"Taehyung dari kelas dua belas - empat kan?"
"Maaf, tapi aku tidak tahu siapa kamu."
"Aku Jeon Jungkook, kelas sepuluh - satu."
"Hm."
"Hm?"
Taehyung menggerang kecil karena kenyamanannya tidur terganggu oleh lelaki asing yang tidur di ranjang sebelah, siang ini dia melewati pelajaran ke tiga, beralasan sakit.
Dia membiarkan saja dan sekarang tidur memunggungi si lekaki yang baru saja ikut-ikutan masuk ke dalam UKS.
"Sunbae? Sakit apa?"
"Kepalaku sakit."
"Kenapa?"
"Karena ada juniorku yang terus saja mengoceh di sampingku."
Jungkook diam sejenak, benar sekali kenapa para siswa di sekolahnya mengatakan keramahan Kim Taehyung harganya sampai seratus juta won, dia sangat acuh, dingin dan kasar atau dia yang salah memulai percakapannya?
Tapi mau bagaimana lagi, Jungkook ini kan salah satu penggemar Taehyung.Jungkook menatap langit-langit dengan tangannya yang bertaut, bisa di lihat wajah tampannya sedikit -banyak membiru keunguan.
"Sunbae tau? Aku berkelahi dengan pacarku." Taehyung acuh saja, karena dia sama sekali tidak tertarik, tetapi kupingnya tetap saja menerima suara-suara Jungkook yang menguntai dan membentuk sebuah curahan hati yang menumpuk dan ingin segera Taehyung muntahkan.
Dia benci masalah pasangan, berpacaran atau hubungan apapun itu.
"Dia memaksa ku menjadi uke, jelas aku tidak mau."
Dan Taehyung tanpa sadar tertawa tertahan karena suara polos yang menjengkelkan itu lumayan menghiburnya.
"Aku memukul wajahnya, dan dia memukulku di bagian perut juga wajah. Kami bertengkar di koridor tempat tim basket berkumpul."
"Kau tidak malu?" Jungkook terkesiap, dia melirik Taehyung yang masih memunggunginya. Dia menggeleng bodoh yang sudah sangat jelas tidak akan terlihat oleh Taehyung.
"Apa sunbae ingin mendengarnya lebih lanjut?"
"Tidak."
"Uh, sebenarnya aku memaksa."
"Baiklah, ceritakan saja."
Taehyung saja tidak tahu kenapa sikapnya mencair pada anak baru itu, bahkan kenal atau mendengar namanya saja ti- ah, pernah, Jungkook ini adalah ketua tim basket yang baru, kenapa dia baru ingat ya?
"Tapi aku masih penasaran kenapa sunbae ada di sini." Taehyung menarik dirinya untuk menghadap pada Jungkook dengan tangannya sebagai sanggahan.
"Tebak, aku sehat tapi aku ada disini, menurutmu kenapa?" Jungkook duduk dan sedikit meringis, kemudian memposisikan dirinya duduk di pinggir tempatnya tidur lalu menatap Taehyung dengan teliti.
"Berkelahi dengan pacar juga?"
"Tidak, aku bukan kau."
Taehyung duduk dan memperhatikan banyaknya jumlah luka lebam di sekitar tulang pipi dan rahang Jungkook, bringas juga pacar Jungkook itu.
"Temanku menyukaiku, tapi dia sudah punya kekasih, kekasihnya punya selingkuhan, dan selingkuhannya menyukai temanku."
"A.. apa?" Taehyung tertawa kecil, kenapa jika membicarakannya dengan orang lain terdengar lucu? Padahal sudah berhari-hari dia tertekan karena hal konyol itu.
"Jadi bagaimana perasaanmu?"
"Aku pasti marah." Jawab Jungkook membara, apalagi Taehyung kan istimewa di matanya, hanya saja dia tidak berani mendekati Taehyung saja, tentu saja, terlalu banyak orang yang akan menghajarnya jika dia berani mendekati mawar sekolah itu. Jadi langkah awalnya adalah menjadi terkenal dulu agar pantas di sandingkan dengan Taehyung.
Dia sampai mau berpura-pura berpacaran dengan ketua Osis hanya agar memudahkan rencananya. Coba tebak sekarang seberapa menyesalnya dia? Dia malah di rendahkan untuk menjadi uke.
Sedang si ketua Osis sedang di larikan ke rumah sakit. Jadi siapa yang uke?
"Bukan, perasaanmu tadi. Kau malu tidak?"
"Tidak sama sekali."
"Kau benar-benar jantan Jungkook." Jungkook senang tapi entah kenapa dia malah menyeringai mendengar kata jantan itu.
"Sunbae, pundakku memar, tapi belum ada yang datang untuk menyembuhkannya.." Jungkook memasang wajah memelasnya yang dibuat-buat entah untuk apa. Taehyung dengan masih mempertahankan wajah datarnya turun dari tempat tidurnya.
"Tentu saja. Sekarang adalah jam sibuk, bocah." Taehyung naik dan memposisikan dirinya dibalik punggung Jungkook.
"Buka bajumu setengah saja." Jungkook dengan sengaja atau tidak malah melepas seluruh bajunya termasuk kaos dalam nya. Keparat anak itu, untung Taehyung masih bisa menahan diri untuk tidak menjerit seperti anak perawan melihat semua otot-otot itu tersaji di depan lensa coklat tuanya.
Fokus beralih pada -
"Kau gila?" Desis Taehyung kesal, Jungkook malah tertawa, tentu saja itu bukan memar karena pukulan itu adalah tanda panas dari kekasihnya yang brengsek itu. Taehyung tidak menyangka bocah yang dia anggap polos pada awalnya itu ternyata begini wujud aslinya.
"Maaf maaf." Jungkook menoleh dan menarik dagu Taehyung yang terkaget di tempat dan mencium dagu runcing itu sebentar sebelum mengecup belah bibir merah segar itu dengan bibirnya.
"Apa yang-" Taehyung sempat bisa melepasnya tapi Jungkook keburu membalik seluruh tubuhnya dan mendesak tubuh kurus itu hingga membentur tembok. Jungkook tertawa kecil di sela gigitannya pada bibir Taehyung saat tangan Taehyung tidak berhenti memukul kepala, lengan hingga punggungnya. Taehyung menyesal sudah berbaik hati, kenapa justru dihadapan bahaya dia malah jadi polos dan lemah?
"Bagaimana? Aku jantan bukan?" Bisiknya tidak tahu malu.
"Mati saja kau sana, cepat menyingkir dariku." Kening itu mengerut terganggu dengan keringat tipis yang menempel lengket pada anak rambutnya, uh, seksi sekali Jeon? Matamu sampai tidak berkedip begitu.
"Jung-" Jungkook kembali menciumnya putus-putus.
"Pergi atau- aku akan- berteriak!" Taehyung kewalahan dengan kungkungan Jungkook yang sudah mengunci seluruh pergerakannya, termasuk pahanya yang diapit kuat oleh Jungkook, ciuman itu tahu-tahu sudah makin liar, dan akhirnya Taehyung kelelahan.
"Teriak saja, ini kan jam sibuk?"
Jungkook tidak membiarkan tatapan itu menjauh darinya, dia menarik dagu Taehyung yang masih sibuk menghirup udara."Harusnya jangan melawan, lihat? Kau jadi kelelahan." Jungkook menghapus senyum polosnya yang tadi dan memberikan Taehyung senyuman yang akan Taehyung ingat seumur hidup, senyuman lelaki bersurai coklat terang itu mendekat lagi.
"Akhhh!!" Dan Taehyung benar-benar berteriak, membuat Jungkook keburu menciumnya lagi.
"Jangan berteriak sunbae, kita akan berakhir sama-sama malu nanti."
"Kalau begitu pergi dariku. Astaga, aku tidak bisa bernapassss.." Jungkook malah mengerjai lehernya, sumpah Jungkook masih kurang, kalau cuma bibir kan sayang sekali. Taehyung menutup rapat mulutnya dengan telapak tangannya, sedang satunya masih sibuk memukuli punggung Jungkook, lelaki yang kini memeluk pinggnganya sangat erat, kepalanya pening karena terbentuk pada tembok terus menerus setiap Jungkook menghisap kuat lehernya.
"Ya Tuhan!" Jungkook malah mendesis saat tubuh mereka menempel erat dan dibawah sana tidak sengaja bergesek, pandangan Taehyung langsung memutih, dia lemas.
"Jung.. ku rasa.. kita harus.. hentikan.. ini."
"Neh..."
***
END
Apa ini???????