Mark dan Dahyun sedang duduk berhadapan di salah satu meja kafetaria sebelah dinding kaca yang menghadap langsung ke taman belakang Rumah Sakit. Dahyun masih tidak menyangka akan bertemu dengan Mark di sini. Sudut bibirnya tak berhenti diangkat ke atas. Mata bulatnya memandang Mark dengan penuh kerinduan. Dan jantungnya masih saja berdetak cepat menuruti perasaannya yang excited.
Sedangkan Mark yang duduk dihadapannya masih terdiam tanpa ekspresi. Dia sama tidak percayanya. Setelah sekian lama mereka tidak saling bertatap muka, ada sesuatu yang membuat dia merasa seperti de javu.
"Long time no see, Mark." ujar Dahyun memecah keheningan di antara mereka.
Sungguh Mark membenci keadaan yang seperti ini. Mereka sudah berakhir dua tahun lalu, tapi rasanya Dahyun tidak menjadikan itu sebagai masalah. Jujur saja Mark tidak tahu harus bersikap bagaimana sekarang.
Tadi dia cukup terkejut melihat Dahyun ada di Emergency room dan mengenal Ko Eun, bahkan sekarang gadis itu ada dihadapannya. Dua tahun usahanya bertahan tanpa Dahyun terasa menguap sia-sia.
"Ya, long time no see," balasnya singkat.
Dahyun tersenyum kecil, "sepertinya aku tidak perlu bertanya bagaimana kabarmu. Aku melihat kau baik-baik saja."
"Ya, kau sudah melihatnya."
Mark tak tahu harus bereaksi bagaimana lagi. Dia senang bertemu Dahyun, tapi dia juga merasakan seperti ada luka lama yang harus terbuka lagi. Bertemu dengan Dahyun mengingatkannya pada terakhir kali mereka bertemu. Mereka sama-sama duduk saling berhadapan di sebuah cafe favorit mereka berdua di pusat kota. Dan Mark membenci apa yang mereka bicarakan hari itu.
"Sudah dua tahun berlalu dan kau sama sekali tidak berubah," kata Dahyun sambil meraih secangkir teh hangat di depannya. "Kau masih sama, Mark."
Mark hanya menatap cairan coklat dalam cangkir yang sekarang mulai kehilangan uap panasnya. "Aku masih Mark yang dulu, hanya yang berbeda adalah perasaanku. Sejak kita memutuskan jalan kita masing-masing, aku berusaha keras untuk merubah perasaanku."
"Aku sungguh minta maaf, Mark," Dahyun menunduk penuh penyesalan. Ia tahu itu sudah sangat terlambat.
"Kita berdua tidak ada yang salah, kita yang sepakat, dan kita yang membuat keputusan," Mark yang sekarang ganti menatap Dahyun. "Lagipula itu sudah lama berlalu."
Mark merasakan suasana yang semakin aneh antara dia dan Dahyun. Semakin mereka bicara banyak rasanya semua masa lalu yang mereka berdua habiskan bersama terbuka lagi. Dadanya mendadak merasa nyeri.
Laki-laki itu melihat jam tangan yang melingkar di tangannya, "aku rasa kau harus kembali bekerja."
Mark menggeser kursi tempat duduknya, dan beranjak berdiri. Dia kemudian pamit untuk pulang. Ayolah, siapa yang bisa lama-lama menahan rasa perih pada luka lama yang sebenarnya sudah hampir sembuh. Mark juga tidak bisa terus berada di situ seolah dia baik-baik saja berhadapan dengan Dahyun.
Langkah kakinya mulai meninggalkan tempat duduknya, tapi ada langkah lain yang berusaha mengimbangi langkahnya. Dahyun menarik tangan Mark, menghentikannya.
"Tidak bisakah kau memberiku kesempatan lagi?" kata Dahyun.
Mark meraih tangan Dahyun, melepaskan genggaman jemari perempuan itu dari lengannya. Dia hanya menatap mata Dahyun dalam diam, tidak menjawab pertanyaan yang diajukan untuknya. Dan pergi begitu saja tanpa memberikan kejelasan.
Entah apa yang terjadi selanjutnya pada Dahyun, Mark tidak menoleh lagi ke belakang. Dia melangkahkan kakinya menjauh dan perlahan menghilang di balik pintu kafetaria.
*
*
*
*
Ko Eun harus jalan kaki dari Rumah Sakit kembali ke apartemennya. Setelah beberapa kali membantu mencari nomor telepon anak tadi di data kependudukan yang ada di internet dengan sedikit clue alamat rumah yang anak itu berikan, pada akhirnya dia menemukannya juga nomor telepon orang tuanya.
Setelah orang tua anak itu datang barulah dia merasa lega, Ko Eun sudah memberikan penjelasan kalau lembar persetujuan pemberian tindakan terpaksa dia dan Mark yang menanda tangani karena keadaan darurat. Untungnya, orang tua anak itu mengerti dan justru berterima kasih.
Ko Eun melempar sweaternya ke sembarang arah, dan membanting tubuhnya di atas kasur. Manik cantiknya memusatkan penglihatannya pada ornamen bintang glow in the dark di langit-langit kamarnya. Dan terdiam tanpa melakukan apapun untuk beberapa saat.
Ngomong-ngomong soal Mark, laki-laki itu benar-benar menghilang setelah menandatangi lembar persetujuan tindakan dan anak kecil tadi dibawa masuk ke ruang tindakan untuk dipasang gips. Ko Eun yang sibuk mencari kontak orang tua anak tadi baru sadar kalau Mark sudah tidak ada di Emergency Room lagi. Entah dia pergi kemana, teleponnya tidak dijawab dan pesannya juga tidak dibalas. Hingga setengah jam berlalu Mark tidak kunjung kembali dan pada akhirnya Ko Eun harus pulang sendiri.
Beberapa saat otaknya mengingat sesuatu. Mark yang menampakkan wajah tidak biasa ketika Dokter Dahyun muncul dihadapan mereka. Dan ketika ada kesempatan dia bertanya, Mark menjawab Dokter Dahyun adalah teman lamanya.
Ayolah, Ko Eun tidak bodoh. Dia bisa melihat sorot mata yang berbeda dari keduanya. Dan itu membuat dadanya tiba-tiba merasa seperti dicubit hingga terasa nyeri.
Ko Eun meraih bantal yang menjadi penyangga kepalanya, dan menutupi wajah cantiknya dengan bantal. Menenggelamkan seluruh kepalanya, dan berusaha untuk menghilangkan rasa penasaran yang sangat menjengkelkan ini. Tapi kemudian Ko Eun malah berpikir lagi seperti ada sesuatu yang tersembunyi di antara Mark dan Dahyun.
Dan dia ingin tahu.
*
*
*
*
Sepertinya saya nulis banyak cliffhanger akhir-akhir ini haha Mark Koeun shipper sabar yak there is a rainbow after the rain kok wkwkwk
Karena memang hidup ini nggak melulu manis-manisan dan nagih kayak permen, kalo kebanyakan makan manis ntar kena diabetes #eaaakk makanya saya buat satu konflik biar seru dan greget. Hidup ini bukannya kayak naik rollercoaster kan ya (duh saya jadi baper 😂😂)
Ya abaikan saja itu tadi kurang lebih curcol karena sedih girlgroup second generation udah pada disband wkwkwk
Ohya saya bikin buku baru, Jaehyun-Chaeyeon story. Kali aja pingin nengokin, bisa cek di works saya hehe
Thanks for reading, happy monday ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody But Me
FanfictionBut I'll be selfish and I don't care. Cause I want you, I need you all for me. Now I don't want anybody thinking just maybe. Nobody but me. Mark Lee to dr. Ko Eun © chielicious, 2016