#1 Fior Di Latte*
(Fyor-Dee-Lah-Tay)⭕⭕⭕
"Adrianna Shafa Alana," Bu Sari memanggil namaku dengan lantang.
Aku lekas beranjak dari kursi untuk mendekati meja beliau. "Nilai yang cukup memuaskan, pertahankan." ucapnya sambil tersenyum, menyerahkan lembar ujian Fisika yang aku ikuti beberapa hari lalu.Aku mengangguk kemudian berjalan balik ke bangku sementara Bu Sari melanjutkan memanggil nama murid lainnya.
Tertera angka 88 di ujung kanan bagian atas lembar ujianku. Well, setelah aku teliti, ternyata aku salah di beberapa nomor yang cukup mudah.
"Dapet berapa nyet?" tanya Valen, teman dekatku. Aku mengangkat kertas ujianku dengan bangga. "Kampret," umpatnya. "Kok bisa sih? Nyogok Bu Sari pake apaan lo?"
"Eek lu." Aku menggeleng, "Kemaren gue diajarin Calum." Lanjutku sambil tersenyum-sok-manis.
"Boong banget. Bisa apa sih Calum yang anak IPS?" Cibirnya."Gue remed. 60."
Aku tertawa, "Sialan lo. Seenggaknya kan dia nemenin gue belajar di telpon. Sambil nyanyi lagi dia."
"Lo masih inget 2 dosa besar diantara kita 'kan?" tanya Valen penuh selidik.
Aku mengangguk, "Satu, ngespoiler-in film yang baru rilis..."
"Dua.." lanjutnya, "Bikin iri jomblo, bangsat."
Aku tertawa.
⭕⭕⭕
Calum seperti biasa sudah menungguku di depan kelas, cowok itu mengenakan sweater converse buluk favoritnya.
"Hai." ucapnya sambil tersenyum lebar.
Damn those chubby cheeks.
"Hei." balasku.
"Aku enggak bisa anter kamu pulang hari ini," ucapnya langsung ke inti.
"Oh oke," balasku santai. "Mau ngapain?"
"Ada kelas tambahan ekonomi." Lelaki itu menggelengkan kepalanya pasrah.
"Kelas tambahan?" Aku menahan tawa, "Maksud kamu remedial gitu?"
"Bukan lah," balasnya cepat. "Ya mirip-mirip gitu sih. Jadi kemaren itu aku ngeband di rumah Luke-nginep seharian- aku udah ngajakin mereka belajar, eh malah dicuekin." jelasnya tanpa aku minta.
"Kok enggak nyontek aja?" tanyaku lagi, berniat untuk mengganggunya.
"Enggak." jawabnya singkat.
Shit, i love this boy.
"Yaudah. Aku pulang sama Mama juga bisa." ucapku akhirnya.
"Tapi belum bilang 'kan?" tanyanya. Aku mengangguk. "Kamu nunggunya lama dong ya?" lanjutnya lagi.
Aku mengedikkan bahu, "Enggak papa lah. Udah sana, dicariin mereka nanti."
"Oke. Kamu beneran enggak papa 'kan?" Aku mengangguk lagi, gemas.