If you can hear my heart beating everytime we meet
Please hug me without a word*
*
*
*
Ko Eun mematut dirinya di depan kaca besar di sebelah lemari baju. Memandang dari atas hingga bawah, dari ujung kepala sampai ujung kaki refleksi dirinya di cermin. Dress putih selutut yang membuat dirinya tampak berbeda sekarang. Polesan make up natural yang membuatnya semakin cantik. Juga rambut brown panjang sebahu yang hampir tidak pernah dia gerai, kini dibiarkan bebas dengan hiasan bando berwarna senada.
Dia mengambil ponselnya, memotret bayangan dirinya yang berada di cermin. Ko Eun lalu mengirimkan pada Lami. Tak berapa lama Ko Eun menerima balasan dari gadis itu. Katanya Ko Eun seperti putri dari negeri dongeng. Dan ZARA Crochet Floral Lace Scalloped Hem Tunic berwarna putih yang dia pilihkan tidak pernah gagal mempercantik wanita yang memakainya.
Ah, Lami selalu saja bereaksi agak berlebihan. Gadis remaja itu juga minta maaf karena tidak bisa me-make over Ko Eun seperti yang dia janjikan saat mereka belanja baju berdua kemarin. Karena Lami mendadak harus mengerjakan revisi proposal penelitian dari Profesor pembimbingnya di perpustakaan.
Ko Eun sedikit geli membaca pesan dari Lami. Dia merasa tidak sesempurna yang Lami bilang, Ko Eun tetaplah gadis yang biasa saja. Sekali lagi Ko Eun memperhatikan bayangan dirinya di cermin, tampak lebih feminim dari biasanya memang.
Beberapa saat kemudian ponselnya kembali bergetar, menampakkan sebuah pesan dari Mark. Dia bilang sudah berada di bawah dan akan segera menyusulnya ke atas. Ko Eun mengeluarkan heels berwarna cream dari kotaknya dan memakainya. Itu salah satu ide lami juga untuk membeli sepatu baru, padahal dia masih bisa memakai yang lama. Gadis itu bilang kalau cantik itu harus maksimal tidak boleh setengah-setengah. Ya, cukup menggelikan.
Bel dari intercom apartemennya berdering, Ko Eun harus bergegas membukakan pintu untuk Mark. Kasihan jika Mark harus berdiri lama di depan pintu. Ko Eun menyambar tas kecilnya dan berlari kecil menuju pintu depan.
Ia menarik nafas dalam, mengumpulkan kepercayaan dirinya. Jemarinya meraih gagang pintu dan perlahan terbuka, menampakkan Mark dengan setelan tuxedo warna hitam. Mata coklat Mark memandangnya sambil tersenyum sumringah. Sebegitu cantiknya Ko Eun hingga membuat Mark terpesona dan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Ko Eun. Sedangkan yang diperhatikan merasa penampilannya ada yang salah.
"Kau... cantik," celetuknya. Satu kata itu yang membuat Ko Eun bersemu. "Ready to go, princess?"
"Ayah dan ibumu ikut?" tanyanya sebelum meraih tangan Mark yang disodorkan pada Ko Eun.
Mark tersenyum simpul. Hei, mereka hanya akan pergi ke pernikahan Kak Jaehyun, dan bukan Ko Eun yang menikah. Tapi kenapa Ko Eun merasa debaran jantungnya tidak bisa dikontrol.
"Mereka sudah berangkat bersama supir, dan aku bertugas menjagamu," Mark tampak santai dengan jawabannya.
Kemudian tangannya menggenggam erat telapak tangan Ko Eun, selagi si gadis masih saja terdiam hanyut dalam pikirannya. Ko Eun tampak terkejut, ada aliran hangat yang merayap dari tangannya ke dadanya. Dan Mark membisikkan sesuatu yang sukses membuat wajahnya semakin bersemu merah.
"Kau cantik seperti pengantin wanita."
*
*

KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody But Me
FanfictionBut I'll be selfish and I don't care. Cause I want you, I need you all for me. Now I don't want anybody thinking just maybe. Nobody but me. Mark Lee to dr. Ko Eun © chielicious, 2016