1

915 86 31
                                    

Duduk sendirian di dalam sel yang dingin adalah kebiasaannya dari dulu. Di saat 'tahanan' yang lain melakukan kegiatan di luar sel, ia lebih memilih duduk di kasur kerasnya sambil memikirkan masalah dunia saat ini. Saat 'tahanan' lain saling bergosip ria di ruang makan, ia lebih memilih untuk merencanakan sesuatu demi mengembalikan dunianya yang dulu. Saat 'tahanan' lain tertidur pulas di sel masing-masing, ia lebih memilih untuk pergi keluar sel untuk mengelilingi penjara besar itu. 'Tahanan' yang lain tidak ada yang mengenalinya, tidak ada yang mengetahuinya, tidak ada yang tahu penghuni sel nomor 241 itu.

"Waktunya makan, 241," ucap perempuan yang berdiri di depan sel. Ia membuka pintu sel nomor 241.

Maurelle mendongkak dan menatap dingin penjaga perempuan itu. Jika ia masih memiliki kekuatannya, perempuan itu pasti tidak berada di sini dengan seringaian menjijikannya. Maurelle membenci perempuan itu. Ia memperlakukan seluruh 'tahanan' dengan semena-mena, seakan-akan dialah yang terhebat di penjara ini.

"Aku tidak lapar." Kata-kata yang selalu keluar dari mulut Maurelle selama 2 hari terakhir. Entah mengapa, Maurelle tiba-tiba ingin melakukan pemberontakan di dalam penjara itu. Ia mulai muak dengan perlakuan semua penjaga penjara itu. Selama 10 tahun, baru kali ini Meurelle memiliki ide untuk melakukan pemberontakan. Waktunya selalu dipakai untuk melamun dan melampiaskan amarahnya lewat tinju, membuatnya lupa akan janjinya pada diri sendiri.

"Keluar dari selmu sekarang, 241! Atau aku menyeretmu keluar menuju ruang eksekusi! Kau melanggar peraturan penjaran selama dua hari! Jika walikota tahu, ia tidak akan segan-segan untuk memberimu surat pernyataan eksekusi mati!" Bentaknya.

"Chill, Maggie," kata-kata yang selalu dilontarkan Maurelle kepada penjaga itu. Maggie -penjaga perempuan itu- menatap Maurelle dingin lalu menyeret Maurelle menuju ruang makan.

***

Di tengah-tengah ramainya ruang makan, Maurelle menatap makanannya tanpa berkutik sedikitpun. Ia sangat lapar, tetapi nafsu makannya tidak ada. Rasanya ingin melemparkan makanan itu kepada Maggie. Jika saja penjaga menyebalkan itu tidak menyeretnya ke ruang makan, ia pasti masih berada di selnya sambil memikirkan rencana pemberontakannya sekarang.

"Waktu makan habis! Kembali ke aktivitas kalian sekarang!" Teriak Komandan Barnes.

Komandan Harry William Barnes. Nama yang unik memang. Wajahnya begitu tampan, fyi. Badannya yang tinggi, tegak, dan berotot membuat para 'tahanan' wanita betah tinggal di sel. Walaupun sikapnya tegas, dingin, dan kejam, tidak ada yang bisa mengelak ketampanannya. Pekerjaannya di penjara ini hanyalah mengatur para penjaga dan para tahanan. Tetapi, ia tidak pernah mengingat nama-nama semua 'tahanan', ia bahkan tidak mengingat nama anak buahnya sendiri.

Semua 'tahanan' pun melakukan aktivitasnya, termasuk Maurelle. Ia kembali ke selnya, duduk di kasur kerasnya, menatap jeruji di depannya, dan mengelus tatto -tanda 'tahanan' sel- yang berada di lengan kanannya.

 Ia kembali ke selnya, duduk di kasur kerasnya, menatap jeruji di depannya, dan mengelus tatto -tanda 'tahanan' sel- yang berada di lengan kanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pip!
'Para tahanan diharapkan untuk kembali ke selnya!'

Setelah mendengar pemberitahuan itu, Maurelle mengganti pakaiannya lalu berjalan ke luar sel nomor 241 itu. Ia berjalan menyusuri lorong gelap itu dengan tenang, melirik setiap isi sel yang ia lewati. Sesampainya di tempat yang ia tujui, ia melepas jaketnya dan memasang pelindung tangan.

Ia menghadap samsak di depannya, seakan-akan samsak itu adalah orang-orang yang dibencinya.

Bugh! Bugh! Bugh!

Maurelle meninju samsak di depannya dengan kuat, menendangnya berkali-kali, dan mengeluarkan seluruh emosinya. Ia menggeram frustasi beberapa kali sambil meninju samsak itu dengan kencang. Keringatnya mulai bercucuran. Ia duduk untuk beristirahan selama beberapa detik. Lalu kembali berdiri dan melepas pelindung tangannya.

Bugh! Bugh! Bugh!

Maurelle kembali meninju samsak tak bersalah itu tanpa menggunakan pelindung tangan. Ia lalu menyikut samsak itu berkali-kali dan meninjunya bertubi-tubi.

"Siapa di dalam?!" Suara berat dan tegas itu terdengat dari luar ruangan.

Maurelle terlonjak kaget. Ia mengambil jaketnya, lalu berlari ke luar ruangan itu melalui pintu belakang. Ia berlari menyusuri lorong gelap dengan hati-hati. Berkali-kali ia mengecen keadaan apakah aman atau tidak. Jika penjaga tahu, bisa-bisa ia mendapat surat pernyataan eksekusi besok pagi.

Ia dengan cepat mengambil kunci sel yang ada di sakunya -ya, ia memiliki kunci selnya yang baru ia ambil dari saku Maggie- lalu masuk ke selnya. Tidak lupa, ia melemparkan kunci selnya jauh ke luar ruangan agar ia tidak dituduh mencuri kunci.

Maurelle mengganti pakaiannya dan merebahkan badannya di kasur keras itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Chapter 1!

Oh iya gambar itu, aku dapet dari videoklip Demi Lovato- Confident ya.

Jangan lupa vommentsnya ya:)
Thanks

Beautiful but ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang