[9] You and Me

1K 167 25
                                    

Mark berjalan di lorong Rumah Sakit dengan bersemangat. Setelah menyelesaikan meeting dengan Direktur Rumah Sakit, dia sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Ko Eun. Satu minggu ini mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ko Eun yang jadi sering tidak pulang dan lembur di Emergency room karena jadwal operasi yang padat, juga Mark yang harus disibukkan dengan proyek-proyek baru. Meskipun begitu mereka tetap berkirim pesan -Mark yang lebih sering sih.

Mark tahu Ko Eun jarang membalas pesannya. Dia tidak keberatan, lagipula dia sudah banyak belajar dari mantan pacarnya dulu. Menghadapi gadis keras kepala dan galak tapi manis seperti Ko Eun tidaklah mudah. Tapi Mark kira dia sudah berada dititik dimana air sudah bisa melunakkan batu yang keras.

Mark kembali membaca beberapa chat history yang ada di ponselnya. Terakhir kali pesannya dibalas oleh Ko Eun membuatnya melebarkan sudut bibirnya dan tersenyum seperti orang bodoh hanya karena ajakan makan malam yang disetujui oleh Ko Eun.

Aku selesai shift pukul empat sore. Aku akan menunggumu jika meetingnya belum selesai.

Rasanya ingin berteriak saat mendapat lampu hijau dari Ko Eun. Euphorianya masih dia rasakan sampai saat ini. Setelah Mark mengirimkan pesan kalau dia sudah menyelesaikan meetingnya, Ko Eun membalas kalau dia akan menunggu di lobby.

Mereka akhirnya pergi bersama. Mark menghentikan mobilnya di halaman depan sebuah rumah berlantai dua. Minimalis tapi tetap bagus untuk sebuah hunian. Halaman depannya yang dipenuhi dengan tanaman hijau dan bunga menambah kesan asri. Ko Eun sekarang memandang Mark dengan penasaran.

"Kau mau mengajakku makan malam di sini?" tanya Ko Eun.

Mark mengangguk dan tertawa kecil menanggapinya, "selamat datang di rumahku."

Ko Eun melebarkan pandangannya ketika mereka masuk ke dalam rumah dan disambut oleh ibunya Mark. Wanita itu dengan ramah menyapa dengan senyuman cantik dan memeluknya. Senyumannya sangat mirip dengan Mark. Ko Eun juga memberi salam pada ayah Mark yang sedang duduk santai sambil membaca buku di ruang tengah. Sebenarnya dia juga tidak menyangka kalau Mark akan membawanya ke sini. Bahkan Ko Eun tidak sempat dandan cantik, dan hanya mengenakan rok serta kemeja sederhana.

"Jadi ini pertama kalinya Mark membawa teman perempuannya ke rumah," kata Mamanya Mark saat Ko Eun membantunya menyiapkan makan malam di dapur. "Meskipun tante tahu dia punya pacar, tapi dia tidak pernah mengenalkannya pada kami. Kamu yang pertama, Eun."

Ko Eun menggeleng pelan. Wajahnya mulai memerah. Mamanya Mark tertawa kecil melihat reaksi Ko Eun yang terus menunduk memotong sayuran untuk salad. Padahal gadis itu sedang menutupi wajahnya yang sudah merah.

"Saya bukan pacarnya Mark, tante," jawab Ko Eun.

"Iya, bukan pacar Mark, Ma." suara Mark menyahut dari jauh. "Tapi calon menantu Mama."

Laki-laki itu sekali lagi sukses membuat wajah Ko Eun merah di depan ibunya. Apa sih yang dia katakan tadi. Sesaat ucapan Mark membuatnya melambung tinggi, setelah itu Ko Eun baru sadar kalau mereka hanya teman. Ko Eun tahu Mark itu menyukainya. Tapi mereka memang tidak terikat suatu hubungan.

"Dia sering cerita tentang kamu ke tante. Karena tante sudah ketemu sama kamu, tante jadi semakin percaya Mark jatuh cinta dengan orang yang benar. Dia itu bandel dan manja, apapun maunya harus dituruti, dan sepertinya kamu bisa mengimbanginya. Tante percayakan anak bungsu tante sama kamu, Eun."

Lagi-lagi ibu Mark membuat telinganya memanas. Gadis itu sebenarnya tidak mau berharap lebih.

Makan malam berempat dengan ayah dan ibu Mark adalah satu hal baru baginya. Entah kenapa Ko Eun merasa perasaannya mulai menghangat. Dia merasakan perasaan yang selama ini dia rindukan saat berada di tengah-tengah keluarga Mark. Ibu Mark yang tampak senang sejak dia datang ke rumah mereka. Bahkan wanita itu bilang kalau dia ingin anak perempuan seperti Ko Eun. Mark memang dua bersaudara, laki-laki semua. Kakaknya sudah menikah, tapi mereka tidak tinggal bersama orang tua Mark lagi. Mungkin jika kakak ipar Mark tinggal di sana, ibu Mark tidak akan kesepian.

Nobody But MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang