[11] Too Good to be True

927 141 17
                                    

"Jadi, kalian tadi mau ngapain?" selidik Lami yang sekarang duduk di sofa depan televisi.

Ko Eun masih tidak mau menjawab. Hanya tangannya saja yang bergerak menyalakan kompor untuk memasak air daripada menjawab gadis berambut panjang yang sedang penasaran itu.

Kim Lami, namanya, tetangga depan rumahnya yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri. Lami yang masih berstatus mahasiswa itu juga tinggal sendirian. Dia sering main ke rumah Ko Eun sekedar untuk curhat hingga tengah malam. Mereka juga sering jalan-jalan berdua, atau menghabiskan waktu untuk nonton film seharian saat liburan.

Ko Eun masih berkutat di dapur, mengeluarkan beberapa bahan mentah dari kulkas. Dia kini sibuk dengan bahan-bahan makanan yang akan dimasak untuk makan malam yang sebenarnya sudah kemalaman.

"Kak Ko Eun, kau jahat sekali masa punya pacar tidak mau cerita ke Lami, sih," dengusnya, terdengar jelas dari dapur yang memang satu ruangan dengan tempat dimana Lami duduk.

Kalau diingat-ingat, Ko Eun jadi malu sendiri. Ya, karena tindakan bodoh Mark yang berusaha menyerangnya di tempat umum semacam lorong apartemennya. Saat Mark hampir menciumnya lagi, tepat saat Lami membuka pintu apartemennya sambil menggendong Gummy yang tadi pagi dia titipkan pada Lami. Ko Eun lantas mendorong Mark menjauh dan menyuruhnya pulang. Laki-laki itu akhirnya menuruti perintah Ko Eun dengan dumelan dan wajah sebal karena gagal mengerjainya.

Lami melihat mereka, itu satu hal yang memalukan bagi Ko Eun. Ketahuan seperti itu, bisa-bisa Lami dan para tetangga yang lain akan berpikiran yang tidak-tidak tentangnya. Dan itu semua gara-gara perbuatan bodoh Mark. Hanya Mark yang patut disalahkan saat sekarang gadis remaja berambut panjang itu mulai menginterogasi Ko Eun.

"Kak Ko Eun sama kakak ganteng itu sudah berapa lama?" tanya Lami lagi.

"Dia bukan pacar kakak," jawab Ko Eun. Tangannya masih sibuk memotong sayuran dan dengan cekatan memasukkannya pada panci berisi air mendidih.

Lami berjalan ke arah dapur. Sedangkan Ko Eun yang sekarang sedang sibuk mencuci beras. Gadis itu berdiri di dekat pantri sambil menyendekapkan tangannya di depan dada.

"Masa sih?" ujarnya. Anak itu masih saja gigih menginterogasinya. Lami tidak akan mudah menyerah sebelum dia mendapatkan jawaban yang dia mau. "Kalau begitu kenalkan ke Lami boleh ya, kak?"

"Siapa?"

"Ya, kakak ganteng yang tadi sama kak Ko Eun," mata Lami sekarang berbinar, menampakkan wajah sok imut yang dia jadikan senjata untuk meluluhkan Ko Eun.

"Tidak boleh."

Lami mendengus saat mendengar perkataan Ko Eun, kemudian memprotes Ko Eun,"eiiihh, kok gitu!"

"Selesaikan skripsimu dahulu, baru boleh pacaran. Lagi pula Mark itu tidak baik untukmu," kata Ko Eun yang berdiri di depan kompor sambil mengaduk-aduk sup buatannya.

Tidak baik untuk Lami, karena dia adalah milik Ko Eun. Kurang lebih mungkin seperti itu. Kemudian Lami mendekatkan dirinya pada Ko Eun.

"Oh, namanya kak Mark. Kak Ko Eun benar bukan pacarnya kak Mark?"

Ko Eun menggeleng. Memang mereka belum resmi pacaran, kan?

"Tapi kalian mesra sih. Aku lihat tadi kak Mark sepertinya mau...kiss.." ucapan Lami terpotong karena Ko Eun sudah memelototinya. Gadis itu menampakkan cengiran lebarnya dan mengangguk-angguk tanda menyerah sambil berjalan kembali ke depan televisi.

"Aku memang tidak mengenal siapa kak Mark yang sebenarnya, semoga saja dia tidak hanya main-main dengan kak Ko Eun. Aku tahu kak Ko Eun sebenarnya jatuh cinta juga, kan, sama kak Mark?"

Ko Eun tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya akhir-akhir ini. Dia tidak tahu namanya saat jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya, atau dia akan berhalusinasi suara Mark yang selalu saja bisa masuk ke dalam otaknya. Dia juga tidak tahu perasaan apa yang sedang terjadi padanya saat Mark mencium bibirnya, gelombang hangat yang menyentuhnya, dan gelitikan aneh di perutnya.

Jatuh cinta?

"Entahlah, Lami."

*

*

*

*

Mark tersenyum kecil melihat chat yang baru saja dia kirimkan pada Ko Eun. Sebuah foto selfie dengan wajah lucu juga dia kirimkan. Meskipun hanya tanda read yang tampak di layar ponselnya.

Sebenarnya dia masih sebal dengan kejadian di depan rumah Ko Eun. Tapi entah kenapa dia tidak bisa lama-lama merajuk, sedangkan Ko Eun masih saja betah marah padanya. Gadis itu kembali jadi gadis galak yang Mark kenal.

Kalau dipikir-pikir sangat lucu, ternyata selama dua minggu Ko Eun berusaha menghindarinya karena kejadian di taman belakang rumah orang tuanya. Ko Eun marah karena ia sudah mencuri ciuman darinya tanpa seijin Ko Eun. Ah, gadis itu memang super cute.

Tak lama kemudian ponselnya bergetar, menampakkan sebuah notifikasi di status bar. Mata Mark melebar saat melihat ke layar ponsel. Senyumnya terkembang dan rasa excited membuncah begitu saja hanya karena satu hal. Ko Eun membalas pesannya. Dia kira gadis itu sudah tidur dan akan mengabaikan pesannya hingga pagi.

Mark, jangan usil deh ya. Aku sudah mengantuk, besok aku harus pergi ke Rumah Sakit pagi-pagi. Lagipula aku masih marah padamu.

Balasan Ko Eun membuatnya terkekeh. Gadis itu masih saja bisa jadi gadis galak. Dan hei, seharusnya dia yang merasa sebal karena tidak berhasil mencuri ciuman tadi.

Sure, doctor! I just wanna a good night kiss from you, and I'll let you go to the dreamland. Balasnya.

Setelah terkirim tak lama kemudian terlihat lagi sebuah notifikasi di layar ponsel Mark. Dengan cepat jarinya menggeser lockscreen, dan menampakkan chatroomnya dengan Ko Eun.

No more kiss, bye!

Kali ini Mark tergelak. Ah, gadis ini benar-benar lucu. Ko Eun yang serasa sangat sulit dia dekati, tapi perlahan membuatnya merasa sangat dekat. Dia memang sudah pernah merasakan jatuh cinta pada seorang wanita. Tapi yang ini rasanya berbeda. Gadis itu yang tidak terduga sudah mencuri hatinya, yang sudah membuatnya berusaha keras untuk mendapatkan perhatian Ko Eun. Mark jadi tahu bagaimana sulitnya berjuang mendapatkan hati seorang wanita.

Rasanya akan sangat menyenangkan jika Mark bisa terus bersama Ko Eun. Mungkin itu akan jadi kebahagiaan terbesar Mark.

Mark menarik selimutnya ke atas dadanya. Tangannya masih mengetikkan beberapa huruf di touch screen ponselnya. Kemudian dia bergumam pelan.

"Good night, Eun. I'll send you a kiss in the dreamland."

Sent.

Read.
23.30

*

*

*

*

Maafin kalo masih ada typo yah hehe. See you next chapter~ 😘

Nobody But MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang