Anemia's

22.5K 1.2K 45
                                    

Heyhooo sebelum kita lanjut lagi ke dalam ceritanya disini aku mau ngucapin banyak terimakasih banget buat kalian ya yang masih stay dan mau relain waktunya buat baca cerita aku disini😘😘😘 yang rela banget nuangin komentar yang bikin aku lebih semangat lagi buat lanjutin cerita ini, ya walaupun cerita nya sedikit ngaco ya😂 tapi aku berusaha biar cerita ini lebih menarik lagi. Sekali lagi makasih banyak😘 kecup dulu😄😄

Oke itu aja yang bisa aku ucapin.
Selamat membaca😊 jangan lupa vomment okeyyy

Cekidottssss...

Budayakan vote dulu😄😄






Selang 5 menit kemudian.
Sonia memasuki kamar melati 05 dengan membawa deril. Kamarnya terlihat cukup nyaman, Kamar yang privasi. Hanya di tempati 1 ranjang dan beberapa sofa di pojok ruangan.
Televisi terpasang mulus di samping ranjang. Apa ini kamar VIP?.

Sonia dan salma membantu deril untuk pindah tempat. Dengan tertatih tatih deril pun mulai menaik keatas ranjang barunya.
Salma memakaikan selimut agar membaluti tubuh deril. Sedangkan sonia ia terus menatap salma dengan hati-hati. Tangannya memasangkan infusan deril dengan benar.

" kamu harus makan dulu der, udah gitu diminum obatnya. " perintah sonia agar deril segera menyentuh makanannya itu.
" biar aku bantu kamu buat makannya der" lanjut sonia yang mengambil keputusannya untuk menyuapi deril makan di pagi ini.

Deril menoleh kearah makanannya dengan malas. Ia mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan sonia barusan.
" apa lo bisa manggil vivi kesini sebentar?" Tanya Deril yang menolak untuk sonia menyuapinya.

Sonia menggeleng cepat " dia sibuk. biar aku yang urus kamu" Ucap sonia cepat dan tak ingin deril terus menerus memanggil nama vivi lagi.

Deril menghela nafasnya " gue pasien dia. Tugas lo udah selesai kan? Lagian gue udah di pindahin juga. Apa lo bisa manggil dia sekarang hmm?" Tanya Deril yang rasa kesalnya mulai bertambah lagi karena wanita yang di hadapannya ini pemaksa sekali. Sama seperti salma dulu.

Sonia terdiam sejenak. Piring yang sempat ia genggam pun ia taruh kembali di atas nakas. Hatinya terasa sakit saat mendengar ucapan deril.
Tapi ia sadar kalau dirinya bukan lah siapa-siapa deril.

"Maaf gue udah lantang" ucap Sonia yang menyadari akan sikapnya yang berlebihan dan terlalu tertera.

Sonia mulai beranjak melangkah keluar dari ruangan deril dengam hatinya pilu. Ia benci dengan dirinya sendiri kenapa harus menyukai pria seperti deril? Pria itu memang sangat mencintai vivi!.
Tapi apa deril ga mikir kalau vivi udah punya alvin?  Batinnya berbicara di dalam sana. Sonia terus menghembuskan nafas resahnya, ia benar-benar ingin sekali bisa merebut hatinya deril. Pria itu sudah mampu membuat dirinya jatuh cinta hari ini.

Sonia melangkah dengan cepat kearah vivi yang tengah duduk di kursi ruang kesehatan sendirian. Sonia benar-benar benci sekali dengan wanita yang kini di hadapannya.

" lo di panggil deril" ucapnya dengan nada keketusannya.

" gue kan sibuk, apa lo ga bilang ke dia?" Tanya Vivi yang masih menatap lurus kelayar monitor tanpa menoleh kearah salma.

" gue udah bilang. Bahkan dia tetep pengen sama lo" ucap Sonia yang masih terdengar sangat ketus.
Vivi menghela nafas kesalnya, mengapa deril tidak memahami situasi vivi saat ini? Apa dia tidak tahu kalau vivi sedang sangat sibuk sekali!.

" udah biarin aja, lagian juga ada tunangannya ini. " ucap Vivi yang mencoba tidak perduli akan pria itu. Dan sebenarnya vivi masih kesal akan sosok salma yang berada di dalam ruangan deril dan berlaga manis saat ini.

Berawal Dari Pertunangan 2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang