1. Meet Him

34K 1.5K 101
                                    

Seulgi's POV

Siluet langit sore memaksa masuk dibalik jendela. Peralatan syuting sudah tidak tersisa, hanya ada beberapa staff yang masih terlihat sibuk berlalu-lalang.

Kuhela nafas, berdo'a demi kesuksesan lagu baru, yang semoga saja bisa membayar kerinduan banyak penggemar diluaran sana.

"Hi-" sapa sebuah suara dengan kikuk. Kupalingkan wajahku lantas menangkap sesosok pria tengah berdiri dibalik pintu.

"Annyeong," Jawabku kemudian. Respon tubuhku bekerja lebih baik dari biasanya. Ia melangkah masuk, berjalan mendekat lalu menghempaskan tubuhnya disampingku. "Kau sedang apa?"

"Kelihatannya sedang beristirahat bukan?" Jawabku ramah. "Kau sendiri?"

"Ah iya, aku mau menjemput Joy." Bibirnya mengulas senyum.

"Ah ya, aku lupa," ucapku berusaha ikut tersenyum. Ku perhatikan matanya yang kini ikut menyipit.

Padangannya mulai menyapu ke sekeliling.

"Joy dimana?" Tanya nya kemudian yang membuat lamunan singkat ku buyar.

"Eh-itu-sepertinya masih di ruang ganti."

Tak lama, matanya seketika berbinar melihat gadis yang baru saja kami bicarakan. Gadis itu juga nampak terkejut.

"Eoh Jimin? Kapan kau sampai?"

"Hei, kau ini tidak pernah sopan ya, aku kan lebih tua darimu." Protesnya. Entah kenapa celotehan ringan nya membuatku tersenyum.

Joy memutar bola matanya malas.

Well, aku sedang menyaksikan drama kecil di sore yang sangat cerah ini.

"Apa perlu berkali-kali aku mengatakannya? Aku lebih suka memanggilmu Jimin. Kenapa masih mempermasalahkan nya?" Joy tak mau kalah.

Lelaki itu, anggap saja ia tak pandai berdebat, terlebih pada gadis dihadapannya ini, akhirnya yang ia lakukan hanya bisa mengangguk pasrah. "Baiklah terserah kau saja."

Ia lalu bangun dan membuat jarak di antara kami. Ya, lebih baik begini. Aku tidak ingin dekat dengan cara seperti ini.

Begitu saja, kami tak pernah dekat dan berbicara banyak. Hanya perasaan kagum sepihak saja.

***

Jimin's POV

Lagu "I Need U" mengalun pelan didalam mobil, menemani jalanan Seoul yang cukup padat malam itu. Sesekali, aku dan Joy ikut bernyanyi melantunkan lagu yang pernah membawa BTS di masa yang begitu jaya nya. Ketika pertama kali kami mendapatkan trophy, ketika untuk pertama kalinya juga aku menangis sejadi-jadinya atas kemenangan itu.

Aku memilih menyetir sendiri, karena dengan begitu akan lebih leluasa menghabiskan waktu bersama Joy.

"Menurutmu, Seulgi eonnie orang yang seperti apa?"

Percakapan yang dimulai Joy malam itu cukup membuatku terkejut. "Eum.. sedikit tertutup, mungkin?"

Joy mendengus kesal. Jelas saja itu bukan jawaban yang di inginkannya. Walau apa yang ku katakan tidak sepenuhnya salah. Kurasa Joy juga tahu betul gadis seperti apa yang baru saja di pertanyakannya. Dan lagi pula-hei, kenapa tiba tiba membahas Seulgi?

"Memangnya ada apa?" Kini aku yang balik bertanya.

Raut wajahnya terlihat bingung beberapa saat. "Entah, sepertinya kami tidak pernah bisa menemukan topik yang bagus saat mengobrol."

Aku tertawa pelan mendengar jawaban nya. "Itu sih kau saja yang bodoh."

"Apa kau bilang?!"

Dan begitulah, suara Joy terus menggema disepanjang jalan. Lalu ia kembali sibuk membicarakan tentang Seulgi, membuatku ikut penasaran, bagaimana gadis itu selalu nampak tenang dan tidak pernah memperlihatkan emosinya? Atau ia memang terlalu baik dalam menyembunyikannya.

***

Seulgi's POV

Aku tersentak menyadari lamunanku yang kali ini cukup lama. Tidak. Bagaimana bisa aku mengabiskan waktu berjam-jam sampai tidak sadar bahwa hari sudah gelap.

Tidak ada suara apapun lagi dari luar ruangan. Apa yang kulakukan. Dengan cepat, aku bergegas meninggalkan tempat itu. Beruntung saja aku masih melihat Manager-nim di lokasi syuting. Pria itu tentu saja terkejut melihatku, namun aku sukses meyakinkan bahwa aku sibuk mencari sesuatu yang hilang di dalam sana sampai lupa waktu.

***

Usai mandi dan mengeringkan rambut, kuhempaskan tubuhku ke sofa. Didepanku layar televisi masih menyala, dengan suara yang sayup. Aku baru menyadari Yeri yang kini tengah tertidur di paha Irene.

Hanya ada kami bertiga. Wendy masih sibuk latihan untuk persiapan debut solo nya. Dan sepertinya Joy juga belum pulang. Heol, kenapa pikiranku mengarah kesana.

Tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa layar segi empat di depanku ini sama sekali tidak menarik. Aku bangun lalu menuju kamar, tentu setelah pamit ke Irene eonnie.

Dan disini lah aku berakhir sekarang, di pinggir jendela terbuka dengan hamparan langit malam dan angin sejum yang menerpa wajahku lembut. Entah, langit mungkin selalu punya cerita tersendiri pada siapapun yang sedang memandangnya. Seperti saat ini, perasaanku seketika tenang.

Drrrt.

Ponselku bedering pelan.

Kim Hanbin
Apa syuting nya berjalan lancar?

Sudah seminggu aku tidak mendapat kabar darinya. Seperti biasanya, jadwal tour group-nya memang begitu padat. Terlebih lagi ia adalah Leader yang harus siaga saat keadaan apapun.

Seulgi
Syutingnya berjalan lancar

Kim Hanbin
Syukurlah. Oh ya, apa kau mau keluar denganku? 😌

Tapi ada satu hal yang aku benci, dia suka menjahiliku. Seperti saat ini.

Seulgi
Kau pikir aku tidak tahu jadwal tour-mu?

Kim Hanbin
Kau memang fans nomor satu ku

Seulgi
Aku bisa saja memutus kontrak perjanjian persahabatan kita saat ini juga

Kim Hanbin
Kejam sekali. Ya sudah coba ceritakan apa yang sudah terjadi hari ini?

Seulgi
Ya begitu

Kim Hanbin
Menyedihkan

Kim Hanbin
Apa hari ini juga bertemu lagi dengan nya?

Seulgi
Heol, apa kau cenayang?

Kim Hanbin
Jawab pertanyaanku

Bisakah Hanbin tidak membahasnya sekarang?

Kim Hanbin
Masih berharap, huh? Bagaimana rasanya?

Sindiran nya benar benar menamparku. Aku terdiam sejenak, menyadari perasaanku yang tiba-tiba sesak.

Kim Hanbin
Kau baik-baik saja?

Kuabaikan pesan Hanbin. Mataku beralih menatap langit kamar. Namun pada akhirnya aku tidak bisa mendiamkan nya.

Seulgi
Berisik, aku ingin tidur

Kim Hanbin
Tidak asik. Ya baiklah. Selamat malam

Kututup wajahku dengan bantal. Kejadian singkat tadi kembali terputar, membuat mataku terasa panas.

Tidak. Kenapa aku seperti ini.

Kuhempas bantal yang tadi menutupi wajahku. Kakiku berjalan pelan menuju wastafel. Setidaknya dengan membasuh wajah akan membuatku lebih baik.

Dari jauh, layar ponselku kembali menyala. Aku membatin merutuki Hanbin berkali-kali. Baiklah sekarang perasaanku tak sesak lagi.

Dahiku berkerut menatap sebuah nama yang baru saja muncul di layar ponsel.

Taehyung
Masih bangun?

Tbc

Deepest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang