BRUGH
"Aw- shit, sakit Tae!" Taehyung menyeringai kecil dan membantu Jimin bangkit, mata lancipnya meneliti luka lebam di sudut bibir Jimin yang baru saja dia ciptakan dengan sengaja.
Kemudian dia tersenyum manis, terlihat sangat polos, membuat Jimin menelan segala sumpah serapahnya.
"Sudah, kau berangkat lebih dulu."
"Apa? Lalu siapa yang akan-" Ucapan Jimin berhenti saat Taehyung menunjukkan jemari lentiknya di hadapan Jimin. Jimin langsung menelan ludah melihat sebuah cincin perak memeluk sempurna jari manis Taehyung, seraya mata tajam itu mengintimidasi, Jimin menunduk dan bergumam minta maaf beberapa kali.
"Sudahlah, Tae." Seokjin yang awalnya diam saja, akhirnya menengahi.
"Jika bukan ide konyolnya yang ajaib, aku tidak akan berakhir- argh!" Taehyung meremas rambut barunya, ya, sekarang rambutnya berwarna hitam. Hitam pekat yang tajam, kontras dengan mata coklat beningnya.
"Ini cara terampuh agar para bawahan Lee Si Hyuk berkumpul, ini taktik bagus untuk menjebak mereka semua. Di sebuah pesta pernikahan, wah, sebenarnya ide Jimin bagus juga."
Tapi idenya adalah membuat pernikahannya dengan Jungkook, apa lagi yang lebih memalukan dari ini? Menikah dengan mantan dari seorang janda yang masih berusia delapan belas tahun? Jimin bersyukur ada Seokjin disana, karena jika tidak, mungkin Jimin tidak akan pernah bisa tahu rasanya menikah.
"Apa tugasmu hari ini?"
"Menangkap kepala sekolah yang dilaporkan sering menerima suap di sekolah Jungkook-"
"Calon suamimu?" Taehyung menahan nafas, entah kenapa dia jadi berdebar dengan ucapan ringan itu.
"Apa masih belum jelas hyung?"
Seokjin mengulum senyumnya.
"Hm, lanjutkan."
"Kita akan menggunakan Jimin sebagai korban, Jimin akan meminta Jungkook di keluarkan dari sekolah karena terlibat perkelahian dengannya." Taehyung mengambil selembar kertas, membaca profil kepala sekolah itu, kemudian dia menghela nafas, menatap tajam Jimin yang masih meringis kesakitan. Lukanya benar-benar di buat sangat nyata.
Entah profesionalitas, atau balas dendam dari Taehyung.
"Dan jika dari pihakmu- maksudku, Jungkook-"
"Kita dipihak yang sama, hyung. Tidak usah panik."
"Baik, kalian akan menyuapnya. Lalu menjadikan bukti?" Taehyung mengangguk pelan, melirik jam tangannya. Berdecih saat sadar Jungkook telat menjemputnya. Anak ingusan itu yang memaksa pergi bersama ke sekolah Jungkook.
Jadi ceritanya dia akan menjadi wali Jungkook, dengan dalih ayahnya terlalu sibuk.
"Jimin, Bella terjebak di pohon lagi." Jimin hampir saja menjerit frustasi. Taehyung mengernyitkan dahinya. Perasaannya saja, atau kucing milik ibu Seokjin selalu terjebak di pohon setiap pagi?
"Lagi?" Tanya Jimin frustasi, Seokjin dengan wajah polosnya mengangguk tenang.
"Setiap pagi dia selalu berlari ke atas pohon. Kepala Jeon selalu membuat Bella ketakutan."
"Kepala Jeon sering menemui ibumu?"
Seokjin mengangkat dua alisnya mendengar pertanyaan Taehyung. "Ibuku adalah ahli psikoterapi, kepala Jeon agak stress akhir-akhir ini, mungkin."
"Tidak ada pilihan lain, Taehyung-ah kau duluan saja."
****
Taehyung mengumpat kesal saat Jungkook dengan polosnya membawanya ke toilet sekolah, menurut instruksi memang seharusnya Taehyung melakukan sedikit penyamaran.