#5

13K 619 18
                                    

Naruto belong to only Masashi Kishimoto

Naruto x Hinata

Angst, Romance, Family

"Menyingkir dari situ." Hinata masih menpertahankan posisinya.

"Apa kau tuli. Aku bilang menyingkir dari sana" kesal, Naruto menggeser tubuh Hinata dengan kasar. Naruto kaget mendapati dokumen pentingnya sudah tidak berbentuk.

"Sialan apa yang kau lakukan?" Tubuh Hinata gemetar menerima teriakan dari Naruto. Dia tak mampu berkata-kata lagi. Dia hanya ingin Naruto senang tapi kerena ulahnya sendiri Naruto jadi marah besar padanya. "Maafkan aku." Hinata hanya bisa menundukkan kepalanya takut memandang wajah murka Naruto.

"Keluar dari sini." Naruto membelakangi Hinata. Untuk saat ini entah kenapa Naruto benar-benar tidak ingin melihat wajah Hinata.

Takut menambah marah pada Naruto, ia bergegas menuju pintu keluar. Ia tau, saat ini bukan waktu yang cepat untuk berbicara. Itu percuma saja. Memberi alasanpun akan memperkeruh permasalahan.

Menutup pintu kamar Hinata mengeluarkan napas keras yang memang sedari tadi ditahannya.

"Besok aku akan membuatkan sarapan dan bekal untuknya. Sebagai permintaan maafku." Hinata tersenyum memikirkan kegiatannya esok hari.

~~~~~

"Akhirnya selesai juga. Aku akan memberikan ini padanya." Memeluk bekal makanan bergambar Naruto itu didepan dadanya.

Pagi-pagi sekali Hinata sudah berkutat didapur. Niatnya untuk membuatkan Naruto bekal benar-benar membuatnya bersemangat.

"Hinata-san, apa yang kau lakukan disini. Kau tidak berangkat kesekolah?" suara Tayuya dari arah belakangnya.

Hinata berbalik menghadap Tayuya. "Namikaze-san mana Tayuya-san?" Hanya Tayuya yang ada dihadapannya.

"Dia sudah berangkat pagi-pagi sekali." Wajah Hinata langsung berubah mendengar penuturan dari Tayuya. Menyodorkan bekal itu padanya. Bermaksud ingin meminta tolong pada Tayuya untuk memberikannya pada Naruto.

"Tayuya-san tolong ya. Aku sudah membuatkannya bekal, sayang kalau tidak dimakan." Tayuya tersenyum melihat ketulusan dari Hinata. Mengambil kotak bekal itu lalu menggenggamnya ditangan kirinya.

"Baiklah aku akan memberikannya padanya. Aku pergi dulu." Tayuya kembali lagi kebelakang. "Ayo. Berangkat bersamaku"

~~~

Tuk

Naruto menengadah. Lalu melihat lagi pada kotak bekal bergambar Naruto itu.

"Apa maksudnya ini Tayuya? Kau tidak pernah membuatkanku bekal." Keningnya menyerngit pada Tayuya.

"Itu dari Hinata. Apa terjadi sesuatu?" Tanya Tayuya.
"Bukan urusanmu" Naruto kembali melihat pada pekerjaannya yang sempat dia tinggalkan.

"Selesaikan masalahmu itu secara dewasa Naruto. Jangan bersikap seperti anak-anak lagi" ingat Tayuya.

"Bisa kau keluar. Kau menggangguku." Perintah Naruto kasar pada Tayuya. Merasa kesal karena pernyataan Tayuya padanya. Apa Tayuya mulai bersikap seperti Tsunade padanya. Dia benci kalau itu terjadi.

"Hah baikalh. Lanjutkan pekerjaanmu. Jangan lupa memakan bekal dari Hinata." Ingat Tayuya sekali lagi. Sempat terkaget akan perkataan kasar Naruto padanya. Tapi ia memakluminya. Naruto memang orang yang tak bisa mengendalikan emosinya. Tayuya berlalu pergi dari ruangan Naruto.

.
.
.

Tayuya melihat kearah ruang kerja Naruto. Terlihat Naruto keluar dari ruangannya menuju kearah lift. Sepertinya ia ingin pergi keluar. Penasaran, Tayuya berjalan menghampiri Naruto. Memukul lengan kanan Naruto berniat bertanya kemana Naruto akan pergi.

"Kau akan kemana?" Melepaskan tepukan tangannya pada Naruto. Menyerngit ketika Naruto tidak menjawab pertanyaannya. Hanya tatapan kesal yang dia dapat. Sepertinya Naruto tengah merajuk.

"Maafkan aku." Meminta maaf lebih dulu apa salahnya. Pikir Tayuya.

"Aku akan makan siang" menatap lurus kedepan tanpa menatap Tayuya.
"Bukankah Hinata membuatkanmu bekal? Kenapa?" Tayuya butuh jawaban Naruto. Apa masalah mereka serius sekarang sampai Naruto menjadi seperti ini.

"Aku tidak akan memakan makanan dari wanita itu." Tayuya mencekal bahu Naruto dan membalikkan badan Naruto menghadapnya.

" katakan padaku" tuntut Tayuya.

Lift yang sejak tadi ditunggu Naruto akhirnya terbuka, Naruto melepaskan tangan Tayuya dari bahunya. Dan pergi begitu saja meninggalkan Tayuya yang marah akan sikap egois Naruto.

.
.
.

Mendengar suara mobil yang terpakir didepan pekarangan kediaman Namikaze. Hinata bergegas berdiri dari kegiatannya menonton televisi. Hinata berdiri diambang pintu yang menghubungkan ruang santai dan pintu utama rumah itu. Menyerngit kearah pintu utama yang dia dapati hanya Tayuya. Apa Naruto lembur?  Berlari menuju Tayuya.

"Ano.."
"Ah Hinata san Naruto hari ini tidak bisa pulang dia ada beberapa urusan jadi untuk beberapa hari ini tidak bisa pulang. Dan ini, bekal yang kau buatkan." Tersenyum pada Hinata sambil menyodorkan kotak bekal itu.

"Apa Namikaze-san suka Tayuya-san?" Tanya Hinata

"Tentu saja. Kau lihat, bekalnya habis. Kau hebat sekali memasak Hinata san." Mengayunkan kotak bekal itu. Meyakinkan Hinata kalau ini tidak ada isinya lagi.

Tayuya berbohong pada Hinata tentang bekal dan tentang kepulangan Naruto. Kenyataannya ialah yang memakan bekal itu. Tidak ingin memberitahukan kebenarannya pada Hinata, itu akan membuat Hinata bersedih. Dan tentang kepulangan Naruto, ia juga berbohong. Ia tahu kemana Naruto. Hanya saja dia tidak sanggup memberitahukannya pada Hinata.

" syukurlah. Terima kasih Tayuya-san." Mengambil bekal itu dan Hinata bergegas kearah dapur dengan senyum yang tak pernah luntur dari bibirnya.

.
.
.

Naruto saat ini sedang berada di sebuah restoran yang terletak tak jauh kantornya. Berdiam diri di dekat jendela besar direstoran itu. Memandang kearah jalanan yang padat dengan karyawan yang sedang keluar untuk makan siang.

Naruto saat ini memikirkan Hinata. Ia sudah tak lagi bertemu dengan Hinata selama satu minggu. Ingin menghilangkan Hinata dari pikirannya, tapi semakin ia menghindari Hinata. Ia malah terus memikirkan Hinata. Ia rindu istri kecilnya. Tapi egonya mengatakan untuk terus saja marah padanya. Entaah ia jiga bingung dengan dirinya. Hanya karena kertas ia marah pada istrinya.

Seketika lamunan Naruto berhenti. Ia melihat orang yang tadi ia pikirkan tengah terlihat berjalan dengan seorang lelaki yang memakai seragam yang sama dengan Hinata. Tersulut emosi ia bergegas keluar dan mengumpat pada Hinata.

"Jadi ini balasanmu. Kutinggalkan dan kau berselingkuh. Dasar wanita jalang. Kau sama saja dengan wanita yang lain" Naruto berlari menuju kearah Hinata dan pria itu. Saat ini hatinya benar-benar sakit melihat Hinata dengan lelaki lain berjalan berdua. Hanya ia yang boleh melihat senyum itu. Hinata itu miliknya. Tidak ada yang boleh berdekatan dengan  wanitanya.

Ketika ia sudab berada dibelakang mereka. Ia menarik lengan Hinata kuat dan mendorong tubuh Hinata kebelakang. Dia melayangkan pukulan pada pipi si pria dengan kuat. Si pria tersungkur ke belakang dan terbatuk mengeluarkan darah dari mulutnya.

Mendongakkan kepala kearah orang yang membuatnya seperti ini. Membelakkan matanya melihat kearah Naruto. Salah. Memang sial berurusan dengan Naruto pikir si pemuda. Seharusnya dia memang harus mengikuti perintah Hinata untuk tidak mengantarkannya tadi pada si Namikaze ini.

.
.
.

Bersambung

PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang