Donghyuk hanya bisa melebarkan matanya saat Mark bilang ingin mengajaknya hangout. Ia kemudian hanya tertawa mengejek Mark yang pasti sedang kesepian karena ditinggal jaga malam di ER oleh Ko Eun. Semenjak sibuk jatuh cinta dengan dokter Ko Eun, Mark memang agak susah diajak main bersama meskipun hanya untuk makan sepulang kerja atau nongkrong di cafe. Alasannya, tentu saja Mark sudah ada janji dengan Ko Eun.
Donghyuk lebih tidak menyangka lagi kalau sekarang mobil Mark sudah berbelok di parkiran Artesian. Ia tahu sudah lama Mark menghentikan kebiasaan pergi ke bar. Dulu masih sering main tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu saat Mark masih jadi anak labil awal usia 20 tahun.
"Yakin mau masuk?" tanya Donghyuk.
Mark mengangguk sambil mematikan mesin mobilnya dan mencabut kunci mobilnya. Donghyuk hanya berpikir anak ini sedang tidak waras atau bagaimana tiba-tiba mengajaknya pergi ke bar. Bukan berarti Donghyuk juga anak baik-baik yang tidak suka pergi ke sana, dia sesekali ke sana kalau sedang stress berat. Tapi ini Mark. Seorang Mark Lee yang dulu pernah berjanji tidak akan pergi ke tempat hiburan malam lagi.
Dia bilang lebih baik minum-minum di apartemennya, sendirian, dan tidak menyusahkan orang lain kalau dia mabuk. Itu prinsipnya.
"Awas saja kalau kau nanti minum banyak dan menyusahkan aku," gerutu Donghyuk.
Mark tertawa, "itu gunanya aku mengajakmu."
"Sahabat yang mau jadi supir orang mabuk ya cuma aku nih."
"Udah ah, Kak Johnny sudah ada di dalam nunggu kita."
Yang ada dibayangan pasti ini sebuah club malam yang penuh dengan anak muda labil yang sedang pesta dengan musik keras EDM. Tempat ini bukan yang seperti itu, Artesian bukan bar murahan seperti kebanyakan. Tempat ini didesain sedemikian rupa agar terlihat berkelas, tempat yang terlalu mahal untuk didatangi kalangan biasa.
Ada empat lantai sebenarnya, di lantai satu ada sebuah restoran dan bistro Italy dengan konsep vintage yang suasananya terasa sangat homey, di lantai dua dan tiga adalah kantor manajemen restoran, dan lounge bar terletak di rooftop. Saat elevator terbuka maka tidak akan ada yang menyangka kalau ada lounge yang luxury terletak di atap sebuah gedung. Tempat itu di desain dengan atap kaca yang menaungi hampir tiga perempat luas rooftop, smoking area atap terbuka yang dibatasi dinding kaca dengan tanaman merambat yang menutupinya, juga area balkon dengan lantai kaca tebal tempat favorit pengunjung untuk berfoto.
Mark dan Donghyuk berjalan ke tengah ruangan dimana meja melingkar yang di tengahnya ada tiga orang bartender yang sedang bekerja. Mereka menghampiri Johnny yang sudah duduk duluan di sana sambil menyesap cocktail yang jelas mengandung alkohol. Laki-laki yang terlihat lebih tua itu menyambut mereka berdua dengan pelukan.
Tiga orang ini ngobrol banyak mengenai hidup mereka. Suara musik yang terdengar tidak terlalu dipedulikan oleh tiga laki-laki ini. Johnny beranjak dari tempat duduknya dan bilang dia ingin pergi ke toilet sebentar. Sekarang tinggal Mark dan Donghyuk yang masih bertahan di tempat duduk mereka.
"Menurutmu aku harus bagaimana, Hyuk?" kata Mark sambil menyesap minumannya.
"Kau tidak sedang teler, kan, Mark?" Donghyuk yang balik bertanya malah mendapatkan satu pukulan pelan di bahunya.
Donghyuk menghela napas. Dia tahu Mark sedang galau, makanya dia mencari tempat ini sebagai pelarian. Dia merasa prihatin melihat sahabatnya seperti ini.
"Kemarin dia mengajakku ngobrol sebentar, aku tidak sengaja bertemu dengannya saat menunggu Ko Eun. Dia bilang dia masih cinta sama aku, Hyuk."
Tidak salah lagi, Donghyuk tahu Mark pasti sedang membicarakan Dahyun. Wajah gusar Mark terlalu kentara dan mudah ditebak. Donghyuk tahu ini memang rumit. Ya, tidak ada manusia yang hidup dengan cara mudah.
Sebagai teman yang mengenal Mark sejak lama, Donghyuk tahu bagaimana sahabatnya patah hati karena gadis pilihannya menyerah pada hubungan mereka. Donghyuk tidak menyalahkan Dahyun yang saat itu ingin mengejar cita-citanya, dia tahu keputusan itu juga berat bagi Dahyun. Mereka berdua tidak ada yang salah. Keduanya juga sama-sama tersakiti.
Dia tahu bagaimana Mark berusaha tetap hidup seperti biasa meskipun dengan perasaan yang terluka. Dia tahu bagaimana usaha Mark untuk move on meskipun kadang suka terbawa perasaan. Dia juga tahu posisi Mark sekarang dan bagaimana perasaannya yang mungkin masih ada sedikit sisa untuk Dahyun. Pasti hatinya terasa sangat sesak sekarang.
Donghyuk mengangkat gelasnya, "apa yang bisa aku lakukan untukmu? Aku cuma bisa jadi tong sampah curhatanmu, Mark."
Mark yang tidak menjawab terus saja meneguk setengah gelas cairan berwarna merah dan menyisakan cherry di dalam gelasnya.
"Meskipun kau tanya pada sepuluh orang yang berbeda, jawabannya pasti akan sama. Yang tahu jawabannya kau sendiri, Mark. Apa yang harus kau lakukan tanyakan itu sama hatimu."
Luka itu tidak ada yang bisa menutup kecuali Mark sendiri. Memang. Damn, it's true. Donghyuk sahabatnya kali ini bicara agak sedikit menohok hatinya. Sialnya kata-kata Donghyuk seratus persen benar.
"Tanyakan pada hatimu siapa yang membuatmu bisa tersenyum bahagia, siapa yang membuatmu nyaman, dan siapa yang kau lihat pertama kali saat kau menutup mata."
Mark tidak tahu bocah cengengesan macam Donghyuk bahkan bisa lebih dewasa darinya. Donghyuk memang sering membantahnya, sering tidak mendengarkan kata-katanya. Tapi ajaibnya dia selalu memberikan solusi yang boleh diperhitungkan. Dan mungkin kali ini Mark akan mencoba apa yang disarankan oleh Donghyuk.
*
*
*
*
Sebenarnya saya rada susah membuat diskripsi di chapter ini sampe saya harus tanya gugel buat riset biar ada bayangan detailnya wkwk dan sebenarnya itu terinspirasi dari tempat yang pernah sekali saya kunjungi pas jaman sumpeknya co-assistant sama teman-teman sekelompok saya, sebuah cafe dengan dua konsep berbeda, kurang lebih sama bentuknya kayak deskripsi saya di atas. But it's real cafe even my non-muslim friend still can order alkoholic drink 😂😂😂 Tapi beneran saya anak baik-baik dan innocent suer 😂😂😂
Oke, thanks for reading, i love you all ❤😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody But Me
FanficBut I'll be selfish and I don't care. Cause I want you, I need you all for me. Now I don't want anybody thinking just maybe. Nobody but me. Mark Lee to dr. Ko Eun © chielicious, 2016