"Selamat pagi, Eun," kata Mark membuat Ko Eun terlonjak kaget. Mark yang didapati sedang ngulet di sofa dekat ranjang hanya tersenyum dengan wajah polos setelah bangun tidurnya.
Ia melirik jam dinding yang tergantung di sebelah lemari, sekarang sudah pukul tujuh pagi. Dan parahnya Ko Eun tidak mendengar bunyi alarm dari ponselnya. Mark kini beranjak dari sofa tempatnya berbaring tadi, dan berdiri di depan jendela besar kamarnya, menyingsingkan tirai agar sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan yang cukup luas itu.
Ko Eun mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia ingat tadi malam dia tertidur di sofa ruang tengah. Tapi sekarang dia bangun dan berada di atas ranjang Mark. Pandangannya mengkuti setiap gerakan yang dibuat oleh Mark. Laki-laki itu malah menampakkan cengiran lebar seolah tidak terjadi apa-apa dengannya. Dia tampak seperti orang sehat.
"Kau... sudah baikan?" tanya Ko Eun. "Kau tidur di sofa semalam?"
"Ya, jangan khawatir aku sudah baikan. Hanya saja hidungku mulai berair, tapi sudah tidak pusing lagi kok," jawab Mark dengan cengiran lebarnya.
"Jadi kau yang memindahkan aku, dan benar-benar tidur di sofa semalam?" Mark hanya mengangguk. Ko Eun mulai meruntuki dirinya, bagaimana bisa dia tidak sadar kalau sudah dipindahkan oleh Mark. Dan dia tidur dengan pulasnya di atas ranjang yang nyaman, sedangkan Mark si pasien harus rela tidur di sofa. "Hei, kau ini pasien!"
Mark tidak menggubrisnya, malah berdiri sambil berkacak pinggang di depan Ko Eun. Menampakkan wajah sok galaknya, dan berkata sedikit manja. "Emm..aku lapar. Bisakah kau memasak sesuatu untukku, Eun? Buatkan aku sarapan ya. Dan hei, cepat mandi sana kalau tidak mau terlambat morning report."
*
*
*
*
Sekarang dia tahu kenapa Dokter Kim Dahyun menjadi ketua tim mereka. Wanita itu lebih dari kompeten, skillnya tidak bisa dianggap remeh. Dia disiplin, hati-hati dan teliti. Caranya memecahkan masalah dan jiwa leadershipnya sangat menonjol. Dibutuhkan orang yang cekatan dan selalu berpikir dengan kepala dingin untuk bekerja di Emergency room. Dan Dokter Kim Dahyun adalah orang yang memenuhi semua kriteria itu.
Dia wanita yang benar-benar perfeksionis seperti dugaannya.
Ko Eun bersama lima orang lainnya sedang duduk di meja bundar di salah satu sudut restoran. Mereka sedang makan malam di sebuah restoran China dekat Rumah Sakit. Ini kali pertama Ko Eun dan rekan-rekan dokter di Emergency room makan bersama Dahyun setelah hampir satu bulan dia menjadi bagian dari tim. Dahyun bilang ini dia lakukan agar dia bisa mengenal lebih dekat semua rekannya di Emergency room.
Mereka memang setiap hari bekerja bersama-sama di Rumah Sakit. Namun, jarang sekali mereka semua bisa berkumpul dan makan bersama di luar jam kerja seperti ini. Makan di kafetaria Rumah Sakit saja mereka harus curi-curi waktu di antara tugas yang banyak di ER.
"Sunbae, kenapa kau memilih kembali ke sini jika Rumah Sakit di Jepang berani memberikan gaji yang lebih menjanjikan?" tanya laki-laki di sebelahnya, Dokter Kang Jungshin yang seangkatan dengan Ko Eun.
Dahyun hanya tersenyum menanggapinya. Sedangkan dua orang temannya yang lain menatapnya penuh penasaran.
"Ada kalanya aku rindu berada di tanah kelahiranku sendiri. Ilmu yang kau dapat di luar akan lebih bermanfaat jika bisa diterapkan di tanah kelahiran sendiri. Bukankah harusnya begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody But Me
FanfictionBut I'll be selfish and I don't care. Cause I want you, I need you all for me. Now I don't want anybody thinking just maybe. Nobody but me. Mark Lee to dr. Ko Eun © chielicious, 2016