Naruto belong only to Masashi Kishimoto
Naruto x Hinata
Romance, Angst, Family
"Dia hanya temanku, percaya padaku Namikaze-san. Aku tidak mungkin berselingkuh." Suara serak Hinata.
"Kau tidak perlu lagi kesekolah. Kalau ku biarkan, kau akan tetap bersama pria bresengsek itu." Naruto tengah menyeret Hinata menuju kamarnya. Cengkraman pada lengan Hinata menunjukkan betapa Naruto benar-benar murka saat ini.
Setelah memberi pelajaran pada pria yang dituduhnya berselingkuh bersama istrinya, Naruto membawa Hinata menuju kediamannya. Semua penjelasan dari Hinata benar-benar tidak dapat ia terima. Teman sejak kecil? Kalau berteman, kenapa begitu mesra. Tertawa dan bercanda bersama. Mereka begitu dekat. Ia merasa cemburu, ia iri. Kenapa Hinata tidak seperti itu dengannya. Kenapa pada lelaki lain.
Ia akan selalu mengingat nama si pria. Ya Kiba. Nama itu yang disebut Hinata. Ia akan membuat hidup si pemuda berakhir. Orang yang bisa kapan saja merebut Hinata darinya. Dia harus waspada.
"Aku mohon maafkan aku. Dia hanya ingin mengantarku ke kantormu." Ucap Hinata serak.
"Untuk apa kau kesana?" Tanya Naruto penasaran.
"Kau tidak pernah pulang. Aku khawatir, aku kira kau masih marah padaku. Makanya aku kesana untuk menemuimu." Jawab Hinata. Satu minggu tanpa kabar dari Naruto membuat hatinya gundah.
Naruto terdiam mendengar jawaban Hinata. Sedikit senang mengetahui Hinata juga mengkhawatirkannya. Tapi, wajah pemuda yang berjalan bersama Hinata tadi terlintas dibenaknya, membuatnya kembali marah.
"Kau bukan lagi anak kecil yang perlu diantar." Naruto sedikit meninggikan suaranya. Kesal hanya mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
"Dia hanya seorang yang peduli pada sahabatnya. Aku sudah berteman dengannya dari kecil. Dia satu-satunya temanku. Apa salah peduli padaku." Tangan Hinata mengepal mengingat ia sama sekali tidak mempunyai teman selain Kiba. Hidupnya sama sekali tidak pernah bahagia. Apa Kiba juga akan dijauhkan dari hidupnya? Memikirkannya saja membuatnya gila. Apa tidak cukup menjadikannya istri muda lalu tidak memperbolehkan bersekolah lagi. Hidupnya akan benar-benar hampa setelah ini.
"Kau sudah mulai membangkang ternyata. Dimana Hinata yang penurut, yang mengikuti semua perkataanku. Karena kau seperti ini padaku. Kau harus ku beri hukuman sampai kau melahirkan anakku."
"Apa maksudmu.."Naruto meraih rahang Hinata dan mencengkramnya kuat. Dan mengangkat wajah Hinata agar menatap wajahnya.
"Dengarkan aku. Setelah ini kau tidak boleh lagi keluar. Berhenti sekolah, buang semua impian sampahmu itu. Ayo kita habiskan malam ini agar kau cepat hamil. Supaya kau tidak macam-macam lagi pada pria di luar sana. Siapa yang akan melirikmu karena perut besarmu." Kata Naruto kasar.
Semua yang dikatakan Naruto membuat Hinata takut. Badannya bergetar dan air matanya begitu saja keluar. Melihat wajah mengerikan Naruto membuat nyalinya menciut. Dia takut sekarang, sangat takut. Apa yang akan dilakukan Naruto padanya.
Naruto membanting pintu kamar Hinata menggunakan kakinya. Menyeret Hinata menuju ranjang. Mereka berdua berhenti disamping ranjang dan Naruto membanting tubuh Hinata pada ranjang itu. Melonggarkan dasinya lalu melepaskannya. Ia lalu meraih kedua tangan Hinata. Mengikatnya kuat, langkah selanjutnya ia melepas semua pakaiannya dan Hinata. Ia sama sekali tidak menggubris isakan Hinata. Saat ini yang ada dipikirannya adalah memberikan pelajaran untuk istrinya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain
FanfictionDipaksa menikah disaat usiaku masih sangat muda, dan diharuskan menghasilkan keturunan untuk keluarganya. Mengapa? Kenapa harus aku.-H Menikahi wanita muda memang membuat adrenalinmu terpacu, gadis SMA, miris juga. -N