"Jadi, apa rencanamu?" tanya Thomas. Ia dan Harry akan menyeludup masuk ke dalam markas para makhluk biru itu. Sedangkan Liam dan Sophia berjaga-jaga di mobil yang terparkir jauh dari markas.
Harry dan Thomas bersembunyi di balik batang pohon yang besar. Mereka berdua sudah membawa senjata lengkap untuk berjaga-jaga.
"Masuk ke dalam. Bertemu Maurelle. Memerintahkan Maurelle untuk membekukan bola terang yang berada di tengah ruangan hingga bola tersebut pecah---"
"Lalu memerhatikan Maurelle mati," potong Thomas dengan nada sarkas.
"Thomas, kita tidak ada pilihan lain," gerutu Harry.
"Pasti ada pilihan lain. Yang akan kita lakukan adalah menyelamatkan Maurelle dan membunuh Louis Tomlinson beserta anak buahnya," jelas Thomas.
"Itu tidak akan berhasil. Pesawat makhluk-makhluk itu akan terus datang," terang Harry sambil memijit pelipisnya. Lelaki di sebelahnya itu sungguh keras kepala.
"Lakukan rencanaku. Aku tidak mau merelakan Maurelle," ujar Thomas lalu ia membalikkan badannya menatap markas para Iliens itu. Markasnya tidak terlalu besar namun dijaga ketat. Iliens berdiri di setiap sisi markas dengan senjata di tangan mereka.
Thomas memainkan jari-jarinya, matanya kembali menjadi hijau. Akar-akar pohon merayap di atas tanah dengan tenang. Beberapa menit kemudian, lima makhluk biru yang sedang bejaga-jaga terlilit oleh akar-akar pohon tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Thomas langsung berlari kecil menuju markas itu diikuti Harry di belakangnya.
***
"Kau ingat saat kau dan Harry berada di pinggir sungai untuk mengambil air? Kalian sungguh romantis. Ingat setiap detik momen yang terjadi di sana?" Sudah lebih dari satu jam Louis berusaha membuat Maurelle mengingat memori-memori yang membuatnya jatuh cinta kepada dua orang lelaki itu.
Tetapi, Maurelle tetap duduk di sana. Wajahnya terlihat lelah, rambut berantakan, tangannya memar karena ikatan di tangannya yang terlalu kencang. Maurelle berusaha untuk tidak mendengar perkataan Louis tadi. Ia menyanyikan apapun lagu yang ada di pikirannya.
"Atau kau ingat pertama kalinya jantungmu terasa dingin saat itu? Dan kamu berdoa pada Tuhan agar kau tidak mendapat kekuatan es itu. Setelah itu, kau memeluk Komandan Barnes, bukan?" tambah Niall.
"Oh, oh, atau saat kau berdansa bersama Thomas di rumah Liam dan akhirnya kalian ber---"
"Hentikan!" teriak Maurelle. "Kalian ingin jantungku? Ambil saja! Hentikan semua ceritamu tentangku. Tolong."
Maurelle tidak tahan lagi. Ia tidak mau mengingat setiap momen yang ia lakukan dengan Thomas atau Harry. Itu akan membuatnya semakin bingung. Maurelle berusaha menahan air mata yang sudah berada di pelupuk matanya. Ia mulai merasakan dingin di jantungnya. Dingin itu merambat di jantungnya secara perlahan namun menyakitkan, seperti ada sepuluh jarum menusuk setiap detiknya.
"Jika kau tidak mau mendengar ceritamu, aku akan memberitahumu ceritaku sebelum kau mati," ujar Louis sambil menyeringai.
"Sepuluh tahun yang lalu, band terbesar sedunia tiba-tiba bubar. Bukan karena kami bermusuhan atau ingin bersolo karir, tetapi karena aku dan Niall sudah memiliki rencana besar, yaitu menguasai dunia. Dan bola yang di tengah ruangan itu, kami yang merakitnya. Benda itu yang menarik meteor it---"
"Hentikan apapun yang sedang kalian lakukan, mantan personel boyband." Suara berat itu menggema dari sudut ruangan.
Maurelle mendongak mencari-cari sumber suara. Dan di situlah Harry dan Thomas berdiri dengan senjata di tangan mereka. Mereka berdua menodongkan senjata mereka ke Louis dan Niall. Namun, puluhan Iliens keluar dari tempat persembunyian mereka dan berdiri melindungi Louis dan Niall, dan juga bola yang berada di tengah ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful but Cold
Фанфик[COMPLETED] 11 Maret 2017 TOLONG jangan mengikuti setiap bagian kecil dari cerita. Apalagi 'hal-hal aneh dan unik' yang ada di ceritaku, itu susah mikirnya. TOLONG hargai:) Jangan plagiat ya. ⚠WARNING⚠ Cerita ini aku tulis udah lama banget, jadi pen...