8

413 64 21
                                    

Budayakan menghargai karya orang:)
No boomvote
Kritik saran dibutuhkan:)
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

"Elle! Elle!" Harry mengguncang-guncang tubuh Maurelle yang sedang meringkuk di lantai dengan pelipis penuh keringat. Harry sangat cemas saat melihatnya memohon-mohon terhadap sesuatu dalam keadaan tidur. Ia lebih cemas lagi saat mendengar suara tembakan dan teriakan di luar rumah. Harry sudah membangunkan Thomas dan menyuruhnya untuk bersembunyi di ruang bawah tanah. Dan sekarang waktunya Maurelle untuk bersembunyi.

Maurelle membuka matanya lebar-lebar dan langsung duduk. Dadanya naik turun layaknya orang kelelahan karena dikejar hantu. Manik biru cerah itu menatap mata Harry dengan tatapan menyedihkan. Matanya menyiratkan sebuah ketakutan.

"Elle, kau tidak apa-apa?" tanya Harry sambil menempelkan punggung tangannya di dahi Maurelle, takut Maurelle sakit.

Maurelle memejamkan matanya sebentar sambil menghembuskan napasnya pelan. Ia membuka kembali matanya dan mengangguk.

"Sepertinya orang yang menangkap Mari ada di sini. Kau cepat ke ruang bawah tanah, sudah ada Thomas di sana. Aku akan mengambil barang-barang kalian dulu," titah Harry setengah berbisik. Maurelle hanya mengangguk dan segera berlari ke pintu menuju ruang bawah tanah.

Harry langsung membereskan tas Maurelle dan segera berjalan menyusul Maurelle dan Thomas. Namun, sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Hello, Komandan Barnes."

Harry membulatkan matanya. Kakinya seakan menempel pada lantai kayu itu. Jantungnya berdegup kencang dan kedua tangannya mengepal kuat di samping badannya. Harry menghembuskan napasnya kasar, lalu membalikkan badannya, menatap pria besar berbaju hitam dengan masker hitam di mulutnya sambil mengarahkan sebuah senjata ke arahnya.

"Apa maumu?" tanya Harry dingin. Mata hijaunya menatap tajam mata coklat pria di depannya itu.

*

Maurelle berlari memasuki ruang bawah tanah. Matanya menyapu seluruh ruangan yang penuh debu itu. Cahaya dalam ruangan itu sangat minim dan hanya terdapat barang-barang bekas di sana.

"Thomas?" bisik Maurelle sambil berjalan pelan.

"Di sini, Elle" suara berat Thomas terdengar di sudut ruangan. Maurelle segera berjalan melewati lemari besar. Di sanalah Thomas berada. Duduk bersandar di tembok dengan kedua kaki diluruskan, tangannya mengelus perutnya.

"Lukamu baik-baik saja?" tanya Maurelle. Ia duduk di samping Thomas.

"Ya....kuharap." Thomas terkekeh kecil, namun Maurelle tahu bahwa Thomas sedang berusaha menutupi rasa sakit di perutnya itu.

Maurelle hanya mengangguk, lalu duduk bersandar di sebelah Thomas.

"Dimana Harry?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Thomas membuat mata Maurelle membulat sempurna.

"Ya ampun! Jangan-jangan ia kenapa-napa!" seru Maurelle. Maurelle langsung berdiri. Sebelum Maurelle melangkahkan kakinya, tangan besar Thomas menggapai tangan Maurelle.

"Jangan pergi. Aku takut di atas sedang terjadi apa-apa," ujar Thomas dengan nada memelas.

"Justru itu yang aku takutkan. Jika terjadi sesuatu pada Harry, aku tidak bisa mencari adikku, Mari. Hidupku dan Mari bergantung padanya," jelas Maurelle. Kedua alis Maurelle menyatu menandakan kecemasan. Maurelle segera melepaskan genggaman Thomas dan berjalan menuju tangga.

Dar!

Maurelle menghentikan langkahnya. Matanya semakin membulat, ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Maurelle membalikan badan untuk menatap Thomas sebentar, lalu ia berlari ke atas. Thomas meneriaki nama Maurelle berkali-kali, hingga akhirnya ia memaksakan diri untuk berdiri menyusul Maurelle.

Beautiful but ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang