1.0 Teman baru dan Bayangan

894 157 24
                                    

#9 Honeydew

⭕⭕⭕

"Boong kalau kamu bilang kamu belom pernah nyoba upil kamu sendiri, Ca," ujar Calum kepadaku sambil tertawa. Suara motor Calum agak sedikit membisingkan, tapi aku masih bisa mendengar ucapannya dengan jelas.

"Apasih, Cal." Aku tertawa sambil memukul pundaknya dengan bercanda. "Udahan ah kalau bahasannya yang begini."

Calum lagi-lagi tertawa sambil membelokkan motornya menuju jalanan yang lebih sempit. "Makan dulu ya, Ca." Ia memarkirkan motornya di salah satu tempat yang menjual batagor yang sedang ramai oleh anak-anak sekolah.

"Satu batagor kuah, satu batagor goreng. Minumnya es teh 2, ya, bang," ujar Calum memesan makanan kami.

Setelah mencari tempat yang kosong, aku segera membuka handphoneku dan menonton Vlog Arief Muhammad berdua dengan Calum. "It's cool. Aku pingin banget ke New Zealand, Ca." Calum mengomentari sambil mulai memakan batagor miliknya yang baru saja diantarkan oleh si penjual.

Aku tersenyum dan mematikan layar handohoneku. "Aku," ucapanku terputus karena aku sibuk mengira-ngira seberapa banyak sambal yang perlu aku campurkan ke dalam batagor kuah milikku. "Pingin banget ke Raja Ampat."

"That's cool too," Calum tersenyum, "Bahkan di Raja Ampat aja enggak semuanya make rupiah, 'kan? Well, agak tragis, tapi tetep keren."

Aku mengangguk. "There's this place, di Sumba, tempat kayak savanah gitu. Dan itu keren banget, Cal. Aku suka baca blognya Marischka Prudence, dia suka nulis pengalaman travelling-nya dan kalau udah Indonesia bagian Timur, kamu tahu? Itu semuanya tentang pantai, gunung, padang rumput, laut, and damn, such a dream."

Setelah itu kami tenggelam dalam obrolan kami mengenai tempat-tempat menarik di seluruh dunia. Juga mimpi kami yang ingin pergi ke Italia untuk mencicipi gelato.

"Calum?!" ujar seseorang tiba-tiba dari belakangku. "Calum, 'kan?" aku membalikkan badan, hanya untuk melihat sesosok perempuan berambut panjang dan yang pertama kali menarik perhatianku adalah mata coklatnya yang bersinar tenang. Kedua, lesung pipi di kedua pipinya. Singkatnya, perempuan ini cantik.

"Rhae?" Calum balas menjawab dengan tatapan tak percaya.

"Ya ampun!" Perempuan tersebut berteriak histeris dan berjalan mendekati Calum. Calum kemudian berdiri dan memeluk gadis itu cepat, hanya seperti menepuk pundak kanan perempuan itu. "Iya ini Tharesa." balas perempuan itu sambil tersenyum.

"Udah berapa lama enggak ketemu, ya, Cal?" tanya perempuan itu. "4 tahun, ya enggak sih? Lo enggak banyak berubah gila. Kecuali makin gendut. Hehe." Calum mengumpat pelan, "sialan." Setelah itu pandangan perempuan itu jatuh kearahku dengan tatapan seperti 'Ini siapa?'.

Calum ikut menatapku, "Oh kenalin, cewek gue, Rianna." Kemudian aku berdiri dan menjabat tangan perempuan itu sambil menyebutkan namaku, "Rianna."

Perempuan itu tersenyum lebar, "Tharesa. Panggil Rhae aja." Setelah itu ia melirik Calum, "Calum, known as man who knows well how to find pretty girl since grade 5." Kemudian mereka berdua tertawa. "Gila lo." balas Calum masih sambil tertawa.

Sejenak, aku merasa dilupakan, merasa jauh sekali. Oke, aku bahkan tidak kenal siapa perempuan ini, atau Rhae ( seperti yang disebutkannya tadi). Aku hanya berusaha sebisa mungkin untuk terlihat nyaman berada di antara percakapan mereka.

Gelato // [cth] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang