Dia terbangun ketika sebuah suara masuk ke dalam indera pendengarannya. Alarm pagi yang disetting rutin berbunyi pukul 06.30 setiap hari berhasil membuatnya sadar dia harus bangun. Dia meraba ponsel di saku sweaternya, berusaha mematikan benda yang menjadi sumber kebisingan itu. Ini adalah hari minggu, tapi dia harus bergegas bangun dan pergi kerja.
Tangannya kini meraba meja kecil di pinggir ranjang, biasanya sebelum tidur dia akan menyiapkan segelas air putih dan akan meminumnya saat bangun tidur. Ternyata benda yang dicarinya tidak ada, Ko Eun berpikir mungkin tadi malam dia lupa. Lalu tangannya bergerak meraba selimut dan permukaan kasur yang perasaan agak sedikit berbeda dari miliknya. Meskipun belum sepenuhnya sadar karena nyawa belum terkumpul seratus persen, Ko Eun tahu selimut yang dia pakai bukan selimut miliknya, juga kasur yang sekarang lebih empuk dan lebih terasa luas.
Ko Eun membuka matanya paksa, menampakkan langit-langit berwarna putih, bukan langit-langit yang ada bintang-bintang glow in the dark yang berada di kamar miliknya. Spontan Ko Eun terbangun dan berteriak.
"Huwaaaaaaa!!!"
"Masih pagi buta begini, tidak perlu teriak-teriak, Eun," sebuah suara laki-laki yang bersumber pada sofa yang terletak tidak jauh dari ranjang tempatnya berada sekarang.
Ko Eun tampak semakin terkejut, dan sekali lagi berteriak. Kali ini sepertinya lebih keras. "Huwaaaaa!!"
Ko Eun membuka selimut, takut ia terbangun dengan keadaan mengerikan. Ehem, you know what I mean. Pakaian masih lengkap, dia masih memakai sweater merah mudanya, kemeja juga masih terkancing lengkap dan juga masih memakai celana jeansnya seperti semalam.
"Sudah dibilang, jangan teriak-teriak."
"Ke-kenapa aku bisa ada di sini bersamamu?"
Mark mengubah posisi tidurnya dari miring ke arah sandaran sofa menjadi berbaring. Dia baru bisa tidur beberapa jam yang lalu dan sekarang harus bangun secara paksa karena teriakan Ko Eun yang begitu nyaring.
"Kau ada di rumahku. Semalam kau tertidur di dalam mobil, dan aku tidak tahu harus mengantarmu kemana," katanya masih dengan mata tertutup.
"Kenapa tidak dibangunkan?" Ko Eun mulai menampakkan muka cemberutnya.
"Kamu susah dibangunkan," Mark kembali membenarkan posisi bantal yang ada di kepalanya, mencari posisi paling nyaman.
Semalaman tidur di sofa untuk pertama kalinya di rumahnya sendiri. Dia harus rela kedinginan, dan tidak bisa mendapatkan posisi yang enak. Kakinya jenjangnya terjulur di atas kepala sofa karena jika kelamaan dengan posisi meringkuk akan membuat punggungnya sakit.
"Mark!" teriak Ko Eun frustasi. "Kau... tidak berbuat aneh-aneh padaku kan?"
"Memangnya kau ingin diapakan?" jawabnya santai. Mark tahu, gadis itu pasti mukanya sudah memerah.
"Mark!! Dasar brengsek!"
Ko Eun seketika melempar guling berwarna abu-abu yang ada di sampingnya ke arah Mark. Pria menyebalkan itu malah memeluk guling yang mendarat tepat di depan wajahnya. Menarik selimutnya dan kembali pada posisi meringkuk menghadap ke sandaran sofa.
Mark terkekeh dibalik selimut yang menutupi seluruh badan dan wajah tampannya. Ko Eun yang uring-uringan di pagi hari jadi hiburan tersendiri baginya. Sedangkan si gadis masih syok dengan posisi yang sama di atas ranjang Mark.
"Kamar mandinya ada di sebelah sana," tangan besar Mark muncul dari balik selimut menunjuk ke sisi kanan ranjang. "Kalau kau haus ambil airnya sendiri di dapur. Sudah ah, jangan ganggu. Aku mau tidur lagi."
Kata terakhir Mark sukses membuat kepala Ko Eun seperti ada asapnya. Kakinya dihentak-hentakkan ke ranjang sambil menggerutu menyumpahi Mark yang sudah bertingkah tidak sopan padanya. Bisa-bisanya laki-laki ini begitu menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody But Me
FanfictionBut I'll be selfish and I don't care. Cause I want you, I need you all for me. Now I don't want anybody thinking just maybe. Nobody but me. Mark Lee to dr. Ko Eun © chielicious, 2016