Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Naruto x Hinata
Angst, Romance, Family
Naruto tersadar, tak ada waktu untuk takut sekarang, dia segera berlari kearah Boruto. Walaupun kakinya gemetar luar biasa, dia harus cepat menyelamatkan anaknya. Segera dia angkat Boruto dan mengambil jaket tebal serta kaus kaki untuk sang anak.
"Apa yang kau lakukan. Berhenti menangis, cepat ikut aku." Teriak Naruto geram pada Hinata yang hanya melihat padanya.
Dapat didengarnya suara tercekik Boruto yang mengalun ditelinganya. Bahunya dapat merasakan air ludah Boruto yang terus menerus keluar tanpa henti.
"Sabar sayang. Kita akan kerumah sakit." Ucap Naruto tenang. Walaupun suara Naruto begitu tenang, tapi tak ada yang tau isi hatinya. Dia takut, takut anaknya tidak selamat. Naruto terus mengelus punggung Boruto.
Ketika telah sampai pada pintu depan, Naruto berhenti dan memerintahkan Hinata mengambil syal miliknya dan kunci mobilnya yang terletak pada lemari kaca besar itu.
"Cepatlah. Kalau kau selalu menangis, aku akan meninggalkanmu. Aku bilang berhenti. Kau semakin membuatku panik, aku tidak bisa berpikir jernih." Umpat Naruto pada Hinata yang sedari tadi tak berhenti menangis.
Mereka bertiga bergegas menuju bagasi, dan menggunakan satu mobil diantara jejeran mobil mewah miliknya.
"Gendong dia baik-baik. Haisy kenapa kau belum berhenti juga menangis." Naruto mengumpat sambil membukakan pintu untuk Hinata.
"Kita harus cepat, jadi berpegangan dan peluk Boruto dengan erat." Naruto memasangkan sabuk pengaman pada Hinata dan dirinya. Lalu melajukan mobil tersebut keluar dari pekarangan rumahnya.
.
.
.Naruto sama sekali tak bisa fokus, Boruto yang terus muntah mengeluarkan busa membuatnya kalang kabut. Apalagi ditambah suara kepanikan Hinata yang melihat Boruto.
"Tenanglah. Sebentar lagi." Jalanan memang cukup sepi karena tengah malam. Naruto juga sudah melajukan kendaraannya lebih cepat dari biasanya. Tapi entah mengapa rumah sakit yang ditujunya begitu terasa lama.
"Namikaze-san, Boruto. Dia tidak membuka matanya lagi." Naruto memberhentikan tiba-tiba mobilnya.
"Sini, berikan padaku." Naruto merebut Boruto secara paksa.
Naruto menepuk-nepuk pipi Boruto dengan lembut. Dia takut, sangat takut. Naruto mengguncang tubuh Boruto lebih kuat. Tapi Boruto tak bergerak. Naruto buru-buru mengeluarkan tangan Boruto.yang bersembunyi dibalik syal tebal Naruto.
Dia mencari denyut nadi sang anak. Tapi dia tak merasakan detakkan itu. Tak berhenti berfikir Naruto menyentuhkan tangannya pada lubang hidung Boruto, tetap, dia tak merasakan hembusan nafas anaknya. Oke dia mulai panik sekarang.
"Hey sayang. Dengar ini Tou-chan. Bukankah kita akan bermain ditaman. Ayo bangun." Naruto menangis dan air matanya jatuh mengenai pipi Boruto yang pucat.
"BORUTO. JANGAN TINGGALKAN TOU-CHAN SAYANG. Bukankah kau akan menjadi jagoan Tou-chan." Naruto memeluk erat Boruto. Dia menangis meraung-meraung. Sedangkan Hinata juga tak kalah berantakan seperti Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain
FanfictionDipaksa menikah disaat usiaku masih sangat muda, dan diharuskan menghasilkan keturunan untuk keluarganya. Mengapa? Kenapa harus aku.-H Menikahi wanita muda memang membuat adrenalinmu terpacu, gadis SMA, miris juga. -N