13. Stay

8.3K 790 25
                                    

Kami tengah berdiri di peron yang ada di stasiun Seoul. Pagi ini, salju masih berjatuhan dan menumpuk dimana-mana. Entahlah, aku tidak tahu kenapa Jimin ingin naik kereta.

"Kenapa memilih naik kereta?" tanyaku menoleh kearahnya. Wajahnya menatapku sekilas. "Apa tidak boleh?"

"Tapi kau tidak tahu apa yang akan orang-orang lakukan jika mengenali kita,"

"Seorang idol tidak bisa melakukan apa yang diinginkannya? Bahkan hal seperti ini?" Lidahku kelu. Aku tidak tahu ingin berbicara apalagi.

Tidak tahu apa yang salah. Mungkin selama 2 minggu terakhir ada yang terjadi. Aku tidak berani menanyakannya.

Beberapa saat kemudian, suara decitan kereta mulai terdengar. Aku menolehkan wajahku melihat kereta dengan tujuan Busan yang baru saja memasuki statsiun Seoul. "Cepatlah naik."

Kuikuti langkahnya yang kini mencari-cari kursi yang tertera di tiket. Pencarian kami berakhri di gerbong 7, khusus VVIP.

Selama perjalanan, kami hanya saling diam. Dia juga sepertinya tidak berniat ingin bicara.

"Bagaimana kabar Taehyung?"

Aku meliriknya pelan yang kini nampak sibuk dengan ponselnya. "Sudah kubilang jangan menyebut nama pria lain.

Tanganku menggenggam erat ujung bangku yang sedang kududukii. Ada apa dengannya? Kenapa semua perkataan ku dijawab seperti itu.

Baiklah, aku akan diam.

Kuraih ponsel yang ada didalam tasku, lalu menyambungkannya dengan headset. Aku tidak ingin lagi menatap wajah nya yang dingin. Sambil bersender di bangku, aku memalingkan wajahku menatap keluar jendela.

~Mamuri doen i seonyul wieseo,
Na hollo beotigo isseo, ijen naege malhaejwo, kkeutnatdan geol let me know eh~

Lagu Let Me Know menggema ditelingaku. Aku tersenyum saat mendengar suara Taehyung.

Aku merindukanmu. Batinku pelan seraya menerawang menembus keluar jendela.

***

Jimin's POV

Melihatnya seperti ini, rasanya aku semakin menjadi pengecut. Aku tahu kalimat-kalimat yang tadi kuucapkan tidak terdengar baik. Dan mungkin itu yang kini membuat raut sedih tergambar jelas diwajah nya. Aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba menjadi dingin seperti ini.

Aku hanya marah. Marah pada diriku sendiri, marah pada takdir yang seolah selalu mengujiku. Pikiranku kalut karena Joy yang belakangan ini selalu menghubungiku, dengan ancaman-ancaman ane

. Dan puncaknya, semenjak special stage waktu itu. Joy selalu ingin menemuiku, bahkan ia nekat datang ke lokasi syuting atau dimanapun itu.

Aku tidak tahu lagi bagaimana cara untuk menghadapi Joy. Meskipun seribu kali aku mengatakan padanya untuk jangan menemuiku, seribu kali pula ia akan mengabaikannya. Joy yang kukenal sekarang adalah seorang gadis yang ambisius.

Kupandangi Seulgi yang kini menatap keluar jendela dengan tatapan menerawang. Maaf, aku menyakitimu lagi.

Ternyata, aku belum bisa membahagiakanmu. Mengajak mu kemanapun. kupikir itu pilihan yang tepat. Ternyata tida. Joy masih terus mengganggu pikiranku.

Aku hanya bingung. Tidak mungkin aku menceritakan semuanya padamu. Kumohon bersabarlah. Aku pasti bisa menyelesaikan masalahku dengan Joy. Akan kupastikan wanita itu tidak akan bergantung lagi padaku.

***

Beberapa jam kemudian, kami akhirnya tiba di stasiun Busan yang kini dipadati oleh banyak orang.  Aku meraih tangannya yang membuatnya menoleh kearahku dengan raut bingung. "Aku tidak ingin kita terpisah. Akan sulit mencarimu ditengah keadaan yang saat ini cukup ramai."

Deepest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang