[8] Run Away

992 162 14
                                    

Ko Eun hanya memandang layar komputer yang menampakkan rekam medis virtual yang masih terbuka. Sedari tadi dia sudah mulai tidak konsentrasi dengan pekerjaannya. Pada akhirnya dia hanya menghabiskan tiga puluh menit dari waktu istirahatnya untuk melamun. Tangan mungilnya mengetuk-ketukkan jari telunjuknya di meja. Memandang langit-langit ruang dokter jaga dengan pandangan kosong.

Pukul empat dini hari, setiap detikan jam yang tergantung di dinding ruang dokter jaga terdengar keras di telinga Ko Eun. Dia sendirian di sana. Memilih untuk menyendiri lebih tepatnya. Harusnya dia tidur setelah rekannya menggantikan tugasnya di Emergency room, dan itu karena harus dipaksa dahulu. Menolak untuk tidur karena sesuatu sudah mengganggu pikirannya sejak dua hari yang lalu. Entah tiba-tiba dia mulai merasa khawatir lagi.

Ko Eun meletakkan kepalanya di atas meja. Menenggelamkannya di antara kedua tangan yang disendekapkan menutupi seluruh wajah cantik itu. Harusnya dia tidak boleh begini. Ada perasaan ingin kembali tapi dia tidak boleh mengingkari janjinya sendiri. Semakin dipikirkan semakin membuat dadanya sesak. Sekarang matanya mulai memberat, dan rasa kantuk sudah menyerangnya.

Gadis itu terkesiap ketika merasakan sebuah sentuhan di bahunya. Suara seorang junior yang masih internship membangunkannya. Ko Eun melirik jam tangannya, sudah pukul enam pagi. Jadi selama dua jam dia tidur dengan posisi duduk di depan komputer.

"Ah, maafkan aku. Kau jadi tidak bisa memakai komputernya karena ada aku di sini," katanya.

"Tidak apa-apa, sunbae. Justru aku yang tidak berani membangunkanmu karena kelihatannya kau lelah sekali," jawabnya. "Sebaiknya sunbae pulang dulu, aku tahu kau tidak pulang dari kemarin."

Ko Eun menggeleng pelan, lalu mempersilahkan gadis berambut panjang itu menempati tempat yang tadi dia gunakan. Dia berjalan ke dalam Emergency room dan menghampiri dokter Son Chaeyoung yang sedang berada di nurse station. Wanita itu malah mengomelinya karena penampilannya yang memang berantakan, lalu menyuruhnya pulang karena dia tahu Ko Eun tidak pulang sejak kemarin.

Harusnya memang Ko Eun sudah bisa menyelesaikan shiftnya pukul empat kemarin sore. Tapi dia memaksa agar diijinkan bekerja hingga pagi. Pada akhirnya Ko Eun menuruti perkataan rekannya, meskipun dengan berat hati dan masih saja berkilah ingin tinggal di Emergency room.

*

*

*

*


Ko Eun hanya memandang siapa yang sedang berada di depannya sekarang. Badannya mematung tak mau digerakkan. Seketika semua yang ada di sekitarnya terasa terhenti. Pria paruh baya itu membungkukkan adannya, memberi salam hormat pada Ko Eun. Sedangkan Ko Eun tidak bereaksi apa-apa.

Pria paruh baya itu lalu menjelaskan apa maksudnya menemui Ko Eun. Lalu menyuruh gadis itu mengikutinya, dan masuk ke dalam mobil mewah yang terparkir tidak jauh dari pintu masuk Rumah Sakit. Sebenarnya Ko Eun sudah tahu apa yang akan mereka bicarakan saat pria tadi berdiri menemuinya. Keputusannya untuk pulang dan istirahat di rumah sepertinya salah kali ini.

Mobil mewah itu membawa mereka ke sebuah restoran yang sedikit familiar baginya. Selama dalam perjalanan Sekretaris Kang Hyunmo, pria paruh baya itu, masih bungkam dan tidak mau memberitahu tentang apa yang sedang direncanakan. Setelah sampai, Sekretaris Kang mengajaknya masuk ke dalam ruangan yang tampak begitu mewah dengan dekorasi interior yang didominasi warna maroon dan gold itu.

Di sebuah meja yang terletak di sudut ruangan dekat jendela, Ko Eun akhirnya bertemu dengan orang itu. Wanita cantik diusianya yang tidak muda lagi. Ada rasa yang membuncah tapi harus mati-matian dia tahan di depan wanita itu. Ko Eun memberinya salam, dan wanita itu mempersilahkannya untuk duduk.

Nobody But MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang