#22-Mocha Almond Fudge
⭕⭕⭕
Tidak ada yang berubah dari Your Gelato sejak 3 tahun aku mengenal tempat ini. Termasuk kenangan yang tinggal di dalamnya. Bagaimana pertemuan pertamaku dengan Calum, bagaimana ia memintaku untuk menjadi pacarnya 2 tahun lalu, serta bagaimana cerita-cerita yang hadir di setiap rasa dari gelato yang kami bagi.
Seperti siang tadi, aku kembali memutuskan untuk pergi ke sini. Sendirian. Dan lagi-lagi, Calum, kamu disitu. Duduk di kursi favorit kita dulu.
Tanpa ada maksud apa-apa, aku berjalan mendekat ke arahmu, membawa satu cone gelato rasa favoritku, Nutella dan Oreo. Rasa yang dulu sempat kamu bilang basic saat kita pertama kali bertemu.
Saat itu kamu juga mengatakan bahwa kamu menyukai perempuan yang mendengarkan lagu-lagu Taylor Swift. Dan perempuan itu aku.
Tapi apa itu masih berlaku?
Aku tersenyum kearahmu, berusaha untuk tidak mengagetkan kamu.
"Hai!" sapaku. Kamu terlihat kaget sebentar sebelum tersenyum lebar. Aku masih ingat senyum itu, persis seperti senyum yang kamu berikan kepadaku saat aku mengiyakan ajakanmu untuk nonton sebelum kita berpacaran.
"Gue boleh duduk?" tanyaku lagi dan kamu mengangguk. Akhirnya aku duduk di depanmu. "Masnya sendirian?"
Kamu terkekeh sebelum bertanya, "Keliatannya gimana, mbak?"
Aku ikut tertawa kecil. Akhirnya, tanpa bisa aku tahan, pertanyaan itu lolos dari mulutku. "Why you still keep coming back here?"
Kamu terdiam lama. Dan jujur, itu membuat aku takut. Apa aku salah bertanya? Tapi kemudian kamu menjawab, "The memories are still here. I just can't let go of it, can I?"
Aku yang kini terdiam. "This place used to be our little getaway, you know."
"Used to be?" Kamu mengangkat sebelah alismu, seolah-olah tidak setuju dengan pernyataanku sebelum melanjutkan, "Jadi maksud lo nggak lagi?"
Aku mengedikkan bahuku karena aku bingung. "What are we?"
"A friend?" Kamu menjawab ragu persis seperti waktu itu, saat kita bertemu disini ketika libur kenaikan kelas.
Dan aku tersenyum. Tiba-tiba kamu bertanya kepadaku, "Lo pacaran sama Luke?"
Aku kaget tapi cepat-cepat berusaha menutupinya, "Emang kenapa? Kok nggak nanya dia sendiri?"
"Berarti iya." Enggak.
Dan akhirnya, aku memberanikan diri mengajakmu pergi. "Gimana kalau kita pergi biar lo tau gue pacaran apa nggak sama dia?" Aku berhenti sejenak, "Nonton film, mungkin?"
Dan kamu lagi-lagi diam, Calum. Dan diammu itu selalu sukses membuatku takut. Seolah-olah akan ada ribuan kalimat yang jika itu keluar dari mulutmu, akan ada hati yang tersakiti.
Dan di posisi sekarang, percayalah, hati itu selalu milikku. Dan itu benar terjadi ketika kamu menjawab ajakanku.
"Gue ada janji.." kamu menggantungkan kalimatmu, "Sama Rhae hari ini. Tapi-"