Heyhooo sebelum kita lanjut lagi ke dalam ceritanya disini aku mau ngucapin banyak terimakasih banget buat kalian ya yang masih stay dan mau relain waktunya buat baca cerita aku disini😘😘😘 yang rela banget nuangin komentar yang bikin aku lebih semangat lagi buat lanjutin cerita ini, ya walaupun cerita nya sedikit ngaco ya😂 tapi aku berusaha biar cerita ini lebih menarik lagi. Sekali lagi makasih banyak😘 kecup dulu😄😄 maaf loh aku update malem gini😂.
Oke itu aja yang bisa aku ucapin.
Selamat membaca😊 jangan lupa vomment okeyyyCekidottssss...
Budayakan vote dulu😄😄
07.00 wib.
Vivi belum juga memejamkan matanya hingga pagi ini, malam tadi ia tak bisa memejamkan matanya. dimana davi? ia tertidur pulas di rungan tunggu, sedangkan vivi ia terus menunggu di depan pintu ruangan icu deril untuk berjaga-jaga kalau deril takkan kenapa-napa.
Jam 06.20 tadi ia memasuki ruangan deril dengan menggunakan pakaian medisnya. Ia di perintahkan untuk memeriksa keadaan deril bersama dokter fania." keadaannya semakin memburuk" ucap Dokter fania saat meneriksa jantung deril yang semakin melemah.
" lakukan tugasmu yang terbaik dok. Saya mohon" ucap Vivi yang tak sanggup untuk mendengar ucapan dokter fania tadi.
Dokter fania menghembuskan nafas panjangnya " hantaman mobil itu terlalu keras vi, dan itu sedikit mengenai dadanya. Saya sudah berusaha untuk yang terbaik" ucap Dokter fania yang menatap vivi dengan sayu.
Vivi menahan air matanya yang sudah menggunduk di kedua matanya itu. Ia terus menatap deril yang masih terkulai lemas di atas ranjangnya. Deril-nya itu sangat pucat, bahkan? Ia tertidur sangat damai sekali. Ruangan ini di padati oleh suara patient monitor yang sangat menganggu. Vivi ingin segera deril-nya cepat sadar.
" hidup atau mati bukan di tangan saya atau para dokter lainnya vi. Kami hanya bisa membantu dia untuk bisa bertahan, tapi jika hidup dan matinya hanya tuhan yang tau. Berdoalah tiada yang mustahil jika kita meminta yang terbaik" ucap dokter fania yang menyadari kalau vivi sangat tak ingin kehilangan sosok yang ada di hadapannya ini.
Air mata vivi berjatuhan, kedua kakinya terasa sangat lelah untuk bertumpu. Ingin rasanya ia pergi dari sini, dan melupakan semua yang terjadi pada deril saat ini. Ia tak bisa melihat deril seperti ini.
Vivi mengangguk sembari menghapus air matanya yang sukses berjatuhan.
" masih ada waktu 10 menit untuk kamu disini. Setelah itu biarkan dia istirahat " ucap Dokter fania yang menepuk pundak vivi dengan hangat dan segera melangkah keluar dari ruangan deril.
Tangis vivi pecah saat dokter fania baru saja keluar. Ia duduk di samping deril dengan menenggelamkan wajahnya di tangan kanan deril. Ia menangis sejadi-jadinya ia tak sanggup jika harus mendapati cobaan seperti ini.
" jangan tinggalin aku deril! Aku mohon" ucap vivi yang terus menangis dalam Tenggelaman wajahnya.
" kamu janji gaakan ninggalin aku devasa! Aku mohon bangun! Aku emang perawat, tapi aku ga sanggup liat kamu kaya gini! Dari sekian banyaknya pasien aku, cuma kamu yang bikin nyali aku ilang deril! Kamu emang cowo nyebelin! Aku mohon bangun!" Lirih vivi yang terus menangis di samping deril walaupun ucapannya sama sekali tak deril respon.
" maafin aku, maafin ucapan aku der! Jadi sekarang aku mohon kamu sadar"ucap Vivi yang mengeluarkan unek-uneknya selama ini.
Vivi terus menangis di tangan kanan deril. Ia tak bisa menahan diri lagi. Padahal vivi kira pagi ini deril akan sadar dan akan tersenyum kepadanya. Tapi nyatanya? Pria itu masih ingin beristirahat lebih lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berawal Dari Pertunangan 2 (Completed)
Romansa3 tahun telah berlalu, Vivi menjalani hidupnya, layaknya seperti orang normal, tetapi sebenarnya 3 tahun itu semua bukan hal mudah bagi Vivi yang harus melupakan masa kelamnya dulu. Menikmati hidup barunya yang lebih indah dari sebelumnya, hidupnya...