Maurelle gelisah. Ia tidak bisa tidur karena mengingat kata-kata Harry di Mall tadi siang.
*flashback on*
"Bantu aku mencari Ice Queen." Maurelle mengerutkan dahinya.
"Siapa Ice Queen?" tanya Maurelle.
"Dia adalah alasan mengapa orang-orang itu menghancurkan kota ini. Dia yang mereka cari," jelas Harry.
"Mengapa dia menjadi bagian dalam misimu?" Maurelle semakin tidak mengerti.
"Karena dia adalah tanggung jawabku. Aku adalah penanggung jawab di penjara yang hancur itu. Tetapi, masalahnya adalah aku tidak mengetahui wajahnya. Yang kutahu adalah kemampuannya mengendalikan es." Harry mengusap wajahnya kasar.
"Apa lagi yang kau tahu?" Maurelle mulai gelisah.
"Dia tinggal di kamar nomor 241."
*flashback off*
Maurelle mengusap wajahnya. Dilihatnya Harry yang sedang tidur dengan lengan yang ia jadikan sebagai bantal. Mereka singgah di sebuah rumah yang tidak terlalu hancur. Setidaknya mereka bisa tidur, lalu melanjutkan perjalanan mencari Madi besok.
Maurelle berdiri lalu berjalan keluar rumah tersebut. Udara yang dingin menyambutnya. Maurelle memejamkan matanya, menghirup udara yang sudah bercampur debu. Pikiran tentang kata-kata Harry selalu muncul di pikirannya.
Apakah ia adalah Ice Queen? Atau Harry salah orang? Siapa 'mereka'? Apa yang 'mereka' inginkan darinya?
Beribu-ribu pertanyaan yang tidak bisa dijawab muncul di pikirannya.
Tap! Tap! Tap!
Lamunan Maurelle buyar. Ia mencari sumber suara. Dilihatnya seseorang berjalan mendekatinya. Berjalan agak lunglai dan sepertinya terluka.
"Halo?" tanya Maurelle.
"Elle?" tanya seseorang itu. Maurelle membulatkan matanya saat melihat wajah orang itu.
"Thomas!" Maurelle menghampiri Thomas yang sepertinya terluka parah. Maurelle membawa Thomas ke rumah yang ditempatinya. Maurelle dengan sigap mengambil handuk kecil yang berada di tas ranselnya. Ia mengambil sebotol air lalu membasahi handuk kecil itu dengan air.
Thomas duduk bersandar di dinding. Ia menahan rasa sakitnya luka yang berada di perutnya karena tertimpa reruntuhan. Maurelle membersihkan luka yang berada di perut Thomas dengan lembut. Thomas menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan rasa sakit.
"Maaf," ucap Maurelle pelan ketika ia melihat Thomas yang berusaha menahan sakit.
"Tak perlu minta maaf. Terima kasih." Thomas tersenyum tipis. Maurelle tersenyum lalu mengambil kaos putih yang berada di tas ranselnya. Ia merobek kaos itu, lalu menutupi luka Thomas dengan kaos itu.
Maurelle membersihkan handuk yang sudah penuh dengan darah itu, lalu kembali membersihkan luka-luka yang berada di wajah Thomas. Maurelle tersenyum tipis saat melihat wajah Thomas yang sepertinya sangat kelelahan.
"Kau bisa tidur kalau kau mau," ujar Maurelle setelah selesai membersihkan luka di wajah Thomas.
"Terima kasih." Thomas tersenyum manis ke arah Maurelle. Senyuman manisnya membuat Maurelle salah tingkah. Ia berdiri lalu berjalan meninggalkan Thomas yang mulai memejamkan matanya.
Maurelle kembali berjalan ke luar rumah. Ia melanjutkan aktivitasnya.
"Aku tidak tahu kau sudah memiliki kekasih." Suara berat dan serak itu membuat lamunan Maurelle buyar.
Maurelle membuka matanya dan berbalik. Ia tersenyum tipis.
"Dia bukan kekasihku. Aku bertemu dengannya saat jalan-jalan kemarin," jawab Maurelle tanpa menghilangkan senyumannya sedikitpun.
"Tetapi senyumanmu itu berkata lain." Harry memasang seringaiannya. Ia duduk bersila di atas trotoar berdebu yang dingin.
Maurelle menundukkan wajahnya, berusaha menutupi wajahnya yang memerah.
Harry menepuk tempat kosong yang berada di sisinya, menginstruksikan Maurelle untuk duduk di sebelahnya. Maurelle menuruti perintah Harry. Ia duduk bersila di sebelah Harry.
"Menyukai seseorang itu tidak salah, asalkan kau tidak terlalu berharap. Banyak berharap itu tidak baik untuk hatimu maupun kesehatanmu," ucap Harry tanpa mengalihkan pandangannya dari gedung yang sudah hancur di seberang jalan.
"Kau sepertinya sangat berpengalaman ya?" Maurelle tersenyum jahil.
"Tidak. Aku bahkan belum pernah merasakan suka sedikitpun. Hatiku masih utuh, bersih, tanpa sayatan sedikitpun." Harry menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya.
"Mengapa?" tanya Maurelle penasaran.
"Lebih baik menunggu daripada mencari. Jika kau salah menemukan orang, nanti hatimu hancur dan kau akan susah mencintai orang sepenuh hati lagi karena hatimu yang tidak utuh. Untuk apa mencari saat Tuhan sudah menentukan jodohmu?" Harry menatap Maurelle sebentar lalu kembali menatap gedung di seberang jalan.
"Dari dulu aku penasaran dengan cinta. Sepuluh tahun dikurung membuatku tidak pernah merasakan adanya cinta sama sekali." Maurelle memeluk lututnya.
"Kau dikurung?" tanya Harry sambil mengangkat satu alisnya.
"Um, ya. Orang tuaku mengurungku dan Mari di kamar kami. Kami tidak boleh keluar kamar kecuali jika ingin makan," jawab Maurelle asal.
"Oh, maaf." Harry merasa bersalah dengan pertanyaannya yang menyangkut orang tua Maurelle.
Maurelle berdiri lalu menepuk-nepuk celananya yang penuh debu.
"Aku tidur ya. Good night, Harry. Have a nice dream." Maurelle tersenyum tipis dan meninggalkan Harry.
"You too, Elle."
***
Gadis itu mengerang, berusaha menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. Dadanya terasa sakit. Rasanya ingin sekali merobek dadanya sendiri agar rasa sakitnya itu berkurang.
Gadis itu berteriak, keringatnya bercucuran. Layaknya es yang dipanaskan. Rasanya hati itu sedang meleleh.
"Kau tidak bisa jatuh cinta." Bisikan itu membuat gadis itu membulatkan matanya.
"Siapa kau?! Apa yang kau lakukan padaku?!" teriak gadis itu.
"Kau tidak bisa jatuh cinta, Ice Queen." Bisikkan itu terdengar lagi.
Gadis itu berteriak kesakitan. Kakinya bergetar, ia jatuh tersungkur ke lantai putih itu. Gadis itu berusaha menutup telinganya untuk menghindari bisikan-bisikan itu.
"Berhenti! Tolong!" teriak gadis itu.
"Jatuh cinta akan melelehkan hatimu. Akan melemahkanmu."
"Cinta itu tidak beguna."
"Kau sudah bertahun-tahun hidup tanpa cinta. Kau tidak boleh merasakan cinta hanya karena ada lelaki itu."
"Ia belum tentu mencintaimu."
"Tinggalkan cinta. Dunia ada di genggamanmu sekarang."
Bisikan-bisikan itu semakin kuat. Membuat gadis itu semakin merasakan kesakitan di seluruh tubuhnya. Gadis itu berteriak saat seluruh tubuhnya mulai meleleh.
"Ini yang kau dapatkan jika kau jatuh cinta!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Vomments yaaa.
Jangan lupa promotin cerita ini ke temen2 kalian.Thanks:)
![](https://img.wattpad.com/cover/87185848-288-k454635.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful but Cold
Fiksi Penggemar[COMPLETED] 11 Maret 2017 TOLONG jangan mengikuti setiap bagian kecil dari cerita. Apalagi 'hal-hal aneh dan unik' yang ada di ceritaku, itu susah mikirnya. TOLONG hargai:) Jangan plagiat ya. ⚠WARNING⚠ Cerita ini aku tulis udah lama banget, jadi pen...