5

504 70 22
                                    

Sinar matahari masuk dari jendela apartemen Harry, membuat gadis yang sedang terlelap di sofa putih itu terbangun. Ia mengerjap beberapa kali, lalu menyibak selimut yang menghangatinya.

Wait. Sejak kapan aku memakai selimut? Batinnya.

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan mulai berdiri menuju kamar yang di tempati Madi. Matanya menyapu seluruh ruangan. Dimana sang empunya apartemen? Maurelle mengacuhkan pertanyaan yang tiba-tiba muncul di pikirannya itu dan mulai menggapai kenop pintu kamar. Sebelum membuka pintu, Maurelle melihat sebuah kertas menempel di pintu tersebut. Maurelle mengambil kertas tersebut dan membaca tulisan yang berada di kertas tersebut.

Ada misi yang harus aku selesaikan. Jangan keluar dari apartemenku, ini perintah. H

Cih, siapa dia berani melarangku? Gerutu Maurelle dalam hati. Ia memutar kenop pintu kamar di depannya. Dilihatnya seorang anak kecil yang masih tertidur pulas di atas kasur empuk itu.

"Madi," bisik Maurelle. Ia berjalan mendekati gadis tersebut, lalu mengguncang badan gadis kecil itu dengan lembut.

"Ayo bangun, sudah pagi." Maurelle mengelus rambut Madi lembut. Madi menggeliat di atas kasur, lalu menutup telinganya dengan bantal.

"Madi, ayolah. Kau tidak bosan berada di sini terus?" gerutu Maurelle. Maurelle tiba-tiba mempunyai ide cemerlang untuk membangunkan Madi. Ia akhirnya berjalan ke dapur.

"Coba lihat apa yang ada di sini," ucap Maurelle pada dirinya sendiri. Ia berjalan membuka kulkas. Kosong. Lalu ia berjalan membuka lemari makanan. Kosong. Maurelle memicingkan matanya. Dapur ini terlihat bersih.

"Ia meninggalkan aku dan Madi tanpa makanan? Awas saja Harry. Begitu kau pulang nanti, kupastikan kau tidur tanpa nyawa." Maurelle mengepalkan tangannya dan berjalan menuju kamar.

Ting Tong!

Maurelle menghentikan langkahnya dan menatap horor ke arah pintu. Ia berjalan ke arah pintu dan berancang-ancang untuk membukanya.

Ceklek!

"Oh, hai ,Tim! Apakah kau mencari Harry? Sayangnya Harry sedang tidak ada di sini." Maurelle terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Aku ingin bertemu kau, Miss. Kekasihmu menitipkan ini padamu." Tim menyerahkan sebuah kotak kepada Maurelle. Maurelle hanya menerimanya dengan raut wajah bingung.

"Terima kasih."

"Ya sudah, Miss. Saya permisi dulu." Tim pun langsung pergi meninggalkan Maurelle yang menatap kotak itu. Maurelle berjalan masuk lalu duduk di sofa putih. Ia membuka kotak tersebut. Ada sehelai kertas yang tertempel di tutup kotak itu.

Aku lupa kalian belum sarapan. Selamat makan. H

Pria ini senang sekali membuat pesan singkat, heh? Batin Maurelle.

Dilihatnya makanan yang berada dalam kotak. Omelette, salad, susu, dan roti. Maurelle tersenyum. Akhirnya ia bisa memakan sesuatu selain bubur aneh yang berada di penjara.

"Aku mencium aroma sesuatu." Maurelle terlonjak mendengar suara itu. Ia menatap gadis kecil yang sedang mengucek-ngucek matanya.

Maurelle tersenyum seraya berkata, "Ayo kita sarapan."

***

"Selesai!" pekik Maurelle dalam kamar mandi. Ia meletakan gunting yang digenggamnya ke atas wastafel. Maurelle menatap refleksinya di cermin.

"Jika hanya poni saja yang aku potong, Maggie masih mengenalku." Maurelle berpikir sejenak.

Tiba-tiba, ia tersenyum lebar lalu berjalan keluar kamar mandi. Ia berjalan menghampiri Madi yang sedang sibuk menonton TV.

Beautiful but ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang