2

600 88 36
                                    

Jangan lupa divote sayang-sayangku:)
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Pip! Pip! Pip!

Suara nyaring itu dapat merusak telinga siapa pun yang mendengarnya. Maurelle membuka matanya sambil merenggangkan kedua tangannya.

'Para 'tahanan' diharapkan segera mandi, lalu bergegas ke ruang makan untuk sarapan!'

Huh hari-hari yang membosankan bukan?

Selama sepuluh tahun Maurelle melakukan hal yang sama setiap hari. Bangun-sarapan-diam di sel-makan siang-diam di sel-makan malam-diam di sel-berlatih tinju-tidur. Maurelle rindu saat dimana ia masih kecil dulu. Maurelle rindu saat ia bermain di taman dekat rumahnya dulu. Maurelle rindu saat ia main kejar-kejaran dengan ayahnya dulu. Maurelle rindu dibacakan cerita-cerita tentang kerajaan oleh ibunya dulu. Sayangnya, setelah ledakan itu, orang tuanya meninggalkannya, penjara dibuat, dan akhirnya di sinilah dia. Mengingat masa kecilnya yang membahagiakan. Ia bahkan belum sempat menggunakan 'kekuatan' yang ia dapatkan secara tidak sengaja. Ia tahu kekuatannya apa, tetapi ia belum pernah mencobanya. Hanya saja, saat pengecekan gen, ia dikatakan memiliki kerusakan gen. Hal yang membuatnya harus tinggal di sel dingin ini.

"MAURELLE! KELUAR SEKARANG JUGA! ATAU KAU MAU AKU MEMINTA SURAT PERNYATAAN SECEPATNYA?!" teriak Maggie.

Maurelle mengacuhkan teriakan Maggie. Ia malah berjalan dengan lunglai menuju kamar mandi. Setelah selesai melakukan apa yang harus dilakukan di kamar mandi, Maurelle berjalan melewati Maggie yang sudah menunggunya di depan pintu.

"Tidak tahu malu," gumam Maggie.

"Tidak tahu diri," gumam Maurelle.

***

Seperti biasa, setelah makan, Maurelle duduk di atas kasur kerasnya sambil mengelus-ngelus tattonya. Masih memikirkan hal yang sama, bagaimana ia bisa bebas dari penjara ini? Mengetahui bahwa para 'tahanan' wanita tidak mau ke luar dari penjara ini karena Komandan Barnes dan para 'tahanan' pria yang tidak mau pergi karena Maggie, membuat Maurelle bingung akan mengajak siapa dalam 'rencana'nya ini.

"NO! LET ME GO! MOMMY!" tangisan itu menggema di lorong depan sel Maurelle.

Maurelle menghentikan aktivitasnya, lalu berdiri mendekati jeruji putih bersih di depannya. Dilihatnya seorang anak gadis yang diseret oleh seorang penjaga 'tahanan'. Penjaga itu menarik tangan gadis kecil itu dengan kuat membuat gadis itu menangis sejadi-jadinya.

"Hey! Kau menyakiti dia!" teriak Maurelle. Beberapa tahanan langsung berdiri menghampiri jeruji yang menghalangi mereka, penasaran.

"Kau pikir kau bisa memerintahku, huh?" Ledek penjaga tersebut.

"Kau menyakiti seorang gadis kecil yang bahkan tidak tahu mengapa ia ada di sini!" amarah Maurelle mengebu-ngebu.

"Dia tahu, ya kan, gadis kecil? Kau di sini karena...apa ya? Oh ya, TIDAK BERGUNA!" bentak penjaga tersebut sambil menekankan dua kata terakhir.

"Perhatikan ucapanmu, tuan-penjaga-kurang-ajar!" Maurelle memukul jerujinya dengan keras, membuat gadis tersebut meringis.

Penjaga tersebut membuka sel 243 yang berada di seberang sel Maurelle, lalu mendorong gadis tersebut ke dalamnya. Setelah menguncinya kembali, ia berjalan menuju sel Maurelle lalu menarik rambut blonde Maurelle.

"Dengarkan aku, nona. Kau tidak berguna. That's why you're here. Kau hanya berguna jika suatu saat ada seseorang yang menginginkanmu sebagai budak. Jika tidak, kau akan tinggal selamanya di sini." Penjaga itu melepas rambut Maurelle lalu pergi meninggalkan Maurelle.

***

Maurelle menatap tangannya yang memar karena meninju jeruji tadi pagi. Ia membuka lemari putih di hadapannya. Penjara yang indah bukan? Disediakan lemari beserta baju-bajunya, kamar mandi di dalam sel, dan sel yang bersih. Walaupun begitu, Maurelle tetap tidak betah tinggal di sini.

Maurelle mengganti bajunya dengan celana legging hitam dan juga sweater abu. Ia mengikat rambutnya ala messy bun. Jika kalian bertanya mau ke mana Maurelle, kalian pasti tahu apa yang ia lakukan setelah makan malam bukan?

Saat Maurelle hendak keluar dari selnya, ia melupakan sesuatu.

Kuncinya.

Ia lupa mengambil kuncinya dari saku Maggie. Maurelle menghela napasnya, lalu duduk bersandar di sebelah jeruji.

"I can't sleep."

Suara kecil itu membuat Maurelle merinding. Matanya mengecek keadaan sekitar, sampai akhirnya ia melihat gadis kecil itu di seberang selnya.

"Why?" Maurelle menatap gadis itu iba.

"I miss my parents."

"What's your name, little girl?" tanya Maurelle penasaran.

"Madison. Madison White." Gadis kecil itu tersenyum manis.

"Berapa umurmu?"

"7 tahun." Muda sekali. Maurelle teringat dirinya dulu yang mulai dipenjara pada umur 10 tahun. Sedangkan gadis di depannya ini masih berumur 7 tahun.

"Apa kekuatanmu?" Maurelle mengahadap ke arah anak gadis itu, tangannya menggenggam jeruji di depannya.

"Aku bisa menggerakan sesuatu dengan pikiranku." Madison tersenyum kecil.

"Wow! Apakah kau sudah pernah mencobanya?" tanya Maurelle antusias.

"Hanya sekali, tadi siang. Sebelum aku dan ibuku pergi ke rumah sakit." Senyuman Madison pudar setelah mengucapkan kata 'ibu'.

"Mengapa kalian pergi ke rumah sakit?"

"Ibu bilang kalau aku sakit. Awalnya aku tidak mengerti, tetapi sekarang aku mengerti." Isakan tangis Madison mulai terdengar.

"Madi, don't cry. Aku di sini okay? Kita saudara sekarang." Maurelle berharap ia bisa memeluk gadis kecil itu sekarang, tangannya menggenggam erat jeruji putih di depannya.

"Mereka melukaiku."

"Apa?" tanya Maurelle geram.

"Mereka membuat tanda di lenganku. Sakit." Maurelle bisa melihat Madi yang mengelus-ngelus lengannya.

Oh, tatto itu.

"Rasa sakitnya sebentar lagi hilang, Madi."

"Can I call you 'Mommy'?" tanya gadis polos itu secara tiba-tiba.

Maurelle terdiam sejenak. "Yes, you can."

"Apa kekuatanmu, Mommy?" Gadis kecil itu mulai menghapus air matanya.

DAR!

Maurelle dan Madi terlonjak mendengar suara tembakan itu.

Tet! Tet! Tet!

'Siaga! Siaga! Siaga!'

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Vote for next chapter!
Jangan lupa kritik dan sarannya:)

Thanks:)

Beautiful but ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang