Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Naruto x Hinata
Angst, Romance, Family
"Mmh." Suara lenguhan itu mengawali pagi ini. Hinata sang pemilik suara masih berusaha mengerjapkan matanya.
"Pukul berapa?" Setelah beberapa menit akhirnya kesadaran Hinata akhirnya kembali sepenuhnya. Hinata merasakan tubuhnya dipeluk oleh dua tangan dengan berbeda ukuran. Dipinggangnya dipeluk dari belakang oleh tangan besar dan dari depan dipeluk oleh tangan kecil yang sesekali mengejang-ngejang sendiri. Sepertinya dia bermimpi sedang berlari.
Hinata tersenyum hangat melihat Boruto nyaman bergelung dipelukannya, kepala kuning kecilnya menelusup diarea perutnya. Membuat Hinata beberapa kali merasakan geli karena gesekan rambut Boruto yang lumayan tajam.
Tapi senyuman Hinata seketika menghilang, dia sedikit menyibak selimut yang menutupi tubuh polosnya. Tangan tan besar itu masih saja bertengger nyaman disana. Setaunya, setelah menyusui Boruto dini hari tadi, dia langsung tertidur dengan jarak yang cukup jauh dari Naruto. Lalu kenapa bisa sedekat ini lagi?
"Pelan Hinata." Hinata memindahkan tangan Naruto dari pinggangnya. Tapi tangan itu kembali bergerak dan mengeratkan pelukannya.
"Apa aku juga tak boleh memelukmu? Semua yang kulakukan padamu sepertinya salah." Ucap Naruto dingin.
Hinata dapat merasakan hidung mancung Naruto terus menerus bergesekkan dengan leher penuh bercaknya. Hinata gemetaran dan takut bukan main. Takut 'diperkosa' kembali oleh Naruto.
"Aku ingin sarapan. Buatkan aku makanan spesial." Naruto mulai melepaskan pelukannya dan memberikan kemeja putih miliknya pada Hinata.
"Pakai itu saja. Pakaianmu sudah tak layak pakai." Hinata mengangguk ketakutan tak mampu memandang Naruto yang tiba-tiba bersikap lembut padanya.
'Aku harus bersikap baik padamu, agar kau tak menghilang dari hidupku.' Batin Naruto.
"Aku akan mandi. Biarkan Boruto tidur disini dulu. Pergilah!" Hinata sekali lagi mengangguk dan memakai kemeja pemberian Naruto. Tapi ketika dia berdiri dia malah kembali terjatuh, sebelum tubuhnya menyentuh lantai,dengan segera Naruto meraih tubuh Hinata.
"Kau tidak bisa berjalan? Biar aku gendong." Ucap Naruto mutlak.
Hinata yang masih linglung pun hanya menurut tanpa memberontak. Naruto menggendongnya ala bridal style.
"Jangan lepaskan rengkulanku." Hinata sekali lagi hanya mengangguk dan meraih leher Naruto lalu melingkarkan lengannya disana. Hinata merasakan kulit dan otot sekitaran leher Naruto dengan jelas, bagaimana tidak, dia hanya memakai celana pendek tanpa memakai pakaian untuk menutupi tubuh bagian atasnya.
"Oh tunggu dulu." Naruto berusaha meraih ponselnya dengan satu tangan. "Beritahu pada semua pelayan, jangan ada yang menginjak dapur setelah aku pergi bekerja. Kau mengerti? "
Hinata mengerjapkan matanya. Apa maksudnya itu?
"Aku tidak ingin ada yang melihatmu hanya dengan kemeja tipis seperti ini." Naruto menjawab semua pertanyaan yang ada pada otaknya.
Naruto berjalan cukup pelan menuju dapur. Tanpa menghiraukan wajah bertanya Hinata yang terus memandangnya.
"Ada apa denganmu? Kau mudah sekali berpindah kepribadian?" Tanya Hinata lirih. Naruto tak menjawab sama sekali. Dia sengaja menulikan telinganya. "Apa kau merencanakan sesuatu? Setelah apa yang kau lakukan padaku tadi malam, dan membuat kau berubah drastis seperti ini." Tanya Hinata. Dia mulai berani pada Naruto sekarang. Karena dia sudah merasa lelah dan pasrah apapun yang akan terjadinya padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain
FanfictionDipaksa menikah disaat usiaku masih sangat muda, dan diharuskan menghasilkan keturunan untuk keluarganya. Mengapa? Kenapa harus aku.-H Menikahi wanita muda memang membuat adrenalinmu terpacu, gadis SMA, miris juga. -N