20

252 29 17
                                    

Haloo, maaf aku baru update sekarang karena aku lagi sibuk-sibuknya di sekolah.

Bacanya sambil dengerin lagu
Shawn Mendes - Roses

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

"Kita singgah dulu di sini," kata Harry. Lelaki itu masih sibuk dengan tumpukan kertas yang dipegangnya.

Maurelle dan Thomas keluar dari mobil dan memperhatikan setiap inci rumah itu. Mereka akan bermalam sebentar di rumah anak buah Harry. Rumah itu tidak terlalu besar, hanya sebuah rumah kecil dengan cat berwarna putih namun memiliki halaman yang luas. Maurelle dan Thomas melewati halaman rumah dengan mata yang berbinar. Bunga mawar berjejeran rapi di sisi halaman, ditambah dengan hijaunya rerumputan di sekitarnya. Suasana halaman itu begitu menenangkan, mereka bahkan bisa menghirup segarnya dedaunan yang basah karena baru disiram itu.

"Silahkan masuk," sambut Liam, anak buah Harry. Lelaki itu membuka pintu rumahnya.

"Aku pulang!" teriak Liam. Lelaki itu memasuki rumahnya.

"Kau sudah pulang?" tanya seorang perempuan dari dalam.

Thomas dan Maurelle masih berdiri canggung di teras rumah. Berbeda dengan mereka, Harry masuk seenaknya ke rumah tersebut sambil serius membaca tumpukan kertas di tangannya lalu duduk di sebuah sofa yang berada di tengah ruang tamu.

"Masuk! Masuk!" pekik Liam. Lelaki itu kembali menghampiri Maurelle dan Thomas sambil merangkul seorang wanita cantik dengan rambut coklat lurus yang indah.

"Kalian, kenalkan istriku, Sophia. Sophia, kenalkan yang laki-laki bernama Thomas dan yang perempuan ini Ice Queen," ujar Thomas.

Sophia membulatkan matanya. "Ice Queen? Cepat masuk ke dalam."

Sophia dengan cepat menarik Thomas dan Maurelle dan mengunci pintu rumahnya rapat-rapat.

"Sebenarnya, kau bisa memanggilku Elle," ucap Maurelle canggung.

"Baiklah, Elle," jawab Sophia yang sedang melirik ke halaman melalui jendela. Perempuan itu lalu menoleh dan tersenyum.

"Akan aku tunjukkan kamar kalian."

***

Meja makan itu tertata begitu rapi, dengan hidangan makan malam yang menggugah selera di atasnya. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar di sana. Sesekali Sophia membuka suara untuk mencairkan suasana. Entah mengapa, ruangan itu terasa sangat canggung. Maurelle bahkan merasa mual sendiri karena aura canggung tersebut. Padahal Sophia dan Liam sangat ramah.

Sophia berdiri dan mulai merapikan piring-piring bekas makan malam mereka. Dengan cepat, Maurelle menghentikan kegiatan Sophia.

"Biar aku saja yang merapikannya. Kau boleh istirahat," tawar Maurelle. Gadis itu masih duduk rapi di kursinya, dengan makanan yang baru setengah habis di piringnya.

Harry, Liam, dan Sophia sudah istirahat di kamarnya masing-masing. Hanya tinggal Thomas dan Maurelle di meja makan itu. Mereka membersihkan piring-piring kotor berdua dan merapikan meja makan sambil bercanda ria. Suara tawa mereka mungkin saja sudah membuat penghuni rumah terbangun saking kerasnya.

"Ya, aku senang sekali menari. Walaupun aku menari layaknya ikan yang terdampar," canda Thomas. Lelaki itu duduk di hadapan Maurelle dengan tangan kanan yang menopang dagunya.

"Setidaknya kau bisa menari." Maurelle terkekeh. "Sepuluh tahun dikurung membuatku menjadi orang tanpa kemampuan, yang aku bisa hanya meninju samsak."

Maurelle menunduk lalu menertawakan dirinya sendiri. Di detik itu juga, Thomas berdiri dari tempatnya lalu mengulurkan tangannya. Maurelle menengadah, memperhatikan uluran tangan Thomas yang tertuju padanya.

Beautiful but ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang