23. Paralyzed

4.9K 578 39
                                    

Is this place called darkness?

***

Jimin's POV

Jika ada satu hal yang paling ku takutkan, maka itu adalah saat aku harus menyaksikan sebuah raga yang tak lagi bernyawa. Ketika aku harus berusaha untuk mengikhlaskan. Ketika aku diuji dan Tuhan ingin aku sabar. Takdir ini lagi-lagi mempermainkanku. Entah kenapa semua tidak pernah sejalan dengan yang kuinginkan. Semuanya seakan salah. Dan aku mulai bertanya, kenapa?

Aku menangis, masih berusaha menahan satu atau dua dokter yang terus saja masuk bergantian ke ruang rawat Seulgi, dengan harapan aku bisa masuk kesana. Hanya ingin memastikan keadaannya saja, aku hanya ingin melihat jika ia baik-baik saja. Sekalipun tubuhku akan luruh ketika melihat tubuhnya yang terbaring lemah.

Tapi sia-sia. Mereka mengabaikanku. Tidak ada yang mempedulikanku. Mereka tidak perduli betapa sakit nya aku. Mereka tidak perduli seberapa khawatir nya aku dengan gadisku didalam sana. "Taehyung.."

"Kapan aku bisa melihatnya?" Air mataku jatuh. Kutatap manik mata Taehyung yang juga berkaca-kaca. Taehyung menggeleng pelan.

"Taehyung, aku ingin masuk kesana. Sulgi membutuhkan ku, Tae. Seulgi ingin aku disana. Aku ingin tahu keadaannya." Tangisku lagi-lagi pecah. Namun, sekeras apapun aku berusaha, sebanyak apapun aku menangis, tetap saja tidak akan mengubah apapun.

Dadaku sesak. Aku terombang-ambing menunggu ketidakpastian. Apa salahku sampai Tuhan membuat takdir sekejam ini? Rasanya belum cukup semua yang telah kami lalui. Berpisah berkali-kali. Saling tersakiti berkali-kali, dan pada akhirnya benar-benar dihadapkan dengan kenyataan yang begitu pedih.

***

How to breathe again when everything that i have has gone? How do i live?

Bagaimana bisa aku mengatakan 'tetaplah disini' sedangkan dia tak bisa mendengarku. Aku mencoba tegar saat mendapati kenyataan bahwa Seulgi koma selama 6 hari lamanya. Selama itu pula rasanya nafasku sendiri hampir hilang.

Ketika dokter mengatakan padaku bahwa ia menderita kerusakan otak karena benturan pada kepala nya yang terlalu keras, sehingga sangat mustahil untuknya bisa mengingat semua kejadian di masa silam. Termasuk mengingat diriku. Dan hal yang lebih buruk, ada kemungkinan tubuhnya akan lumpuh.

Berhari-hari aku hanya bisa menangis, memikirkan bagaimana hudupku tanpanya, memikirkan jika sewaktu-waktu Seulgi bangun dan tak mengenalku, maka selesai. Kukira hanya itu yang harus kupikirkan. Tapi aku salah. Seharusnya aku tak seegois itu.

Ada hal yang lebih penting dari itu. Yang harus kutanyakan, bagaimana keadaan Seulgi, apa yang ia rasakan selama koma beberapa hari, bagaimana rasanya ketika jantungnya terkena DC Shock berkali-kali demi mempertahankan hidupnya, demi membuat jantungnya tetap berdetak, bagaimana mirisnya aku mendengar bahwa Seulgi melewati kejang yang berkepanjangan selama 7 jam setelah dibawa kerumah sakit.

Hatiku perih. Dan aku sadar, tangisku sekarang adalah, bukanlah bagaimana Seulgi harus mengingatku, tapi bagaimana cara agar ia bisa bangun dari koma nya, menghilangkan semua kemungkinan buruk yang akan terjadi. Dan bagaimana ia bisa terlepas dari kesakitannya selama ini. Dokter terpaksa membuatnya koma agar ia bisa bertahan lebih lama, agar ia bisa diselamatkan.

Apapun itu, aku akan selalu menunggunya.

***

15 Januari 2017.

20.02 KST.

Hari ini, tepat 2 minggu Seulgi dirawat. Selama itu juga aku masih belum bisa menjenguknya dan melihat bagaimana keadaannya. Aku hanya mengetahui keadaannya dari dokter yang menangani Seulgi, bagaimana keadaan sebenarnya aku tidak tahu. Orang tua Seulgi sudah dikabari oleh manager Red Velvet seminggu yang lalu, dan selama itu pula Ibu Seulgi terus ke rumah sakit. Ayahnya, aku bahkan baru tahu jika lelaki itu sudah lama tiada.

Deepest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang