"Mark, ada kabar baik, eh, atau kabar buruk ya," ujar Donghyuk sambil menyelonong masuk ke dalam ruangan kerja Mark.
Pemuda itu langsung duduk dihadapannya yang sedang sibuk membuat dokumen presentasi di laptopnya. Sedangkan Mark masih fokus dengan apa yang ada di dalam benda elektronik itu. Donghyuk menarik napas dalam, bersiap untuk menceritakan apa yang baru saja dia lihat.
Sebenarnya Donghyuk ragu, antara dia harus memberi tahu Mark atau tidak. Ada beberapa kemungkinan yang dia pikirkan. Mark merespon baik tanpa terbawa perasaan, atau malah sebaliknya.
"Kenapa diam saja? Katanya ada berita yang ingin kau ceritakan?"
Donghyuk tersadar, "kau yakin ingin mendengarnya?"
Mark mengangguk pelan, menunggu Donghyuk bicara. Tampak wajah Donghyuk yang setengah ragu, tapi juga ingin cerita agar dia lega. Sampai beberapa saat Donghyuk malah diam dan hanya mengetuk-ketukkan jarinya di pegangan kursi yang dia tempati.
Mata Mark yang kini menyelidik. Sebenarnya apa yang Donghyuk ingin sampaikan ia juga ingin tahu. Kalau itu menyangkut perusahaan harusnya Donghyuk tidak perlu ragu untuk bicara.
"Dia sudah kembali," ujarnya takut-takut. "Kak Dahyun.."
"Aku sudah tahu," potong Mark.
Donghyuk sedikit merasa bersalah saat raut wajah Mark berubah. "Tapi kau tidak apa-apa, kan?"
"Apanya?"
"Maksudku, perasaanmu. Bagaimana? Tidak apa-apa?"
Mark tidak menjawab. Donghyuk malah mendengar desahan berat nafas Mark. Mata laki-laki itu memang menatap lurus ke arah layar laptop di depannya, tapi Donghyuk tahu sorot mata itu kosong. Bukan fokus ke dokumen yang ada di layar laptop.
Donghyuk menyandarkan punggungnya pada kursi. Dia juga ikut menghela nafas berat. Ia tahu ini akan menjadi sedikit rumit. Sesuatu yang harusnya sudah Mark kubur dalam-dalam, tapi kotak pandora itu malah terbuka karena sesuatu yang tidak terduga.
Mungkin bisa ditarik kesimpulan Mark belum sepenuhnya melupakan Dahyun, cinta pertamanya, pacar pertama, dan mantan pertama. Kalau saja Mark menuruti kata-katanya dulu untuk tidak main-main lagi dengan perempuan yang seprofesi dengan Dahyun, resiko bisa diminimalkan. Kesalahan kedua Mark yang Donghyuk sesali adalah dia tidak segera meng-official-kan hubungannya dengan dokter Ko Eun. Makanya waktu itu dia sempat kesal setengah mati karena Mark malah dengan santainya melewatkan kesempatan pertama dan berharap akan ada lagi kesempatan di kemudian hari.
See, sekarang kesempatan itu apa mungkin bisa datang untuk hal yang sama sekali lagi?
*
*
*
*
Lagi-lagi Mark menyeretnya untuk jalan berdua setelah pulang kerja Mark selalu saja seenaknya sendiri, juga bebal dan keras kepala. Tapi, Ko Eun tidak tahu kenapa akhir-akhir ini laki-laki itu terlihat berbeda. Dia yang selalu menunjukkan sikap manjanya di depan Ko Eun, tapi kali ini berbeda.
Seperti sedang mencari perlindungan.
Kadang tiba-tiba Mark memeluknya begitu erat. Terkadang juga tiba-tiba menggenggam jemarinya seolah tak ingin melepasnya. Seperti saat ini, Mark sedang menggenggam tangannya sampai dilihat orang sepanjang jalan komplek pertokoan yang mereka lewati. Ada rasa hangat dan aliran listrik kecil yang mengalir tiap kali tangan itu bertaut pada miliknya. Harusnya mereka tidak jadi sejauh ini. Mereka bahkan tidak terikat suatu hubungan.
Tapi Ko Eun selalu kalah dengan satu kata nyaman.
Sampai di depan meja order sebuah coffe shop, tangan Mark masih juga menggengam Ko Eun. Mark tahu Ko Eun penggemar kopi, tidak heran jika setelah kenyang makan masih ada tempat di perutnya untuk cairan hitam itu.
Ko Eun sibuk melihat daftar menu yang tertempel di dinding belakang kasir. Sesekali dahinya berkerut, membuat gadis itu terlihat lucu dilihat dari samping.
"Caramel machiato less sugar satu," ujarnya menyebutkan pesanannya pada gadis muda di kasir. "Kau mau yang mana? Hari ini aku gajian, aku yang traktir."
Ko Eun menunjukkan cengiran lebarnya saat menawarkan Mark untuk memesan kopi. Laki-laki itu malah pasrah dan mengendikkan bahunya.
"Terserah kamu, Eun."
"Hmm, kalau begitu.."
"Americano with hazelnut syrup dua," kata seseorang dari belakang mereka tiba-tiba.
Ko Eun menoleh dan menemukan wajah cantik yang sangat familiar. Wanita itu masih mengenakan kemeja tosca seperti terakhir kali dia lihat di Emergency room. Dahyun tersenyum lebar mendekati Ko Eun. Lalu berdiri disampingnya, dan mengulangi pesanannya agar dicatat oleh penjaga kasir.
"Kau masih suka Americano kan, Mark?" tanyanya.
Mark terdiam. Pegangan tangannya pada Ko Eun semakin erat, sedangkan Ko Eun berbisik memprotes minta dilepaskan. Katanya dia tidak bisa mengambil dompetnya dan sungkan dilihat Dahyun. Akhirnya Ko Eun mendorong Mark agar dia mencari tempat duduk duluan. Gerutuan kecil mulai keluar dari mulut laki-laki itu. Katanya kenapa mereka tidak langsung pulang saja, dan Ko Eun menjawab tidak enak dengan Dahyun.
Entah apa yang dipikirkan oleh Ko Eun yang selalu saja menjadikan Dahyun sebagai alasan. Kata-kata Ko Eun yang juga seolah menghipnotisnya, membuatnya menurut begitu saja.
Mungkin sudah satu jam Mark harus menahan perasaannya. Duduk satu meja dengan dua wanita yang membicarakan kehidupan Rumah Sakit dengan istilah-istilah asing baginya, sangatlah membosankan. Selama satu jam itu juga Mark hanya bisa memainkan ponselnya. Dia akhirnya mendownload juga game rekomendasi Donghyuk untuk membunuh rasa bosannya.
Dua wanita ini memang tidak ada habisnya membahas dunia kedokteran dan ruwetnya anatomi tubuh manusia. Beberapa kali Ko Eun bertanya pada Dahyun, dan Dahyun membantunya dengan mengajak berdiskusi. Mark melirik ke arah Ko Eun yang tampaknya tidak ada niat untuk mengakhiri acara diskusi itu.
Kemudian indera penglihatannya tak sengaja bertemu dengan mata bulat Dahyun. Gadis itu malah tersenyum melihat Mark yang terlihat bosan. Dahyun masih sangat ingat Mark selalu kesal saat Dahyun sedang kerja kelompok dan berbicara istilah yang tidak dia kenal, tapi masih saja memaksa ikut menemani. Saat laki-laki itu berada di titik kebosanan yang tidak bisa dia kendalikan lagi, maka Mark akan mulai memprotes minta pulang.
"Eun, pulang yuk. Aku mengantuk."
Benar, kan?
Ko Eun heran, padahal Mark sudah hampir menghabiskan segelas large Americano, masa dia bilang ingin pulang karena mengantuk. Dan karena Mark yang terus menerornya dengan rengekan seperti anak kecil, akhirnya dia menuruti Mark dan mereka pulang. Tapi ada satu hal yang membuat Mark menyesali permintaannya.
"Dahyun sunbae tidak bawa mobil, kan? Kalau begitu pulang bersama kami saja ya."
*
*
*
*
Duh mantan sama gebetan duduk bareng dan akrab, rasanya pasti kretek-kretek itu kokoronya wkwkwk saya paham banget Mark #hugsnuna 😂😂
Saya mau curhat dikit wkwkwk sebenarnya saya udah gatel mau publish Mean to be soalnya si cecans Jung Chaeyeon lagi ultah tapi hmmm gimana ya saya galau 😂😂😂
Yaudah deh thanks for reading, i love you so much guys 😘😘
![](https://img.wattpad.com/cover/86464645-288-k302007.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody But Me
FanfictionBut I'll be selfish and I don't care. Cause I want you, I need you all for me. Now I don't want anybody thinking just maybe. Nobody but me. Mark Lee to dr. Ko Eun © chielicious, 2016