Maurelle membuka matanya perlahan. Ia mengelus-ngelus perutnya yang mulai meminta makan. Maurelle melirik jam yang tergantung di dinding. Jam 4 pagi. Maurelle berjalan menuju dapur dengan mata yang setengah terbuka dan mengambil segelas air. Ia meneguk segelas air itu dalam hitungan detik.
"Pergi kemana kemarin?" Maurelle membulatkan matanya dan terbatuk-batuk.
"Kau sudah pulang?" Maurelle menatap lelaki yang sedang menyandarkan punggungnya di kulkas.
"Pergi kemana kemarin?" Lelaki itu mengulang pertanyaannya dengan penuh penekanan.
"Salon dan supermarket," jawab Maurelle santai.
"Bukankah aku sudah menuliskan pesan untukmu agar kau tidak keluar dari apartemen?" Harry menatap Maurelle tajam.
"Aku membacanya. Tetapi, aku bosan." Maurelle mengedikkan bahu.
"Kau tahu kan dunia sedang dalam bahaya? Kalau kau mati, aku yang terkena masalah," ucap Harry dengan tegas.
"Tetapi aku bosan." Maurelle berjalan melewati Harry. Baru lima langkah ia berjalan, ia berhenti. "Oh iya, aku memakai uangmu yang di sofa ya." Maurelle mengedipkan sebelah matanya, lalu berjalan kembali.
"Kau tidak bisa seenaknya! Ini rumahku! Kau baru sehari tinggal di sini dan sudah melanggar peraturan!" teriak Harry sambil berjalan menuju Maurelle.
"Tak usah berteriak, Mari sedang tidur," ujar Maurelle santai.
"Aku tidak peduli! Kau telah--"
Dar! Dar! Dar!
Harry dan Maurelle terlonjak kaget. Dilihatnya kaca jendela yang berlubang karena tembakan.
"Apa i--"
"Cepat bangunkan Mari," titah Harry. Maurelle hanya mengangguk dan berlari menuju kamar.
Harry mengambil beberapa pistol dan belati yang ada di laci dapurnya. Ia mengambil hoodie nya dan memakainya.
Maurelle datang dengan Madi di dekapannya. Harry memberi sebuah pistol kepada Maurelle.
"Untuk apa?" tanya Maurelle sambil menatap pistol itu.
"Jaga-jaga." Harry langsung menarik tangan Maurelle dan berjalan menuju tangga darurat.
"Mengapa tidak naik lift?" tanya Maurelle, lagi.
"Jangan banyak bertanya dan ikuti perintahku."
Maurelle memutar kedua bola matanya lalu berlari mengikuti Harry.
"Mari, kau berat sekali," gerutu Maurelle yang kesusahan menuruni tangga.
"Aku tidak gendut kok." Madi mendengus kesal.
"Kalian berisik. Mari kau turun dari gendongannya Elle. Kita harus cepat," titah Harry.
Duar!
Maurelle, Harry, dan Madi membulatkan mata mereka. Mereka segera berlari sekencang-kencangnya mencari jalan keluar.
"Ayo, Elle! Aku takut dalam hitungan detik gedung ini runtuh!" teriak Harry, ia menggendong Madi dan menarik tangan Maurelle.
Pintu keluar sudah ada di depan mata mereka mereka mempercepat langkah mereka.
Brak!
***
"Uhuk! Uhuk! Ya ampun," Maurelle membuka matanya perlahan. Ia melihat keadaan sekitar. Kota itu sudah hancur. Gedung-gedung runtuh, jalanan rusak, dan korban dimana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful but Cold
Fanfiction[COMPLETED] 11 Maret 2017 TOLONG jangan mengikuti setiap bagian kecil dari cerita. Apalagi 'hal-hal aneh dan unik' yang ada di ceritaku, itu susah mikirnya. TOLONG hargai:) Jangan plagiat ya. ⚠WARNING⚠ Cerita ini aku tulis udah lama banget, jadi pen...