"Like i'm in endless tunnel, in darkness with no light. Wake me up, open my eyes."
***
Dia tidur. Tenang. Tak bergerak. Bahkan, aku tidak bisa lagi mendengar detak jantungnya. Mataku membengkak. Ribuan air mata menghancurkan segalanya. Namun, perihnya tidak ada apa-apanya dibandingkan hatiku.
Detik berganti menit. Hari berlalu seakan tak ada artinya. Aku meringkuk disudut ruang tunggu. Tak berniat menatap lalu lalang orang yang bermerumunan. Hatiku berdesir. Berjuta tanya mengapa, haruskah aku melewati takdir yang seperti ini. Aku bangun. Berjalan gontai kearah ruang yang masih tertutup rapat dengan ribuan alat mengerikan di dalam sana.
Ku usap wajahku yang sangat kusut. Aku menantinya. Gadisku yang sedang terlelap begitu lama didalam sana, dengan ribuan jarum yang menusuk menembus kulitnya. "Hyung," kurasakan sebuah tangan menepuk bahuku pelan. "Kau harus makan." aucap suara itu. Namun, aku lebih memilih bungkam. Bahkan tak kulirik sama sekali pemilik suara itu. Kakiku melangkah kembali ke peraduanku. Lalu kembali duduk disana.
"Kau akan sakit nanti," Suara itu kini mengikuti langkah pelanku. Kupeluk lututku lantas menenggelamkan wajahku disana. "Sepertinya air mataku sudah habis." Ujarku nyaris tertawa. Tawa yang begitu miris. "Jimin.." Lagi, suara-suara itu masih memanggilku. Aku tidak ingin melihat siapapun. Tolong tinggalkan aku.
"Hyung.."
"Pergilah," ucapku pelan.
"Jangan seperti ini," ucap suara itu lagi.
"Kau harus makan,"
"Bangun lah, hyung.."
"Pergi," ucapku lagi.
"Pulanglah dan ganti pakaianmu. Kau juga belum makan selama 3 hari. Jangan seperti ini jebal," Aku mendongak, lantas menatap wajah yang sedari tadi masih mencoba berbicara denganku. "Kau ingin aku makan? Bangunkan dia,"
"Kau ingin aku pulang? Bangunkan dia. Kau tak ingin melihatku seperti ini, kan? Jadi, bangunkan dia." Mataku kini berkaca-kaca. "Hyung. Ani, ini salah. Kau tidak boleh seperti ini,"
"Ka," (pergi)
"Hyung.."
"Aku tidak ingin apapun, jadi pergilah, pergi Taehyung," Dan kini air mataku kembali jatuh begitu saja, membuat pria dihadapanku juga ikut meneteskan air matanya. "Jebal geumanhae," (Cukup, kumohon)
"Pergi!" teriakku.
"Hyung..."
"PERGI TAE!! PERGI!!" Air mataku merembes. Memaksa keluar dari pelupuk mataku."Geumanhae jebal," Taehyung ikut menangis. "Dia akan bangun hyung, Seulgi noona pasti akan bangun," Aku terisak dalam diamku.
Seketika, rinai hujan mulai berjatuhan, rintiknya menggema ke seluruh ruangan. Aku menoleh menatap titik-titik yang kini jatuh dari langit. "Aku ingin disini. Jadi kau pergi lah,"
"Jimin.." aku kembali mendongak. Kutatap manik mata pria yang selama ini kuhormati. PD-nim. "Pulanglah.." Aku kembali menunduk. Kupeluk lututku semakin erat dengan tubuh yang mulai bergetar. Butiran air mataku kembali jatuh seakan menangis bersama hujan diluar sana.
"Hyung.."
"Please, leave me alone."
Waktu seakan berhenti, dan detik berikutnya, langkah-langkah itu mulai menjauh, pergi, tanpa jejak dan meninggalkanku sendiri. Ribuan banyangan tentang nya satu persatu muncul, menusuk memoriku dan membuat hatiku terasa semakin sesak. Lagi, membuat air mataku menggenang lalu merembes dari pelupuk, seperti tak ingin berhenti. Suara tawa nya yang seakan nyata. Aku ingin berteriak, menghentikan semua bayangan tentangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Deepest Dream
Fanfiction[COMPLETED] Fiction. Seulmin as the main character. Kinda cheesy and sad at the same time, enjoy. #wattys2018 #1 ㅡ jiminseulgi (121218), ksg (110119) #5 ㅡ seulmin (211220) #6 ㅡ parkjimin (110518) #19 ㅡ seulgi (210518) #33 ㅡ redvelvet (210518) #102...