29. Awhile

8.1K 759 148
                                        

Author's POV

Ponsel gadis itu terus saja bergetar. Gadis yang masih memandangi dengan tak percaya apa yang ada didepannya kini memilih diam dan tak berkutik. Amarah nya tak lagi memuncak. Yang ada dalam pikirannya adalah, rasa iba yang sangat dalam. Ikut terpuruk mendapati kenyataan yang sungguh pelik terjadi pada sahabatnya, Kang Seulgi.

Drrrtt~

Fokusnya hilang saat mencoba menjawab panggilan di ponselnya.

"Kirimkan alamatnya!" Ucap suara diseberang.

Ia cukup terkejut mendengar suara bentakan dibalik telepon. Ditatapnya layar ponsel yang memperlihatkan nama Kim Taehyung.

"Ada apa?" Ucapnya akhirnya, mencoba fokus dengan si pembicara. Namun nyatanya ia masih terus memperhatikan wanita didepannya yang kini masih terisak.

Sungguh, ia merasa sangat bersalah. Ia tidak tahu semuanya akan seperti ini. Harapan bahwa semuanya akan seperti dulu kini musnah. Nyatanya gadis di depannya kini semakin terpuruk.

Hatinya gusar sampai akhirnya suara di balik telepon kembali menyadarkannya. Tanpa ia sadari sudut matanya basah dan secepat mungkin ia menyekanya agar tak jatuh.

Mianhae eonnie.

"Joy, ini aku Taehyung. Aku di Sydney dan kirimkan alamat rumah Jimin hyung sekarang, ppalli!" Ucap suara itu.

Antara sadar atau tidak. Ia segera mematikan sambungan telpon lalu mengirimkan alamat tempatnya berada sekarang.

"Kuharap kau tidak berbohong. Kuharap kau benar-benar kesini." Batinnya seraya menekan tombol send.

Mungkin harapan terakhir nya sekarang adalah, bahwa Taehyung benar-benar datang menyusul mereka. Rasanya ia tak akan kuat menyaksikan sendiri apa yang ada dihadapannya.

Kakinya melangkah pelan. Mencoba mengelus bahu wanita didepannya yang kini tengah bergetar. Matanya terasa panas. Tatapannya kini beralih, menatap tajam ke sosok pria yang kini terlihat seperti orang yang benar-benar tak dikenalnya. Tatapan kebencian yang sungguh dari sekian lama baru kali ini ia perlihatkan.

"Kurasa aku mulai membencimu," ucapnya tersenyum sinis.

"Eonnie lepaskan tanganmu darinya" ucapnya pelan.

"Seulgi eonnie." Wanita didepannya masih tak berkutik. Lambat laun yang terdengar adalah isakan kecil yang mengisi kebisuan.

Dibaliknya tubuh gadis didepannya. Lantas ia memeluknya, mencoba ikut merasakan setiap kesakitan yang dirasakannya.

"Jangan menangis. Kita akan kembali besok." Bisiknya tepat di telinga gadis yang dipanggilnya eonnie.

"Jangan menangisi pria sepertinya. Maaf aku mengusulkan hal bodoh seperti ini."

Ada getaran aneh saat mendengar kalimat yang diucap gadis bernama Joy itu. Pria yang kini tengah memandangi dua wanita itu tersenyum getir. Sedikit rasa penyesalannya muncul. Tapi ia berusaha menepisnya.

"Kembali lah besok pagi. Carilah penginapan didekat sini." Ujarnya tiba-tiba.

"Kau mengusir kami?" Gadis bernama Joy itu menatapnya tajam.

"Tenang saja. Bahkan sekarang sama sekali tidak terbesit sedikitpun keinginan untuk menetap disini. Jika bisa, aku ingin kembali ke Seoul sekarang juga." Ucapnya. Matanya nyalang. Tak perlu dijelaskan sebesar apa kekesalannya sekarang. Pria itu cukup paham dengan tatapan wanita didepannya.

"Nappeun neom!" Ujarnya. Lalu ditariknya tangan wanita yang sedari tadi dipeluknya. (Jahat!)

"Kajja." Ujarnya. Sebaliknya, wanita disampingnya masih diam. Ditatapnya wajah pria yang masih dicintainya itu.

Deepest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang