KookV
Jeon Jungkook
Kim Taehyung***
Sesuatu yang wajar seperti melukis sebuah senyum untuk menyapa beberapa baris orang yang dia temui, seorang Jeon Jungkook memang masih baru di lingkungan sekolah, tapi keberuntungan alami seperti berwajah tampan membuat beberapa siswa tidak bisa menyembunyikan kekaguman mereka pada lelaki tampan itu.
Hanya mengingat apa yang orang tua mereka katakan, bahwa tidak ada seorang manusiapun yang tercipta dengan sempurna. Dan kadang para siswa itu lupa perkataan orang tua mereka saat Jeon Jungkook melangkah dengan angkuh, dengan aura dominan dalam dirinya, mata tajam dan segala hal yang ada dalam dirinya.
Perfect, isn't he?
Jungkook menunggu dengan tenang di atas atap sekolah, dan Park Jimin -orang yang dia tunggu datang- akhirnya datang. Lelaki bertubuh lebih pendek darinya dengan rambut orange terang, seorang lelaki dengan hawa musim semi yang sejuk.
"Kim Taehyung, murid baru dua belas satu, dia lebih tua dua tahun darimu, level tiga."
Kim.
"Ku tebak, masih ada darah dengan Kim Seokjin?" Jimin mengangguk tenang. "Dia adalah adiknya, bukan adik kandung, dia adalah adik tiri."
Jungkook menajamkan pendengarannya dan memasang wajah tidak suka, Jimin mundur selangkah.
"Ku rasa, kita agak lengah." Jungkook menatap ke sekeliling, dia menemukan lelaki bertubuh kurus yang tengah duduk di atas tandon air menyeringai ke arahnya. Dia menarik lollipop dari mulutnya dengan elegan.
"30 menit, lumayan juga." Ucapnya. "Hai." Lelaki asing itu kini membuat Jungkook benar-benar kesal, artinya dari tadi dia sudah ada bersamanya sebelum Jimin datang. Jimin melirik Jungkook hati-hati, ini pertama kalianya dia melihat Jungkook lengah, Jungkook tidak pernah lengah lebih dari dua menit dan ini pasti membuat Jungkook sangat marah.
"Jangan melihatku begitu, aku sudah level tiga, menyembunyikan hawa keberadaan sama seperti.." Lelaki betambut blonde itu menggigit lollipopnya hingga hancur. ".. ini."
"Kim Taehyung?"
"Yup, yang kalian bicarakan dua menit yang lalu." Jungkook dan Jimin sedikit melangkah mundur, saat Taehyung turun dari tandon air. Masih tetap tersenyum dengan senyuman yang begitu hambar, wajah manis itu tanpa ekspresi hanya garis bibir yang terangkat, entah itu bisa di kategorikan sebagai senyuman. Hawa membunuh begitu kental dengan setiap jengkal gerakan tubuhnya.
"Aku tidak berada dalam tugas untuk membunuh mantan anggota kami, kalian tenang saja. Terutama kau, Jeon Jungkook, tapi.. " Taehyung melirik Jungkook sekilas tapi sejurus kemudian menatap Jimin, dengan hawa membunuh yang meluap-luap.
"Anggota yang dibuang berbeda dengan anggota yang kabur. Mungkin Park, jika tugasku disini selesai, aku akan membawa pulang kepalamu." Jimin merasa dirinya seolah terhempas hanya dengan perkataan Taehyung, dia mendapat perintah dari Jungkook untuk pergi, Taehyung seperti sudah ambil langkah cepat untuk mendekat.
Tapi.
Taehyung dengan senyuman lebih lebar dapat tertangkap jelas saat Jungkook secepat angin sudah berada di hadapannya, berjarak tidak kurang lima belas senti. "Kau tentu tahu berapa levelku saat aku dibuang bukan?" Taehyung tersenyum dengan matanya yang terpejam, senyum yang mengerikan.
"Tentu, aku selalu kagum dengan para level dua."Taehyung mundur. Berdecih melihat punggung Jimin sudah tertutup oleh pintu.
"Pembunuh jarak jauh?" Taehyung terkekeh mengeluarkan benda berwarna emas dari sakunya. Colt 1911.
Menarik pelatuknya, tapi tidak dalam situasi siaga untuk menembak.
"Para level tiga memang khusus pembunuh jarak jauh, Jeon." Taehyung terlihat santai saja meski dia berada satu level di bawah Jungkook. Level dua adalah artinya unggul di segi jarak, jarak jauh atau pun dekat.
Berbeda dengan dirinya yang memiliki akurasi tinggi dalam menembak, para level dua tidak hanya itu tapi bisa menggunakan benda apapun di sekitarnya untuk membunuh. Monster yang sesungguhnya adalah lelaki berambut hitam gagak bernama Jeon Jungkook itu.
Hal yang harus Taehyung waspadai hanyalah jarak, dia pembunuh jarak jauh, dia lemah pada jarak dekat. Dan Jungkook jelas tahu kelemahan Taehyung.
"Membaca kelemahanku?" Ekspresi Jungkook dengan mudah dapat Taehyung tangkap, yang paling memahami pembunuh adalah orang yang berprofesi sama kan? Taehyung mengambil gelak ringan dari kedua belah bibir merahnya dan menaruh pistolnya kembali pada sakunya.
"Tidak perlu, kita tidak akan berduel Jeon, hanya jangan halangi aku saja."
"Tapi sepertinya aku tidak bisa, karena aku tahu siapa targetmu."
"Begitukah? Kurasa tadi Jimin belum berkata sejauh itu." Jungkook tersenyum melihat segala hal yang ada pada Taehyung terlihat sama seperti Seokjin.
"Aku hanya menebak." Taehyung tertawa.
"Apa ini? Kenapa aku merasa kau sedang menatapku seperti Seokjin hyung? Masih tergila-gila pada hyung ku? Lucu sekali." Jungkook mengangkat sebelah alisnya tepat saat tawa licik Taehyung hilang, persis sama seperti cara Seokjin menyudutkannya dalam berbicara.
"Tergila-gila?" Jungkook tidak mengeluarkan ekspresi apapun tapi aura tubuhnya yang meluap berbicara banyak. "You're under the wheater."
"Aku tahu, aku tahu. Aku sangat tahu kau Jeon Jungkook. Sudahi sesi perkenalan ini Jeon, kau benar aku sedang sakit, karena aku belum membunuh satu orangpun hari ini." Inilah mengapa Jungkook keluar dari organisasi pembunuh yang di ketuai Seokjin dulu, dia menjadi sangat addict untuk membunuh. Seokjin membuatnya menjadi mesin pembunuh, tapi sayangnya dia begitu mencintai lelaki itu hingga dia dapat dengan mudah di kendalikan.
Saat Seokjin tahu Jungkook mencintainya bahkan ingin berada di sisinya, dengan sinis Seokjin berkata dia tidak pantas untuknya, menyebabkan cedera parah diterima Jungkook karena pertandingan melawan Seokjin untuk mendapatkan hati kakak tiri Taehyung itu, tapi Seokjin menginjak-injak harga dirinya dan membuangnya dari organisasi.
"Baiklah, kakak ipar. Aku harus menyelesaikan sesuatu dulu, kita bisa bertemu lain kali." Taehyung mendekat pada pembatas atap gedung.
Karma itu ada, Seokjin kini merasa sangat menyesal saat Jungkook pergi, katakan labil, karena perasaan yang awalnya hanya Jungkook yang memilikinya kini Seokjin pun juga. Tapi bagaimana dengan Jungkook? Apakah dia senang? Tidak, sedetikpun tidak pernah dia merasa senang.
"Berhenti disitu." Tepat sebelum Taehyung melompat dari atas gedung, Jungkook mengarahkan bulpoinnya tepat berjarak setengah senti di tengkuk Taehyung. Taehyung tersenyum ringan dengan meliriknya sejenak. "Sudah kuduga, ini tidak akan mudah, untunglah aku memiliku rencana B."
"Apa-"
Taehyung berbalik cepat dan menarik kerah baju Jungkook, kini terlihat jelas setiap detail wajah Taehyung, katakan tampan dan manis, kedipan berikutnya mata arang Jungkook berteriak semu akan kecantikan mata coklat Taehyung, dan begitulah Jungkook mendefinisikan Kim Taehyung, cantik. Saat imajinasi tentang rasa bibir Taehyung mengusik Jungkook, Taehyung membuktikannya bahwa hal itu bisa jadi nyata.
Bibir keduanya terpagut, erat. Taehyung tersenyum melihat Jungkook tidak menolak dan hanya diam.
Taehyung melepaskan tautannya dan berbisik. "Selamat tinggal."
***
End