People calling love, but I'll be calling you
*
*
*
Memeriksa berkas-berkas proyek musim panas perusahaan dimana dia bekerja membuat kepala Mark sedikit berkedut nyeri. Tumpukan dokumen itu seakan tak ada habisnya. Menghantuinya setiap hari. Dan kakaknya tidak membantu sama sekali meskipun pria itu bilang sudah mereka selesaikan satu per satu dengan para investor. Tetap saja baginya ini masih terlalu banyak.
Meskipun dia suka dengan posisinya dan pekerjaannya, tetap saja manusia normal punya garis limitnya. Laki-laki dua puluh tujuh tahun itu menjadi pekerja keras semenjak patah hati dengan pacarnya yang pertama dua tahun yang lalu. Karena menurutnya hanya dengan begitu dia tidak sempat memikirkan wanita.
Ngomong-ngomong soal wanita, tiba-tiba saja dia teringat dokter Ko Eun yang semalam membuatnya sulit memejamkan mata. Ada rasa menyenangkan ketika mengingat wajah cantik itu. Ini pertama kalinya semenjak dia putus. Merasakan kembali perasaan aneh itu setelah dua tahun hatinya kosong. Mark mengakui dia sempat gagal move on.
Ponselnya bergetar, menampakkan sebuah nama di layarnya. Sekretaris Yoon. Ketika pria yang seumuran dengan ayahnya itu menelpon pasti tidak jauh-jaih dari urusan pekerjaan, rapat dengan investor, atau kunjungan bisnis. Dengan malas tangan Mark meraih ponsel yang diletakkan di atas meja.
"Ya, ada apa, Sekretaris Yoon?"
"Saya sudah dapat data yang anda inginkan, Pak Wakil Direktur. Semua data sudah saya kirim di email anda," katanya di ujung sambungan telepon.
Mark memutus sambungan teleponnya setelah mengucapkan terima kasih. Senyumnya terkembang secara langsung. Kemudian pria itu membuka laptopnya dan memeriksa email yang dikatakan Sekretaris Yoon. Benar saja, dia mendapatkan data lengkap seperti yang dimintanya tadi pagi.
"Ko Eun, 27 tahun. Nomor lisensi dokter 158471999. Lulusan terbaik jurusan Kedokteran Nasional University. Peraih gelar mahasiswa berprestasi selama tiga tahun berturut-turut. Berhasil menyelesaikan masa internship 2 tahun lebih cepat dari teman seangkatannya. Bekerja untuk Rumah Sakit Kyunghee sebagai Dokter Bedah sejak 1 tahun yang lalu."
Sangat menarik.
Hanya satu kata itu yang bisa Mark ungkapkan. Tidak salah kalau dia jatuh cinta pada dokter Ko Eun pada pandangan pertama. Wanita itu sudah berhasil membuat hatinya berdesir saat melihatnya merawat Jason, senyumnya yang menenangkan, matanya yang teduh, dan Mark cukup terkejut dengan track recordnya.
Pria itu masih sibuk dengan laptopnya. Membaca dengan serius setiap informasi yang tertulis tentang dokter Ko Eun. Entah kenapa dia semakin merasa mereka memang ditakdirkan untuk bertemu. Mark terus tersenyum sendiri dan fokus membaca. Hingga dia tidak sadar seseorang sudah masuk ke dalam ruangannya dan duduk di depannya.
Saking asyiknya dengan laptop, Mark tidak menghiraukan sekitarnya, membuat Donghyuk hanya berdecak heran. Niatnya ke ruang kerja Mark untuk membicarakan pendanaan proyek pembangunan dan sub-cabang, tapi yang dia dapatkan hanya Mark yang sudah seperti orang gila.
"Hei, Mark are you okay?" kali ini Donghyuk berhasil mengembalikan Mark ke bumi. "Seriously, kau bertingkah seperti orang gila."
Mereka sudah berteman lama, sejak mereka sekolah bisnis di New York. Mark dan Donghyuk tampak seumuran, padahal Mark setahun lebih tua dari Donghyuk.
"Oh, sejak kapan kau disitu?" tanya Mark yang malah membuat Donghyuk mendengus kesal.
"Apa sih yang ada di dalam laptopmu hingga membuatmu sampai lupa sekitar," selidiknya. Dan kemudian dia memutar posisi laptop Mark agar menghadap ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody But Me
FanfictionBut I'll be selfish and I don't care. Cause I want you, I need you all for me. Now I don't want anybody thinking just maybe. Nobody but me. Mark Lee to dr. Ko Eun © chielicious, 2016