Mark terbangun dengan tubuh yang terasa lebih ringan. Kepalanya sudah tidak seberat tadi, dia juga sudah tidak menggigil kedinginan padahal badannya terasa hangat. Efek obat penurun panas yang diberikan Ko Eun tadi sore cukup membantunya.
Dia mengerjapkan matanya, menatap langit-langit kamar yang hanya diterangi lampu tidur temaram. Mark meraba meja kecil di dekat ranjang, mencari ponselnya. Matanya sekarang menangkap angka 00.30 AM pada layarnya. Ia ingat terakhir kali ia terbangun tadi sekitar pukul delapan malam, suhu tubuhnya sudah turun kata Ko Eun. Kemudian ia kembali tidur lagi.
Ngomong-ngomong soal Ko Eun, gadis itu gagal pulang karena Mark merengek minta ditemani hingga pagi. Alasannya takut kalau tengah malam ia kembali demam. Ya, setidaknya Mark tidak sendirian dalam keadaan sakit seperti ini.
Mark kemudian bangkit, dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah itu ia pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Lampu ruang tengah masih menyala terang, Mark hanya bisa tersenyum saat menemukan seseorang sedang tertidur di sofa depan televisi sambil memeluk buku kecil di tangannya.
Tubuh kecil Ko Eun meringkuk di sofa. Mark lalu mendekat, dia urungkan pergi ke dapur. Mengamati lekat-lekat setiap inci wajah Ko Eun membuatnya merasakan desiran aneh di dadanya. Tampak wajah damai Ko Eun saat tertidur, membuat Mark tersenyum lebar. Ah, muka tidur gadis ini akan selalu jadi favoritnya, dia bahkan sangat manis saat matanya terpejam. Dia dua kali lebih cantik saat tidur.
Cukup lama Mark menyaksikan dalam diam pemandangan langka wajah tidur Ko Eun. Mendengarkan suara napas pelan gadis itu, dan menikmati suara degup jantungnya yang keras sendirian. Mark mengusap puncak kepala Ko Eun. Ia tahu gadis ini pasti sangat lelah bekerja, dahinya masih saja berkerut saat tidur seperti sedang memikirkan sesuatu. Seharian mulai dari pagi dia harus merawat pasien-pasien di Emergency Room dan bonus satu pasien ganteng seperti dirinya. Kemudian tangannya meraih tubuh Ko Eun, mengangkatnya dari sofa dan menggendong Ko Eun ke dalam kamarnya.
"Dasar gadis bodoh. Meskipun aku sedang sakit aku tidak akan membiarkan seorang gadis tidur di sofa," gumamnya sambil menggendong badan Ko Eun dan membaringkannya di ranjangnya.
Meskipun Mark sedang sakit, ia tahu manner sebagai laki-laki. Ko Eun tidak akan nyaman tidur di sofa, maka Mark memindahkan gadis itu ke ranjangnya agar Ko Eun bisa tidur lebih nyaman. Tangan besarnya menaikkan selimut tebal menutupi badan gadis berambut coklat itu agar tidak kedinginan.
Kemudian Mark ikut berbaring di sisi lain ranjang. Mengusap pelan kening Ko Eun, menyisihkan anak rambut yang keluar dari kuncirannya. Bisa melihat Ko Eun dari dekat seperti ini membuat dadanya terasa hangat dan jantungnya berdegup keras.
"Kau tahu, Eun, hanya kau gadis yang bisa membuat aku segila ini," gumam Mark lagi.
Entah apa yang membuatnya tertarik untuk mendekatkan wajahnya ke arah Ko Eun yang masih tertidur dengan tenang. Mark lalu mendaratkan sebuah kecupan di dahi Ko Eun, dan kemudian turun ke arah bibir mungil Ko Eun. Kali ini agak lama, dan Mark harus melepaskan ciumannya saat Ko Eun membuat gerakan.
Gadis itu masih saja memejamkan matanya. Mark sudah setengah mati menahan napas, dan menjauhkan dirinya takut ketahuan Ko Eun karena lagi-lagi dia bisa mencuri ciuman tanpa Ko Eun sadari. Nyatanya tidak ada tanda-tanda gadis itu terbangun, dan membuat Mark menghela napas lega. Sebegitu lelahnya sampai tidak sadar kalau Mark sudah mencuri ciumannya sekali lagi.
Mark terkekeh sendiri. Ia hanya merasa lucu, kenapa juga dia harus melakukan ini secara sembunyi-sembunyi. Namun, dia juga tak bisa menyembunyikan senyuman lebarnya. Ia merasa seperti main hide and seek karena saat dia mencium Ko Eun dalam keadaan sadar, maka gadis itu akan marah padanya dan ngambek berhari-hari seperti dulu.
Tangannya kini meraih tubuh kecil Ko Eun, membawanya lebih dekat dengannya. Kapan lagi dia bisa tidur sambil memeluk gadis menggemaskan ini. Ia akan minta maaf pada Ko Eun besok pagi kalau dia sudah bangun.
Kali ini Mark harus banyak berterima kasih karena Ko Eun sudah menjaganya, ia janji lain kali Mark yang harus menjaga Ko Eun. Mark memang bukan jadi pasien satu-satunya yang ditangani oleh Ko Eun, ada banyak pasien di Emergency room sebelum dia. Dan itu membuatnya senang dan bersyukur berlipat-lipat karena Ko Eun masih mengkhawatirkan dia dan memberinya perhatian.
"Terima kasih, Eun. Good night, sweetheart."
Setelah itu matanya tidak bisa benar-benar terpejam. Beberapa kali Mark terbangun dan mengecek jam, dan ini sudah ke empat kalinya. Mark masih berbaring di ranjang, di sampingnya masih ada Ko Eun. Mungkin ini karena dia terlalu lama tidur tadi sore dan menyebabkan insomnia seperti ini.
Masih pukul empat lebih tiga puluh menit saat ia terbangun untuk kelima kalinya. Pada akhirnya Mark memutuskan untuk pindah ke sofa sebelum Ko Eun bangun dan dia pasti akan berteriak kalau mendapati Mark tidur seranjang dengannya. Mark membawa satu bantal, dan mengambil selimut baru dari lemari, kemudian melemparnya ke sofa.
Ini sudah pagi dan ia masih belum bisa tidur. Mark hanya memandang langit-langit putih kamarnya. Kalau dipikir-pikir dia memang konyol, tapi entahlah ini sangat menyenangkan baginya. Mark melirik ke arah ranjang, Ko Eun masih saja pulas di alam mimpi. Dia tersenyum. Rasanya menyenangkan jika momen tadi malam hanya dia simpan untuk dirinya sendiri. Suatu saat nanti dia akan mengaku pada Ko Eun tentang hal semalam, kalau dia sudah mencuri ciuman darinya dua kali.
Thanks for your sweet lips, I really love it!
*
*
*
*
Halo, pakabar?
Saya bikin ekstra chapter nih, semoga masih ada yg nyimpen Nobody But Me di library heheheSemoga kalian suka sama part ini, itung-itung buat kado end-of-year 2016 hahaha
Happy holidays, Happy New Year.Saturday, December 31, 2016
With love,Cil 💖
![](https://img.wattpad.com/cover/86464645-288-k302007.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody But Me
FanfictionBut I'll be selfish and I don't care. Cause I want you, I need you all for me. Now I don't want anybody thinking just maybe. Nobody but me. Mark Lee to dr. Ko Eun © chielicious, 2016