If I become the dark night,
will you be my twinkling star?*
*
*
"Oh, dokter Ko!" sebuah suara menyapanya sekembalinya Ko Eun dari Operating room. "Baru selesai?"
"Iya, empat jam hampir membuatku pingsan," jawabnya sambil melepas medical mask yang dia kenakan.
"Bagaimana dengan pasiennya?"
"Berhasil diselamatkan. Perdarahannya cukup banyak, vital signnya sempat drop, sempat cardiac arrest juga, tapi Tuhan masih menolongnya."
"Syukurlah. Selamat dokter Ko, kerja bagus."
"Terima kasih, Sunbae. Bukan hanya aku tapi tim kita. Aku senang bisa menyelamatkan nyawa orang lain, bukankah memang seharusnya begitu?" balasnya, yang disambut dengan anggukan setuju dari lawan bicaranya.
Dia cukup lega berhasil menyelesaikan tugasnya hari ini. Kadang menerima pasien gawat tidak terduga disaat injury time adalah hal yang biasa terjadi di Emergency room. Harusnya Ko Eun menyelesaikan shiftnya pukul empat tadi tapi kurang lima belas menit sebelum jam kerjanya habis, pasien baru masuk dalam keadaan parah dan harus mendapatkan operasi segera. Sering terjadi seperti ini, Ko Eun tetap rela jam kerjanya bertambah. Merelakan jam istirahatnya yang kalau dihitung-hitung tidak akan cukup memenuhi kebutuhan tidur sebagai seorang manusia normal dalam sehari.
"Pulanglah dulu. Kau pasti lelah," seniornya mendorong badannya agar berbalik pelan, menyuruh Ko Eun segera berganti pakaian dan pulang. Dia tahu Ko Eun sudah menjalankan tugasnya dengan sangat baik, sudah berkorban banyak untuk pofesinya. Ini memang sudah lewat jam kerjanya, di luar bahkan sudah gelap.
Ko Eun tersenyum membalas perintah seniornya. "Aku akan menyelesaikan laporan pasien dulu, agar bisa cepat dikirim ke ICU segera setelah pasien stabil."
Ko Eun kemudian berjalan menuju ruang dokter jaga. Di sana dia bisa leluasa mengerjakan laporan pasien yang baru saja ditangani. Karena kadang di dalam Emergency room cukup crowded dan kurang mendukung untuk mengerjakan laporan yang memang membutuhkan konsentrasi.
Sesampainya di ruang dokter jaga, Ko Eun langsung menjatuhkan badannya di kursi depan komputer yang berada di sudut ruangan. Masih dengan serangam berwarna birunya dan jas dokter berwarna putih, Ko Eun mulai berkutat dengan rekam medis virtual yang bisa diakses oleh semua paramedis di Rumah Sakit ini. Tak membutuhkan waktu lama, setelah empat puluh lima menit Ko Eun bisa menyelesaikan semuanya.
Dia melirik jam tangan yang melingkar manis di tangan kirinya, menunjukkan pukul 21.10. Ternyata tidak terasa hari sudah malam. Cepat-cepat dia pergi ke ruang ganti dan bersiap pulang.
Ko Eun mampir sebentar ke arah deretan lemari loker yang tidak jauh dari ruang ganti. Meletakkan jas berwarna putihnya dan nametagnya, juga mengambil totebag dan sweater. Memang sudah menjadi peraturan Rumah Sakit agar meninggalkan baju dinas di ruangan dan tidak boleh membawanya pulang untuk menghindari penyebaran kuman infeksi. Karena semua yang berada di Emergency room Rumah Sakit dianggap infeksius entah itu memang penyakit menular atau tidak. Dan akan ada petugas laundry khusus yang akan mencuci dan mensterilkan pakaian paramedis yang bekerja di sana.
Sudah siap untuk pergi pulang ke rumah, Ko Eun malah mendapatkan sebuah panggilan dari seseorang saat dia berjalan di lorong menuju pintu keluar.
"Dokter Ko Eun!" teriak seseorang memanggil namanya. Suara laki-laki di ujung lorong yang ternyata Perawat Kang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody But Me
FanfictionBut I'll be selfish and I don't care. Cause I want you, I need you all for me. Now I don't want anybody thinking just maybe. Nobody but me. Mark Lee to dr. Ko Eun © chielicious, 2016