0.7 Tawa dan Cemburu

920 173 13
                                    

#7-Green Tea

⭕⭕⭕

Istirahat siang ini Valen tidak seperti biasanya. Jam segini, seharusnya ia sedang membuka official web dari brand make-up favoritnya. Biasanya ia juga akan mulai berceloteh kepadaku seperti; 'Nyokap gue enggak bolehin beli Anastasia Beverly Hills lebih dari satu bulan ini' atau 'Caa lo tau enggak sih kemaren pas gue lagi butuh nyx yang Antwerp, ternyata udah ga bisa ke swatch lagi. padahal masih ada tapi nempel di tubenya jadinya gue panasin deh biar meleleh.' dan sebagainya.

"he he he" Valen tertawa di sampingku.

"Lo kenapa deh? gue takut anjir," ucapku sambil meringis.

"he he he" Valen tertawa lagi.

"Val..serius lo enggak lagi sakit kan?"

"Temen pacar lo itu ganteng parah gue enggak kuat!!!" teriaknya tiba-tiba. Untung saja kelas sedang sepi karena penghuninya sedang berhamburan ke kantin.

"Temen Calum? siapa?" tanyaku penasaran.

"Luke." jawabnya sambil tersenyum lebar. "Ya Tuhan, udah 2 tahun gue di neraka sialan ini kenapa baru sadar sih? lo juga enggak ngenalin."

"Oh Luke." jawabku pelan. "Mana gue tau, gue juga enggak deket sama dia."

"Tapi lo kan pacarnya Calum." Balasnya lagi.

"Oke terus?" tanyaku lagi. Ada yang enggak beres nih.

"Ya comblangin atau gimana gitu kek," ujar Valen sewot. "Please Ca? dia enggak punya pacar, 'kan?"

Aku menggeleng, "Kayaknya sih enggak."

"Lagi enggak deket sama siapa-siapa kan dia?" tanyanya lagi.

Aku menggeleng, "Mana gue tau anjir. tanya sendiri lah."

"Minta ID line nya..hehe," Valen cengengesan.

"Nanti gue kirim," balasku singkat.

"MAKASIH SAYANG. Anjir ganteng banget Luke itu enggak kuat gue," lagi-lagi Valen histeris. "Eh ca, lo pernah deket-deket dia kan? wanginya kayak mana Ca? pasti wangi banget kan? iya kan? Terus ca, dia suka cewek yang gimana? Liptint gue ketebelan enggak sih ca?" Tanyanya panjang lebar.

"Iya Val. Wangi," aku tersenyum, "Wangi bunga melati."

"Kok gitu?" Mata Valen terbuka lebar.

"Entah." Aku mengedikkan bahuku, "Mungkin dia abis mandi 7 hari 7 malem pake melati, Val. Terus ya, bokapnya Luke itu serem Val. Kakaknya ganteng, apalagi yang pertama. Ini gue serius." terangku kepada Valen.

"Tunggu..tunggu..kok lo tau sebanyak itu?" Tanya Valen tiba-tiba. "Lo enggak nyembunyiin sesuatu dari gue kan Ca?"

Aku gelagapan, "E-eh..kata Calum sih gitu. Gue sih..gue sih enggak tahu apa-apa. Serius."

Valen memandangku dengan tatapan curiga sebelum akhirnya tersenyum, "Tuhan... makasih udah ngirimin temen yang baek kayak Chaca. Valen bersyukur banget Tuhan."

Aku memutar bola mataku geli, "Valen, sumpah lo norak kalo lagi jatuh cinta."

"Lo tadi bilang apa?" Tanya Valen sambil menolehkan kepalanya kepadaku.

"Gue bilang apa?" aku mengikat rambutku. "Gue bilang, lo norak kalo lo lagi jatuh cinta."

"ITU DIA!" Valen berteriak persis di telingaku. "Orang kayak lo aja tau kalau gue lagi jatuh cinta. Nada suara gue pasti keliatan banget ya, Ca? Seharusnya Luke juga bakal sadar kalo gue natap dia dengan cinta, nanti. Harus."

Aku segera membuka catatan kimia ku, memutuskan untuk menghiraukan Valen.

⭕⭕⭕

Pulang sekolah ini aku berjanji untuk menunggu Calum yang sedang sparing futsal. Aku tahu minuman favorit Calum sehabis olahraga, Pulpy Orange. Karena itu aku memutuskan untuk membelikannya terlebih dahulu.

Sesampainya di kantin, ternyata masih banyak anak lelaki yang nongkrong disitu. Jujur, aku takut. Aku buru-buru membeli minum. Namun sial, begitu akan keluar, salah satu anggota dari rombongan itu memegang pergelangan tanganku. Aku reflek mengumpat, "Anjing."

Rombongannya tertawa keras mendengar perkataanku dan mungkin juga karena wajahku yang sudah pucat pasi. Salah satu dari mereka berjalan menghampiriku.

"Heh bocah!" seseroang tiba-tiba berteriak dari belakangku, tepat sebelum seorang dari rombongan itu benar-benar dekat denganku. "MInggir lo semua!"

Aku menoleh, Luke ternyata. Wajahnya merah menahan amarah. "Anak kelas 10 banyak gaya. Enggak keren enggak dek." Ia mendekat kearahku dan segera mengalungkan lengannya di pundakku dengan gerakan melindungi. Deru nafasnya terdengar dengan jelas oleh telingaku.

"Yok Al." Ajaknya padaku. Aku segera mengikuti arah gerak Luke dengan cepat. Begitu agak jauh, ia melepaskan lengannya dari pundakku. "Maaf." Bisiknya pelan.

Aku mengangguk, "Makasih."

"Buat Calum?" tanyanya tiba-tiba, melirik kantong plastik yang aku bawa. Aku mengangguk. "Oh yaudah, mungkin lo udah ditungguin sama dia." Lanjutnya lagi.

Aku menunduk, tidak berani menatapnya. Entah kenapa semuanya terasa canggung bagiku. "Al, please. Kalo di depan gue biasa aja."

Aku dengan ragu mengangkat wajahku, menatap Luke yang sedang tersenyum lembut.

"Buat lo air putih aja!" ucap Luke tiba-tiba. "Jangan yang kebanyakan gula."

"Kenapa?" Aku tertawa.

"Biar Calum aja yang diabetes," Jawab Luke sambil tertawa.

"Jahat lo sama temen sendiri," Aku menggelengkan kepalaku.

"Gue anterin deh lo," Ujar Luke akhirnya.

⭕⭕⭕

"Tadi kamu dianter Luke ya kesininya?" Tanya Calum begitu ia sudah selesai sparing.

Aku terdiam. "Oh iya. Dia sekalian ke arah parkiran. Kenapa?"

Calum diam saja. "Kenapa sih Cal?" tanyaku lagi.

"Yuk pulang." Ucapnya dingin.

Begitu sampai rumah, aku segera membuka aplikasi Line dan segera membaca pesan dari Calum.

15.00

Cal : Pulpynya pait. enggak manis.

Aku memutuskan untuk menelepon dan menjelaskan kepadanya nanti. Aku memilih untuk membuka pesan dari Valen.

15.10

Valen Anastasia : Caa..itu maksudnya bantuin gue untuk deket sama luke?

Mampus.

Belum sempat aku membalas pesan Valen, satu Line baru masuk dalam notifikasi handphone ku. Dari Leona ternyata.

15.13

Leonandra Davina : Rianna..... apa Michael emang gitu orangnya?

⭕⭕⭕

Anyway, mau bilang makasih for those who still stick with this story until now, you have no idea how thankful i am. Have a nice day, pretty!

Jangan lupa untuk tekan tombol bintang! Hehe

R

Gelato // [cth] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang