Mark membaringkan badannya pada sofa yang berada di ruang kerjanya. Rasanya hari ini kepalanya sangat berat seperti ditimpa berkilo-kilo batu. Sebenarnya dia malas pergi kerja, kalau saja tidak ada rapat penting dengan kakaknya yang notabene adalah atasannya dan juga para pemegang saham, dia akan kabur dari kantor.
Setelah selesai rapat, Mark langsung masuk ke ruangan kerjanya. Dia melempar jas hitamnya ke sandaran sofa. Kemudian berbaring dan mencoba untuk memejamkan mata. Otaknya masih bekerja keras meskipun matanya sudah minta istirahat.
Sesaat dia kepikiran obrolannya dan Ko Eun beberapa hari yang lalu saat mengantar gadis itu pulang ke apartemennya. Beberapa hari sebelumnya, Mark dan Ko Eun tidak sengaja bertemu Dahyun di coffee shop yang berujung nongkrong bareng di sana. Ko Eun juga meminta Mark mengantar Dahyun pulang karena sejalan dengan apartemen Ko Eun.
Entah apa yang membuat gadis itu tiba-tiba menanyakan hal sensitif itu. Mark tidak menyalahkan Ko Eun yang lama-lama akan curiga. Mungkin gelagat Mark yang terlalu mencolok tidak bisa bersikap biasa, hingga Ko Eun ingin tahu lebih.
"So, kau dan dokter Kim Dahyun adalah teman lama?" tanyanya sebelum turun dari mobil waktu itu.
"Ya," jawab Mark singkat.
"Hm, tapi kalian tidak seperti teman lama saat bertemu kemarin," celotehnya. "I mean, biasanya teman lama akan begitu senang saat bertemu setelah sekian lama terpisah, saling bercerita pengalaman satu sama lain, atau setidaknya saling bertukar sapa hangat. But you are not."
Mark terdiam, dia tak bisa menjawab pernyataan Ko Eun. Semua yang Ko Eun katakan sukses membuatnya tersindir.
"Kenapa tiba-tiba tanya begitu?"
"Tidak, aku hanya ingin tanya saja. Kalau tidak mau jawab, ya tidak apa-apa."
Mark masih tidak mau menjawab untuk beberapa saat. Dia tahu hari ini akan datang. Ya, mungkin ini sudah saatnya dia membuka masa lalunya pada Ko Eun. Mungkin dia harus jujur, dan ini saat yang tepat.
Mata coklat Mark menatap lurus ke depan. Dengan bibir sedikit bergetar dia akhirnya berkata, "Dahyun... She is my ex-girlfriend."
Sekarang Ko Eun yang terdiam sejenak. Kemudian dia terkekeh pelan.
"Bingo!" desisnya. "Aku sudah firasat kalian memang ada apa-apa."
Reflek Mark menoleh ke arah gadis itu. Dia bahkan masih bisa melihat cengiran puas Ko Eun karena sudah berhasil mengorek informasi sampai akarnya. Mark hanya tidak percaya dengan gadis itu bisa menyikapi sesantai itu.
"Oke, sudah saatnya aku pulang," ujarnya sambil menunjuk jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya. "Terima kasih tumpangannya, hati-hati di jalan."
Dan setelah sampai di rumahnya, reaksi Ko Eun terus mengganggu pikirannya. Hingga sekarang pun Mark masih tidak terima dengan reaksi yang Ko Eun berikan setelah dia mengaku sebagai mantan pacar Dahyun.
Memangnya apa yang ia harapkan dari reaksi Ko Eun tempo hari?
"Damn! You are so dumb, Mark." umpatnya.
Diam-diam Mark ingin Ko Eun marah karena ia berusaha menutupi kebenaran kalau dia dan Dahyun dulu pernah dekat. Mark ingin Ko Eun ngambek padanya karena ia tidak jujur saja dari awal.
Mark ingin Ko Eun cemburu.
Thats it!
*
*
*
*
Ko Eun hanya memandang lembaran kertas hasil EKG tanpa berniat untuk menulis hasil intepretasinya. Bolpoin di tangannya pun hanya diputar-putar dan dimainkan sedari tadi. Dahinya berkali-kali mengerut. Bukan karena dia kesulitan membaca gambar listrik jantung yang mirip sandi rumput itu, tapi ada sesuatu yang lain yang dia pikirkan.
She is my ex-girlfriend.
Dan sialnya kalimat itu yang terus terngiang berulang kali di otaknya.
Karena penasaran yang tidak bisa ditahan lagi, akhirnya hari itu Ko Eun memberanikan diri untuk bertanya pada Mark. Ia sempat ragu, takut mencampuri privasi Mark. Tapi entah kenapa dorongan rasa penasaran itu tidak bisa dikalahkan.
Dengan susah payah Ko Eun mantap untuk bertanya. Awalnya dia ingin mengurungkan niatnya saat tahu raut muka Mark berubah mendengar pertanyaannya. Kalaupun Mark tidak mau menjawab juga tidak masalah sebenarnya, toh itu memang hal pribadi yang tidak semua orang boleh tahu.
Namun, saat Mark bersedia menjawabnya dan mengatakan kalau mereka memang pernah terlibat suatu hubungan yang lebih dari pertemanan, hatinya seperti diiris scalpel blade yang sudah karatan, tumpul dan menyakitkan. Sakitnya tidak langsung selesai, tapi berujung panjang hingga dia perlu semacam asam mefenamat untuk meredam rasa nyerinya.
Awalnya Ko Eun merasa biasa saja. Ia masih bisa menampakkan cengiran lebar dan menunjukkan wajah tidak ada masalah di depan Mark. Tetapi, lama-kelamaan rasa itu terus menganggunya saat ia sendirian.
Bayangkan saja, seseorang yang selama ini dekat denganmu ternyata pernah dekat dengan orang yang kau anggap sebagai panutan dan mengenalnya dengan baik. Rasanya Ko Eun tidak ada apa-apanya dengan Dahyun yang lebih sempurna dibanding dia. Bagai bumi dan planet pluto yang letaknya jauh bahkan hampir tidak terlihat.
Ko Eun menghela nafas panjang dan menjatuhkan kepalanya pada meja. Dia hanya terlalu kesal dengan perasaan aneh ini karena semakin lama semakin membuatnya tidak nyaman.
Sampai ia merasakan seseorang menggoyangkan pundaknya. Ko Eun bangun dan mendapati kepala perawat Park sedang menatapnya intens.
"Kau tidak apa-apa dokter Ko?" tanya wanita itu.
Ko Eun hanya bisa nyengir lebar, dan menjawab dengan anggukan. Wanita itu bertanya lagi kepadanya, sedikit tidak yakin dengan Ko Eun karena katanya tadi melihat Ko Eun menghentakkan kakinya dan juga membenturkan dahinya ke permukaan meja. Ko Eun lagi-lagi hanya bisa menjawab kalau dia baik-baik saja dengan cengiran lebar. Gadis itu baru merasa lega saat kepala perawat Park akhirnya pergi untuk mengecek pasien di hybrid room.
"Dari tim ambulance, sepuluh menit menit lagi ada pasien kecelakaan datang," ujar Dahyun menyenggol lengan Ko Eun.
Gadis itu terlonjak kaget, sedangkan Dahyun tertawa melihat Ko Eun yang tampaknya sedang tidak fokus. Mata cantik Ko Eun mengikuti wanita itu hingga menghilang di balik tirai salah satu bed pasien. Ko Eun menghela nafas berat. Melihat Dahyun yang seperti itu malah membuat hatinya ngilu.
Ya ampun, apa yang sebenarnya terjadi padanya?
*
*
*
*
Niat awal saya mau publish chapter ini besok tapi saya terlalu excited nontonin anak NCT di MAMA.
This chapter dedicate to NCT 127 for winning Best New Male Artist on MAMA 2016 😘🙌🎉
Btw Mark so freakin cute even with blonde messy hair wkwk
Thanks for reading, i love you ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody But Me
FanfictionBut I'll be selfish and I don't care. Cause I want you, I need you all for me. Now I don't want anybody thinking just maybe. Nobody but me. Mark Lee to dr. Ko Eun © chielicious, 2016