Story XI (Part I)

9K 722 32
                                    

KookV

Jeon Jungkook.

Kim Taehyung.

****

Tidak secara halus, sebut saja karyawan berwajah manis yang menjabat sebagai salah satu reporter kesayangan itu kasar, mengumpat tepat hadapan atasannya dengan mata menyalang dan tidak stabilnya bahasa formal dan informalnya.

"Aku reporter bukan relawan, hyung. Aku tidak ingin mati konyol, aku akan memilih menjadi gay dan menikah dengan Taeyang Big Bang, demi Tuhan." Protesnya di antara sesalnya kenapa dia tidak jadi wartawan atau jurnalis yang sekedar menulis bukan harus meliput kelapangan, setidaknya biarkan dia menyeret Hoseok, wartawan jelmaan kuda mesum yang menulis kisah tentang rencana pembunuhan pada seorang pemilik perusahaan besar di distrik Yongsang-gu. Si maniak Namjoon, yang dia sebut hyung dan karyawan lain sebut bos sangat suka kisah menantang, dan mengirim reporter paling istimewanya untuk meliput hal eksklusif itu.

"Taehyung- ini tidak seberbahaya itu. Kalian hanya meliput keadaan disana, lagipula, selama kalian bukan polisi atau targetnya, seorang pembunuh tidak akan menghujanimu dengan peluru." Namjoon masih duduk dengan nyaman di kursi kerjanya menatap kepanikan lelaki berambut merah gelap di hapannya. "Berhenti menjadi fanboy Tae, kita tidak akan setiap hari memberi mereka diluar sana berita tentang idolamu." 

Taehyung benar-benar akan pergi jika dia tidak ingat di rumahnya dia masih menampung adiknya yang belum tamat sekolah, bahkan baru dua hari yang lalu adiknya mengalami mimpi basah, dan katakan kedua orang tua payahnya telah di telan bumi karena tidak mau peduli pada kondisinya.

"Hyung, aku serius. Apapun, tapi tidak dengan ini. Taemin masih kecil hyung, dia tidak bisa ditinggal sejauh itu."

"Taehyung, tempat itu hanya berjarak sepanjang hidungmu dari menara Seoul, dan ku rasa adikmu sudah pubertas untuk mengalami mimpi basah." Oh benarkah? Kim Taehyung kan adalah seorang pelupa nama jalan dan daerah yang ulung, Taehyung mengulum bibir bawahnya. "Kapan aku-"

"Hoseok yang bilang, jadi jangan bahas. Aku serius tentang membahas semua kepayahanmu, membawa berkasnya ke bagian kedisiplinan." Baiklah, sekarang Taehyung merasa tidak tahu diri karena dia memang sudah banyak Namjoon tolong untuk berada di posisi sekarang dengan sikapnya yang agak ceroboh dan semaunya sendiri.

"Hyung.." kali ini cobalah sedikit bertingkah menggemaskan, mungkin saja Namjoon- Namjoon melirik jam tangannya berusaha mengabaikan ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa menggemaskan itu, bahkan setara dengan anaknya yang berusia tiga tahun. "Ah, aku ada janji dengan Namseok untuk jalan-jalan, semoga harimu menyenangkan, Tae."

Gagal. Taehyung semakin memanyunkan bibir merahnya dengan otak penuh dengan rencana peng-eksekusian Jung Hoseok.

"Oh ya, hari ini kau bisa pamit pada Taemin, biarkan Taemin tinggal beramaku, Jin dan Namseok pasti senang." Sebelum mendengar beberapa rentetan umpatan Taehyung, Namjoon sudah meraih jasnya yang tergantung dan pergi.

Jadi, dimana Hoseok bersembunyi sekarang?

Taehyung ingin sekali mengamuk jika saja dia tidak ingat hari sudah mulai gelap, dan artinya waktu untuk berpamitan pada Taemin akan semakin sedikit, jadi simpan dulu dendamnya. Mata coklatnya berpendar gelisah saat ada di dalam lift, membayangkan apapun yang setidaknya bisa menghilangkan resahnya. Dan saat langit sore menyapanya di luar gedung kantor, hatinya menghangat.

Langkahnya berhenti sebentar, mencoba menarik senyuman pembatas keresahan dan ketenangannya, angin membawa daun berguguran, di ujung sana dia bisa melihat menara Seoul. Benar, tidak terlalu jauh. Sekujur tubuhnya merinding membayangkan bahwa dijaraknya yang terlalu jauh ada para pembunuh keji bersembunyi.

Daily KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang