"Aku tahu semua tentangmu. Sekarang akan aku beri tahu tentang diriku padamu. Aku tidak suka melakukan skinship, tapi bersamamu aku tidak bisa menahan untuk tidak melakukan itu."
Ko Eun berbaring memandang langit-langit kamarnya yang dipenuhi ornamen bintang-bintang glow in the dark, mengerjapkan kelopak matanya berkali-kali. Otaknya memutar memori itu lagi. Dia tidak percaya suara Mark masih saja terngiang di telinganya padahal sudah lewat satu minggu dia berusaha menghindari Mark. Ko Eun juga tidak membalas pesan Mark selama seminggu ini semenjak kejadian itu.
Jemari mungilnya tergerak menyentuh permukaan bibirnya. Memori yang satu itu juga langsung terputar dengan sendirinya. Dia masih ingat betul bagaimana Mark menarik tubuhnya ke dalam dekapan dada bidang laki-laki itu. Dan bagaimana rasanya saat bibir tipis Mark menempel pada miliknya.
"Arrgghh! Eun, you are crazy!" teriak Ko Eun. Bagaimana bisa dia masih saja merasakan perasaan aneh itu hingga sekarang.
Gadis itu lalu menutupi seluruh wajah cantiknya dengan bantal, dan menenggelamkan badannya dengan selimut. Tubuhnya akan bereaksi sama saat bayangan senyum tengil Mark mengisi otaknya. Pipinya mulai menghangat, dan rasa menggelitik di perut juga mulai muncul.
Ah, sialan memang.
Ko Eun terlonjak kaget saat Gummy naik ke atas ranjangnya, membuatnya bangun dari posisi tidurnya dan duduk bersila sambil memeluk guling. Tangannya mulai mengelus-elus punggung berbulu kucing kecil itu. Gummy mulai merasa nyaman hingga si kucing kecil itu tertidur di atas ranjang Ko Eun.
"Gummy, aku mulai berhalusinasi Mark. Aku tidak gila, kan?"
Tidak ada jawaban dari si kucing mungil, tentu saja. Ko Eun kembali membaringkan tubuhnya di sebelah Gummy. Terdiam tanpa melakukan apapun sampai suara ringtone dari ponsel yang ia letakkan di nakas terdengar keras. Dengan malas gadis itu bangun dan mengangkat telepon.
Terdengar suara Profesor Kim dari ujung sambungan telepon. Pria tua itu bilang mereka sedang butuh bantuan karena Emergency room sedang ramai karena kecelakaan masal yang baru saja terjadi. Setelah menutup teleponnya, Ko Eun kemudian bergegas pergi ke Rumah Sakit. Hari ini sebenarnya dia masuk shift jam empat sore. Masih ada waktu dua jam lagi, tapi karena keadaan darurat mau tidak mau Ko Eun harus berangkat. Itu adalah sebuah komitmen menjadi seorang dokter.
Dan, mungkin dengan menyibukkan diri di Emergency room akan membuatnya cepat menghilangkan Mark dari otaknya.
*
*
*
*
"Hari ini meeting dengan Pak Direktur Rumah Sakit Kyunghee batal, kenapa?" tanya Mark pada Donghyuk saat makan siang.
Donghyuk menyuapkan nasinya, sebelum menjawab pertanyaan Mark. Sedangkan Mark menunggu jawaban Donghyuk dengan mengerucutkan bibirnya.
"Mereka ada kunjungan dari WHO katanya." Dan sesaat kemudian Donghyuk melihat wajah kecewa Mark.
"Padahal aku mau ikut," gumamnya.
"Bilang aja mau ketemu sama dokter Ko Eun," celetuk Donghyuk. Sahabatnya yang satu ini memang selalu bisa membongkar modusnya. "Memangnya sudah resmi?"
"On the way," Mark terkekeh menjawab pertanyaan Donghyuk.
Donghyuk ikut tertawa kecil dan mengamini ucapan Mark. Dia juga melihat semakin hari tampaknya sahabatnya semakin cerah. Mark seperti punya semangat lebih. Berbeda saat beberapa bulan yang lalu sebelum mengenal Ko Eun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody But Me
FanfictionBut I'll be selfish and I don't care. Cause I want you, I need you all for me. Now I don't want anybody thinking just maybe. Nobody but me. Mark Lee to dr. Ko Eun © chielicious, 2016