Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Naruto x Hinata
Angst, Romance, Family
Siapa saja tolong sadarkan Naruto dari halusinasinya yang terasa sangat nyata ini. Bagaimana bisa? Anak yang ditunggu selama ini sudah dapat melihat dunia?Naruto masih mematung melihat memandang pada bayi itu. Tangisannya yang semakin keras seperti alunan mengerikan ditelinganya. Namun, sebuah suara menyadarkannya kembali dari kesyokan.
"Kau sudah kembali." Naruto mengalihkan pandangannya kebawah. Melihat wajah cantik nan imut itu.
"Bolehkah aku keluar. Kau menghalangi jalanku." Dia masih terus memandang bergantian wanita didepannya ini dan bayi yang terus merengek itu.
"Apa aku sudah gila?" Tak mendapat jawaban yang ingin dia dengar dari mulut Naruto, malah Naruto kembali bertanya. Gila. Siapa yang gila.
"Apa maksudmu?" Naruto sekarang malah meliriknya dan menggeser sedikit tubuhnya kesamping. Tatapannya kosong. Tidak bersemangat. Seperti nyawa tak berada pada raganya, lebih seperti linglung.
Hinata menatap iba pada Naruto. Dia mengerti keadaan Naruto saat ini. Siapapun juga akan mengalami keterkejutan luar biasa seperti ini.
Hinata sangat ingin menjelaskan semuanya pada Naruto. Tapi dia tak bisa, dia punya batasan. Hinata berjalan lebih lanjut, sambil terus mengamati Naruto yang sedang memperhatikan buah hati mereka.
Sepeninggal Hinata, Naruto tertawa seperti orang gila. Dia belum bisa menerima kenyataan.
"Aku rasa ini mimpi." Ucap Naruto masih berkukuh. Dia menonjok pipinya. Dan memukul keras tembok untuk menyadarkan dirinya sendiri bahwa ini tidaklah mimpi. Akinat pukulannya itu si kecil pun berhenti menangis dan termangu sendiri. Seperti keheranan dengan suara tawa dan pukulan keras itu.
"Kenapa terdiam?" Naruto maju, masuk menuju anak halusinasi menurutnya itu.
Naruto terus berjalan dengan sempoyongan. Dia kembali terkejut melihat lebih dekat bagaimana rupa sang anak. Benar-benar mirip dirinya. Pipinya yang gembul dan memerah mirip sekali dengan Hinata.
"Kau tampan. Perpaduan antara aku dan Hinata tidak buruk juga. Sempurna malah, wow kau punya rambut ini." Naruto menyentuh rambut mencuat pada kepala anaknya, dia tertawa bangga. Sepertinya dia sudah menerima kenyataan, terbukti dari nada lega yang dilontarkannya.
Kulit anaknya tak terlalu tan seperti dirinya. Dan guratan dipipinya hanya dua. Anaknya lebih sempurna.
Naruto menunduk guna menyentuh pipi yang menggemaskan itu. Dia ingin menyentuh anaknya. Sedangkan anaknya itu malah terus memandang Naruto. Dia sepertinya juga merasakan ikatan dengan Naruto.
"Apa yang kau lihat. Aku ayahmu. Kita mirip, jadi jangan kaget begitu." Naruto tertawa sendiri melihat wajah polos anaknya.
"Boruto, kenapa diam, kau terjatuh ya sayang." Suara teriakan dari Hinata membuat Naruto harus mengakhiri kebersamaannya dengan sang anak. Ingin beranjak tapi Hinata sudah berada diambang pintu.
"Kau masih disini." Hinata meremas dadanya, walaupun hubungannya dengan Naruto tak baik. Tapi ketika dia melihat Naruto bersama dengan Boruto hatinya senang. Dia sangat ingin Naruto tau anak mereka sangatlah tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain
FanfictionDipaksa menikah disaat usiaku masih sangat muda, dan diharuskan menghasilkan keturunan untuk keluarganya. Mengapa? Kenapa harus aku.-H Menikahi wanita muda memang membuat adrenalinmu terpacu, gadis SMA, miris juga. -N