15. Always

7.5K 757 24
                                        

Hanbin's POV

Seperti laguku. Kurasa aku datang di saat semuanya sudah menjadi Climax. Sudah hampir seminggu aku selalu menjenguk Seulgi noona di dorm. Hampir setiap hari pula aku akan membawakan sekeranjang buah untuknya.

Wanita itu sakit. Kurasa bukan saja tubuhnya yang sakit, tapi juga hatinya. Aku terlalu sibuk sampai tidak pernah mengetahui masalahnya dengan Jimin dan juga Taehyung.

Ia bercerita banyak hal. Bagaimana ia sudah terlalu lelah menghadapi semuanya. Tentang keadaan yang seolah tak pernah mengizinkan nya bahagia. Dan mencintai lelaki itu adalah hal terbodoh yang pernah dilakukannya. Aku masih bersyukur karena ia masih bisa tersenyum.

Malam itu, aku menjemputnya di Chuseok Bridge. Aku menemukannya hampir terjatuh ke jalan. Tubuhnya sudah sangat menggigil, bahkan wajah putihnya terlihat semakin pucat dengan matanya yang membengkak. Rasanya miris sekali aku melihatnya waktu itu.

Dengan bantuan manager Red Velvet, aku menemani dan merawatnya. Butuh beberapa hari sampai ia mau menceritakan semua masalahnya padaku. Meluapkan amarah, kesedihan dan juga kekesalannya lewat air matanya. Begitu terus setiap hari, sampai kurasa aku benar-benar sudah tak tahan lagi melihat keadaannya.

Aku hanya bisa menghela nafas setiap kali dengan susahnya ia mengucap nama pria itu. Ia terlalu bodoh dan naif. Ia yang selalu terluka, tapi masih saja mengharapkan cinta dari pria itu. Masih berharap bahwa pria itu akan datang dan menemuinya entah kapan.

"Rasanya hampir mati karena setiap hari aku selalu merindukannya,"

Begitulah kalimat yang selalu diucapkannya. Meskipun sekarang aku tahu, ia masih belum siap jika harus bertemu dengan Jimin. Disisi lain, Taehyung juga belum ingin bertemu dengannya. Apa yang harus kulakukan untuk membantunya? Pikiranku seketika melayang ke kejadian beberapa hari lalu.

"Hanbin-ah, eodiga?" Bobby bertanya seraya mengernyitkan dahinya ketika melihatku berlari kecil melewati lobi. (Kau mau kemana)

"Ada sesuatu yang perlu ku urus. Aku akan segera kembali." Ucapku setengah berlari sembari melambai kearah Bobby. Pria itu hanya mengangguk pelan dengan wajah yang masih terlihat bingung. Tak ingin berlama-lama, akhirnya aku menyalakan mesin mobil dan segera menuju ke tempat yang dikatakan Taehyung.

-Forest Cafe-

Seperti namanya. Tempat ini dipenuhi oleh tanaman-tanaman yang digantung. Beberapa dibiarkan merambat ke dinding. Aku melangkah pelan namun pasti. Mataku menelisik sudut demi sudut ruangan, mencari pria dengan mantel hitam. Tempat ini cukup sepi. Tidak terlalu banyak orang mengingat ini sudah hampir jam 12 malam.

Taehyung sepertinya memilih tempat yang tepat. Selain dekat dengan gedung YG Ent, tempat ini juga selalu buka 24 jam. Dan akhirnya aku menemukannya. Taehyung menatapku sambil tersenyum saat aku berjalan menghampirinya. Sedang aku hanya menatapnya datar. "Akhirnya kau datang juga," Ucapnya tersenyum."Kau mengganti nomor ponselmu?" tanyaku setelah menghempaskan tubuhku ke kursi dihadapan Taehyung.

"Eoh." Ucapnya pelan. "Kenapa kau baru mengabariku sekarang? Aku bahkan tidak bisa menghubungimu. Kau tahu apa yang sudah terjadi? Apa kau tahu jika Seulgi noona sakit?" pertanyaan bertubi-tubi ku kini membuatnya terdiam. "Ia terluka. dan kau hanya diam saja?"

Taehyung menatapku lekat sebelum akhirnya berbicara. "Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?" Tanyanya tak menghiraukan banyak pertanyaan yang tadi kulontarkan. "Apa yang membuatmu menghindar? Kenapa kau seakan tak perduli lagi padanya?"

"Jawab Hyung." Ucapku pelan.

"Karena jika setiap kali aku melihatnya, hatiku terasa sakit Hanbin."

Deepest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang