#4 Cioccolato al Latte
(Cho-koh-lah-toh/ahl/lah-tay)⭕⭕⭕
"Ma." Aku berjalan mendekati mama yang sibuk mendengarkan lagu Backstreet Boys sambil membaca majalah di ruang tengah.
"Nanti malem Chaca ke rumah Calum boleh ya?" tanyaku sambil duduk di samping Mama. "Main aja."
Mama menutup majalah yang sedang dibacanya. "Kalau enggak Calum ke sini, kamu yang ke rumahnya. Main aja kerjaannya. Cuma punya anak satu, rumah tambah sepi aja."
Aku terdiam. Mama tidak seperti ini biasanya. Seingatku, mama selalu terbuka dengan cowok yang dekat denganku, termasuk Calum.
Aku mencoba mengingat lagi, terakhir Calum makan malam disini juga ia bersikap baik; Tidak merusak barang apapun di meja makan atau berkomentar yang tidak-tidak. Yang ada ia justru memuji masakan mama.
"Bukannya gitu loh, Ca." Mama seperti bisa membaca pikiranku.
"Eh?" tanyaku heran.
"Mama enggak melarang, kok. Cuma nanti malem, Papa ngundang temen SMA sekaligus temen kerjanya untuk makan disini. Sekeluarga. Enggak enak 'kan kalau kamu absent di meja makan?"
Aku mengangguk ragu, "Oh gi-gitu. Oke deh, Chaca di rumah aja kalau gitu."
Mama tersenyum. "Mumpung masih pagi, mendingan kamu beresin gudang deket taman dulu, Ca. Itu 'kan, kebanyakan barang-barang kamu. Kalau udah enggak dipake, ya dibuang aja."
Aku mengangguk. "Yaudah. Chaca ganti baju dulu."
Sebelum aku kembali ke kamar, mama berteriak,
"Kecuali nemu poto kamu sama Andre. Jangan dibuang. Sayang."
Aku menggelengkan kepala geli. Mama baru saja meledekku dengan mantanku-yang aku pacari 3 bulan-saat masih SMP.
⭕⭕⭕
Tidak ada benda menarik yang aku temukan selama membersihkan gudang. Hanya ada novel-novel lama dan beberapa topi yang-aku tebak dulu-Papa pakai saat ia masih kuliah di Inggris.
Akhirnya, sekitar pukul 11aku sudah menyelesaikan tugasku; 3 kardus berisi barang-barang lamaku dan gudang yang kini sudah tertata dengan baik.
Sebelum aku sempat mengunci pintu, pandanganku jatuh ke buku berwarna hitam di sudut ruangan. Seingatku, setiap detail ruangan sudah kuperiksa dan tidak ada buku itu sebelumnya.
Aku berjalan mendekat. Untung kardus-kardus sudah aku taruh diluar semua.
Buku itu berbentuk jurnal usang yang berdebu. Di halaman awalnya tertera nama Papa dengan tulisan bersambung yang khas.
Begitu aku buka beberapa lembar berikutnya, terdapat foto berukuran sedang disitu; terselip begitu saja-tanpa selotip-dan sudah agak menguning.
Aku penasaran. Kuraih foto tersebut dan kuperhatikan dengan teliti. Di foto itu, aku hanya mengenali papa dan mama yang memegang stroller bayi yang aku ketahui milikku. Berarti bayi di stroller itu jelas diriku.
Disamping papa, berdiri sesosok pria yang memakai setelan rapi sedang mengalungkan tangannya di pundak wanita disampingnya-aku tebak istrinya-yang menggendong bayi lelaki. Aku yakin itu bayi lelaki karena ia memakai pakaian bergambar pesawat terbang.