu Taehyung yang dulu. "Kau juga sangat tahu bagaimana aku bertahan selama ini. Kau juga yang menyemangatiku untuk itu," air mataku jatuh lagi.

"Seandainya, dari awal kau tak membantuku, semua tidak akan seperti ini. Seandainya dari awal kau membiarkanku terluka, semua tidak akan seperti ini. Seandainya aku tidak pernah mengusik kehidupannya, jika saja aku tak membiarkan hatiku terus jatuh padanya, semua tidak akan seperti ini." Kuseka air mata ku yang jatuh.

"Aku selalu berharap suatu hari nanti aku bisa bersamanya. Aku berharap tak akan selalu hidup dalam bayang-bayangnya. Tapi, saat hari itu datang, saat aku diberi kesempatan untuk bisa bersamanya, kenapa takdir berkata lain?

"Apa salah jika aku bersamanya?" Air mataku rasanya tak inging berhenti.

"Aku mencintainya Taehyung, bukankah kau mengerti?"

Dadaku sesak. Air mataku sudah merembes entah seberapa banyak. Taehyung terdiam menatapku yang berlinangan air mata. Tak kupedulikan beberapa orang yang mulai melihat kearah kami.

Deepest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang