28. Faded

6.3K 677 197
                                    

Author's POV

Dipinggiran kota, seorang pria tengah berjalan gontai sambil sesekali menatap layar ponselnya. Dipandangnya kiri kanan jalan yang sepi dan menyadari bahwa malam sudah sangat larut, dan ia berjalan hanya ditemani oleh lampu-lampu jalan yang terlihat temaram.

Ia berbelok diujung gang lalu menaiki tangga besi yang mengarah ke sebuah bangunan yang cukup tua.

Suasana begitu sunyi dan hanya suara kresek hitam ditangannya lah yang mengisi kebisuan. Ia menghela nafas pelan kemudian membuka pintu bewarna coklat tua didepannya.

Ia pun masuk kemudian menyalakan lampu hingga terlihatlah seisi rumahnya.

Sekali lagi ia menghela nafas lalu memutuskan untuk menyimpan semua yang tadi dibelinya diatas meja. Direbahkannya badannya diatas lantai dingin yang hanya beralaskan karpet tipis.

Ia berbaring, tangannya digunakan sebagai alas dan matanya menerawang menatap langit-langit kamar.

Ddrrtt~

Ia menoleh lalu meraih ponselnya yang letaknya tak cukup jauh.

"Ya, ada apa?" Ucapnya setelah menyambungkan headseat di telinganya.

Ia lalu bangun dan mengambil 1 gelas mie instan dari plastik yang tadi dibawanya.

"Aku baru saja membeli makanan." Ujarnya sambil melangkah ke dapur dan mulai membuka bungkus mie instan.

"Iya aku baik,"

Lalu dituangnya air panas kedalam mie dan membuat wangi dari bumbu menyeruak memenuhi sudut ruangan.

"Biarkan saja." Ucap nya sambil tangannya sibuk membuang bungkusan mie kedalam tempat sampah.

"Aku tidak ingin kembali, berapa kali harus kukatakan,"

Ia berjalan kembali ke ruang tengah dengan membawa mie instan yang tadi dibuatnya.

"Jika sudah, maka aku tutup teleponnya."

Lama ia membisu sampai suaranya kembali terdengar. Entah siapa dan apa yang sedang mereka bicarakan.

"Cukup kabari jika dia baik-baik saja. Jangan sering menelponku. Aku tutup teleponnya." Ucapnya kemudian memutuskan untuk mengakhiri sambungan telepon dan meletakan ponsel dan headseat ke lantai.

Dinyalakannya sebuah benda berbentuk kotak kecil didepannya. Ia perlu memukul nya terlebih dahulu sampai benda itu menampilkan cahaya dan mengeluarkan suara.

Ia kembali ke karpet berukuran kecil dan duduk disana. Detik berikutnya ia larut dalam tontonannya yang ditemani segelas mie instan.

***

Joy's POV

"Dasar keras kepala!"

Kulempar ponselku asal, dan untungnya tidak mengenai Yeri yang sedang tertidur di sofa.

Kepalaku berdenyut dan terasa pusing semenjak pulang dari Gangnam Street.

Andai tadi aku tak menyusul Seulgi eonnie, mungkin aku tidak tahu dia dimana sekarang.

Di mobil ia hanya diam. Tak terkecuali aku dan juga Hanbin. Kejadian tadi cukup menjelaskan bahwa Taehyung dan Seulgi eonnie sedang ada masalah. Dan itu tidak lain karena Jimin.

Hampir jam 2 dini hari akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke kamar.

"Yer, yeri, ireona." kugoyangkan pelan bahu Yeri agar ia bangun dan tidur di kamar.

"Kenapa?" Tanyanya dengan wajah yang sangat kusut karena mengantuk.

"Bangunlah dan tidur didalam." Ucapku kemudian membantunya bangun.

Deepest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang