Relationship back

27.8K 1.4K 83
                                    

Heyhooo sebelum kita lanjut lagi ke dalam ceritanya disini aku mau ngucapin banyak terimakasih banget buat kalian ya masih stay dan mau relain waktunya buat baca cerita aku disini😘😘😘 yang rela banget nuangin komentar yang bikin aku lebih semangat lagi buat lanjutin cerita ini, ya walaupun cerita nya sedikit ngaco ya bahkan votenya menurun banget😂 tapi aku berusaha biar cerita ini lebih menarik lagi. Sekali lagi makasih banyak😘 kecup dulu😄😄

Oke itu aja yang bisa aku ucapin.
Selamat membaca😊

Cekidottssss...


















" dia terkena anemia." Ucap Dokter acu beberapa menit kemudian saat telah memeriksa keadaan vivi.
" tensi darahnya pun sangat rendah, detak jantungnya pun berdetak sangat kencang sekali." lanjut dokter acu yang memberitahu deril akan penyebab gadisnya pucat seperti ini.

Deril sedikit tertegun, ia tak menyangka gadisnya itu tengah di landa oleh penyakit. Mengapa vivi tidak bercerita kepadanya?. Deril memang tidak sepenuhnya mengetahui tentang anemia. Tapi? Setidaknya ia pernah mendengar sekilas tentang penyakit anemia ini.

" bagaimana tindak lanjutnya dok?" Tanya Deril yang terlihat sangat cemas. Tangannya menggenggam tangan vivi yang cukup dingin.

" sebaiknya.....

" eummm..." vivi mulai terusik akan suara kebisingan dalam kamar itu. Suaranya sangat menganggu sekali baginya. Dengan perlahan Vivi mulai mengerjapkan matanya, lagi-lagi ia ketiduran untuk kedua kalinya. Bahkan kali ini ia tengah berbaring manis di ranjang milik deril, dan di geromboli oleh banyak orang.

Matanya pertama kali menangkap sosok deril yang tengah menggengam tangan dengan penuh kecemasan.
Vivi merasa detak jantungnya masih saja berdetak kencang sekali di dalam sana. Ada apa sebenarnya pada dirinya ini?. Tatapannya beralih kepada dokter acu yang tengah berdiri di sampingnya.

" sebaiknya di rawat, supaya asupan makanannya rumah sakit yang menata" ucap Dokter acu melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong karena vivi yang telah terbangun.

Kerutan di dahi vivi mulai tercetak, apa maksudnya? Siapa yang harus di rawat? Bukannya deril telah di rawat?.

" siapa ?" Tanya Vivi dengan kerutan di dahinya tatapannya tertuju kepada dokter acu.

" kamu! Kamu sakit, kamu ga bilang ke aku!" Ucap Deril cepat dan penuh kekhawatiran.

Vivi mendesah, mengapa deril tau dirinya tengah di landa sakit saat ini.
Ah bego! Dokter acu abis meriksa elo rineykaa! Batinnya menggerutu di dalam sana atas kebodohan vivi kali ini.

" aku gpp deril, aku cuma cape doang ko. Dok, saya gpp, cuma tadi pekerjaan saya banyak banget dan saya cuma butuh istirahat saja" ucap Vivi yang tersenyum dan mulai beranjak dari ranjang deril.

" sebaiknya kamu konsultasi pada dokter fania. Mungkin dengan dokter fania kamu bisa berubah fikiran " ucap Dokter acu dengan senyuman manisnya itu. Dokter fania memang sangat dekat sekali dengan vivi, Bahkan dokter acu mentaksir kalau dengan di periksanya vivi oleh dokter fania mungkin vivi bisa lebih nurut dan mengikuti perintah dokter fania.

" Jangan buat aku cemas bisa? Detak jantung kamu itu ga berhenti-henti rineyka! Bahkan tensi darah kamu rendah!" Ucap deril yang kesal karena vivi sangat keras kepala saja.

" besok saya akan konsultasi ke dokter fania dok. Tapi saya belum mau di rawat malam ini terimakasih telah memeriksa saya dok" ucap Vivi yang mengacuhkan ucapan deril dan tersenyum kepada dokter acu.

Dokter acu menghela nafasnya, ia tidak ingin memaksa keinginan vivi saat ini. Ia hanya mengangguk dan tersenyum. Setelah itu ia permisi untuk kembali kedalam ruangannya. Davi dan salma pun yang merasa akan terjadinya keributan rumah tangga pun segera ikut keluar dari kamar deril. Ya walaupun salma sebenarnya ingin sekali mencabik-cabik vivi sekarang juga karena telah memainkan drama yang menurutnya 'so sakit' itu.

Berawal Dari Pertunangan 2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang