Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Naruto x Hinata
Angst, Romance, Family
"Aku mohon berhentilah." Wajah Naruto memelas. Naruto melepaskan cengkraman pada lengan Tsunade, ia putus asa sekarang. Bingung bagaimana menyadarkan sang Nenek yang sudah melampaui batas. Ia lalu melirik ke arah ranjang Hinata, pandangannya menyendu melihat sang istri masih mengeluarkan air mata pilunya. Ingin menghampiri tetapi ego mengalahkan segalanya.
Naruto mundur selangkah dari hadapan Tsunade. Lalu membungkukkan badannya sebagai tanda permintaan maaf karena lancang meneriaki sang nenek.
"Aku minta maaf ." Ucap Naruto. Untuk kali ini tak masalah dia yang harus terlebih dahulu untuk mengalah. Ini demi kebaikan Hinata. Ia yakin dengan ini Neneknya tidak akan lagi mengeluarkan kata yang akan melukai hati Hinata.
"Hah. Demi wanita ini kau mau menurunkan harga dirimu. Tegakkan kepalamu!" Hardik Tsunade. Hardikkan itu memang membuat Naruto menegakkan kepalanya. Tapi, kenapa lagi-lagi Neneknya kembali mengupat pada Hinata.
"Kenapa kau meminta maaf padaku. Aku tidak pernah menyalahkanmu. Justru yang harus disalahkan wanita sialan ini. Ia hampir saja mencelakai anakmu Naruto." Perkataan Tsunade menambah isak tangis dari Hinata. Dan itu semua terdengar oleh Naruto. Membuat ia mengepalkan tangannya dengan sekuat tenaga.
Setelah menyelesaikan perkataannya, Tsunade beranjak keluar dari ruangan itu. Tanpa ia tanggapi wajah kemarahan dari Naruto. Ketika ia keluar, ia melihat Tayuya berjalan kearahnya.
"Aku akan pergi beberapa hari untuk menenangkan pikiranku. Untuk saat ini aku sedang tidak ingin melihat wajahnya. Jadi tugasmu adalah mengawasinya Tayuya. Jangan sampai dia melakukan hal nekat lagi karena itu akan membahayakan kandungannya. Perhatikan pola makannya. Dan untuk Naruto, sepertinya ia mencintai wanita itu. Jadi aku tidak bisa menghentikannya. Aku mohon padamu Tayuya agar kau selalu berada disamping Naruto. Aku hanya bisa membuatnya menderita. Saat ia mencintai seseorangpun aku merasa takut. Takut ia tidak akan memperhatikan dan tidak memprioritaskanku lagi. Aku yakin saat ini wanita yang paling berarti baginya saat ini adalah istrinya. Jadi Tayuya, awasi dia untukku." Senyum Tsunade. Terlihat jelas sekali bahwa Tsunade sangat menyayangi Naruto. Apapaun akan ia lakukan agar sang cucu mendapatkan yang terbaik. Tapi cara melampiaskannya yang salah.
"Baiklah Tsunade-sama saya akan mengawasi mereka berdua." Ojigi Tayuya. Hanya Tayuya satu-satunya mengetahui sisi lembut dari Tsunade. Ia memang wanita keras yang tidak menyukai gadis tidak berguna macam Hinata. Sampai ia matipun rasa tidak suka akan tetap melekat pada hatinya. Itulah sikap negatif dari Tsunade.Tayuya mengalihkan pandangannya ke pintu bertuliskan 95. Sedangkan Tsunade sudah tidak terlihat lagi di lorong rumah sakit. Sekarang ia sendiri, menunggu Naruto untuk keluar.
.
.
.Hening mendominasi ruangan dengan bau obat menyengat itu. Naruto masih berdiri ditempat. Sedangkan Hinata masih mengeluarkan isakan yang lumayan keras. Setelah Tsunade beranjak dari sana. Hinata tidak menahannya lagi. Ia sedikit meraung meratapi kesialan dalam hidupnya. Ia sama sekali tidak mempedulikan Naruto yang berdiri disampingnya. Karena terlalu lelah menangis akhirnya suara tangisan nya sedikit mereda.
"Aku sudah memperjuangakanmu..." Suara dari Naruto sedikit merebut perhatian Hinata.
"Apa ini balasanmu. Mangacuhkanku, apa kau kira aku akan simpati padamu mendengar tangisanmu itu." Suara Naruto dingin.
Hinata tersentak dengan ucapan Naruto. Untuk melihat pada Naruto pun ia tak sanggup. Hinata bingung, kenapa Naruto menyalahkannya.
Sedangkan Naruto sendiri menukik alisnya. Ia marah pada dirinya sendiri, kenapa kata-kata itu yang keluar dari mulutnya. Seharusnya bukan begini. Lalu ia mengacak rambutnya frustasi dan berbalik lari keluar dari ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain
FanfictionDipaksa menikah disaat usiaku masih sangat muda, dan diharuskan menghasilkan keturunan untuk keluarganya. Mengapa? Kenapa harus aku.-H Menikahi wanita muda memang membuat adrenalinmu terpacu, gadis SMA, miris juga. -N