22

238 27 19
                                    

Sel.

Sepertinya baru saja kemarin Maurelle bebas dari sel, tetapi sekarang ia harus masuk ke dalam sel lagi. Bahkan sel yang satu ini lebih buruk dari sel di penjara waktu itu. Ruangannya sempit, cahaya minim, lembab, dan kotor. Sesekali Maurelle menemukan tikus-tikus yang berlarian mencari makanan.

"Ayo, keluar! Tuan kami ingin bertemu denganmu," seorang Ilien --yang berbentuk seperti manusia-- membuka pintu sel lalu menarik Maurelle keluar.

Maurelle tidak bisa memberontak, mereka memasangkan gelang penetralisir gen di tangannya dan kedua tangannya diikat. Maurelle berjalan mengikuti Iliens yang berjalan di hadapannya. Maurelle mengalah, lagipula buat apa ia lari? Mereka menginginkan kekuatannya kan? Dan Maurelle tidak ingin memiliki kekuatannya. Jadi, Maurelle akan menyetujui apapun yang direncanakan makhluk-makhluk ini asalkan ia bisa jauh-jauh dari kekuatannya.

Maurelle duduk di sebuah kursi kayu tua. Kedua tangannya diikat di belakang tubuhnya. Maurelle duduk dengan tenang. Sesekali ia bertanya pada Iliens yang mengawasinya.

"Kapan bosmu itu akan datang?" Pertanyaan yang sama itu keluar lagi dari mulutnya.

Dan tentu saja, makhluk biru itu tidak menjawabnya.

Maurelle mendecak pelan dan menggerutu. Ia sudah menunggu selama satu jam. Ke mana pemimpin makhluk biru itu?

Hentakan kaki terdengar menggema di ruangan luas itu. Maurelle mendongak antusias. Karena cahaya yang minim, Maurelle hanya bisa melihat siluet dari pemimpin Iliens itu. Maurelle menyipitkan mata, berusaha agar bisa melihat lebih jelas.

Langkah kakinya terdengar semakin mendekat, hingga akhirnya sosok itu berdiri satu meter di hadapan Maurelle. Maurelle menengadah, matanya membulat begitu melihat lelaki berumur tigapuluhan itu.

"Kau...."

*

"Louis Tomlinson?"

Harry terkekeh. "Aku tidak bisa mempercayaimu, Thomas. Ia lelaki yang sangat terkenal di zamannya. Tidak mungkin ia bisa berubah menjadi psikopat yang ingin menguasai dunia."

"Dengarkan ceritaku dulu, Harry. Aku sedang serius sekarang," gerutu Thomas. Mereka sedang dalam mobil Liam, dalam perjalanan menjemput Maurelle.

Liam dan Sophia duduk di belakang. Sophia menyandarkan kepalanya di bahu Liam dengan mata tertutup. Kejadian tadi membuat Sophia trauma. Makhluk biru itu menyiksanya. Liam tidak bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah meninggalkan Sophia sendirian di kamarnya.

"Kita harus membuat rencana," usul Thomas.

"Rencananya adalah memberitahu Elle untuk membekukan sebuah bola yang bersinar seperti bulan---" Ucapan Harry terpotong oleh Thomas.

"Jangan! Itu akan membunuhnya!" Thomas menolak. Wajahnya memperlihatkan kekhawatiran.

"Tapi menyelamatkan dunia, Thomas," tegas Harry.

"Apakah dia tahu semuanya?" tanya Thomas.

"Tahu apa?"

"Apakah ia mengetahui seluruh cerita aslinya semua ini?" tanya Thomas lagi dengan penuh penekanan.

Harry tidak berkutik. Lelaki itu hanya memperhatikan jalanan. Liam memilih untuk diam di belakang karena ia tidak ingin mencampuri segala urusan mereka.

Thomas tertawa pahit. "Dia tidak tahu ya? Yang ia tahu hanyalah cerita palsu tentang ledakan di laboratorium itu. Dan kau belum memberitahunya apapun. Kau tahu seberapa bahayanya masalah ini, Harry?"

Harry membuka mulutnya, ingin berbicara. Namun, ia menutupnya kembali.

"Kau bahkan tidak mengetahui siapa orang di balik ini semua kan? Sepuluh tahun kalian semua mencari tahu. Sia-sia," desis Thomas.

Beautiful but ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang