Prologue

1K 94 116
                                    

"Ini yang kalian inginkan?! Baiklah, kalian tidak memberiku pilihan!!"

Seketika tubuhnya melayang. Asap hitam telah mengepul, mengelilinginya. Lantas, pedang yang tertancap ke lantai pun mulai bergetar dan melayang. Ditariknya pedang sakti itu dengan ilmu hitam yang dipelajarinya. Dalam sekejap, pedang sakti telah sampai di tangan si pria.

Kaisar terperangah melihatnya. Ia tahu ini harus segera dihentikan, akan tetapi dirinya terluka dan tidak sanggup menghentikannya. Darah segar nan kental mulai mengalir dari mulut sang kaisar.

Semua yang ada di dalam ruangan terkapar dalam keadaan terluka parah. Beberapa diantaranya sudah tak bernyawa.

Seorang gadis yang mengenakan baju sobek-sobek terkulai lemas di lantai, dengan tubuh yang bersimbah darah. Gadis itu melihat pria yang kini sedang melayang dengan pedang sakti di tangannya.

"Ja... jangan!" teriak sang gadis dengan sekuat tenaga yang tersisa.

Pria yang kini telah dipenuhi aura hitam pekat pun tak memedulikan ucapan sang gadis. Ia tetap menyerang kaisar. Dengan pedang yang diarahkan ke kaisar, tubuhnya melayang terbang berniat menancapkan pedang pada kaisar.

"Bila kau ingin memohon padaku untuk melepaskanmu... maaf sekali, semua sudah terlambat!"

Si gadis terkejut.

"Jangan!!!"

...

Dahulu kala, di zaman dinasti Wu sedang berjaya. Hiduplah seorang kaisar yang tegas dan bijaksana ia adalah kaisar Wu Lun.

Keahliannya dalam bela diri dan menyusun strategi, serta memimpin pemerintahan, mengundang decak kagum dari rakyatnya. Ia memiliki permaisuri dan selir-selir yang cantik dan anggun. Namun di antara permaisurinya dan semua selir-selirnya, ia paling mencintai seorang perempuan yang kini telah dijadikan sebagai selirnya secara paksa menggunakan kuasanya, tahtanya. Perempuan itu bernama Lin Xue En. Lin Xue En tinggal di istana Ming Xia Feng, yang besar dan megah.

Sayangnya, Xiao En , begitulah ia akrab di panggil, jatuh cinta pada pendekar yang memiliki aura jahat dalam dirinya. Pendekar bernama Lu Han itu pun mencintai Xiao En yang lemah lembut. Hanya saja, kerajaan terlalu kuat untuk dilawannya seorang diri. Sekalipun ia menggunakan ilmu hitamnya, ia hanya bisa membunuh beberapa ratus prajurit saja. Sedangkan dalam kerajaan, jumlah prajurit mencapai puluhan ribu, bahkan ratusan ribu prajurit. Terpaksa ia hanya bisa pasrah dengan ketidak berdayaannya.

Hingga suatu malam, Lu Han menyelinap masuk ke dalam kerajaan tanpa diketahui. Ia bermaksud menolong Xiao En. Akan tetapi, karena takut, Xiao En menolak dibawa pergi meninggalkan istana olehnya. Karena bila ia pergi, kaisar tidak akan tinggal diam dan kemanapun mereka pergi, pada akhirnya akan tertangkap juga. Dan Xiao En tidak ingin itu terjadi pada Lu Han, pria yang dicintainya. Dan... hubungan terlarang terjadi malam itu.

Lalu...

Selir Lin Xue En pun hamil. Semua mengira ia mengandung anak dari kaisar, begitupun kaisar yang menyangka itu anaknya. Tapi kenyataannya, Xiao En mengandung anak Lu Han. Lu Han yang mendengar kabar bahwa Xiao En hamil, menjadi lebih sering menyelinap ke dalam istana menemui Xiao En.

Sampai suatu hari, sehari setelah selir Lin Xue En melahirkan seorang pangeran, kaisar yang berniat menjenguk selir kesayangannya. Namun tanpa sengaja mendengar percakapan Xiao En dan Lu Han tentang anak mereka yang baru saja lahir dari luar istana Ming Xia Feng. Kaisar murka dan mendobrak masuk. Melihat selirnya dipeluk oleh pria lain, kaisar dengan gelap mata berusaha membunuh Lu Han dengan pedang pengawalnya. Terjadi pertengkaran sengit antara kaisar Wu Lun dan Lu Han. Para prajurit mulai berdatangan untuk membantu kaisar. Lu Han mulai kesulitan melawan para prajurit karena luka tusukan dari kaisar yang mengenai pinggangnya. Dan kaisar juga terkena luka tusukan di dadanya. Kaisar tersandar ke dinding sambil melihat Lu Han yang telah terkepung. Dengan cara terakhir, Lu Han mengeluarkan jurus
Hei Mo Wang, jurus iblis hitam, dan menebas para prajurit hingga terbelah dua. Lalu Lu Han meloloskan dirinya, lalu pergi meninggalkan Xiao En dan putranya.

Kaisar menghampiri bayi yang baru berumur satu hari itu dan berniat menancapkan pedangnya pada bayi mungil itu. Xiao En berlutut dan bersujud dengan air mata yang berlinang, memohon ampunan dari kaisar. Walau dengan berat hati, kaisar akhirnya mengurungkan niatnya untuk membunuh bayi tak berdosa, yang kini tepat berada di depan matanya.

Setelahnya, selir Lin Xue En mendapat hukuman cambuk sebanyak seratus kali, yang hampir saja merenggut nyawanya. Walau apa yang diperbuat Xiao En salah, tapi kaisar tetap mencintainya, namun tak berdaya untuk meloloskannya dari hukuman. Setelah dicambuk, selir Lin Xue En dikurung dalam penjara istana. Untuk menutupi kesalahan yang akan mengakibatkan nama baiknya menjadi tercela karena perbuatan selirnya. Dan dengan terpaksa kaisar mengakui anak yang telah lahir itu sebagai putranya, dan resmi menjadikannya pangeran ke-7. Hanya saja kaisar tidak bisa menghilangkan rasa bencinya pada pangeran ke-7, putra dari Lu Han dan Lin Xue En.

Semua kejadian pada hari itu ditutupi dengan sempurna. Prajurit yang melindungi kaisar di malam itu semuanya dibunuh oleh kaisar untuk menutupi kejadian terkutuk itu, untuk mempertahankan kewibawaan dan harga diri seorang kaisar.

Kini hanya tinggal rumor yang beredar, bahwa selir Lin Xue En selingkuh dan melahirkan seorang anak yang bukan anak kaisar. Diumumkan oleh kaisar, selir Lin Xue En di kurung karena memecahkan keramik kesayangan kaisar. Semua membicarakannya dan ragu pada alibi yang dianggap tak masuk akal, namun tidak bisa memastikannya. Karena tidak ada saksi mata yang tersisa.

Pangeran ke-7 diserahkan pada selir lainnya untuk diasuh. Akan tetapi, sang selir tidak menyukai pangeran ke-7. Dan tidak yakin dengan kebenaran kisah tentang pangeran ke-7. ketiga anak selir itu, seorang pangeran dan kedua putri pun sering mempersulit pangeran ke-7. Tapi sifat berani sang pangeran, dapat melawan sifat buruk saudara tirinya.

Ia tumbuh menjadi anak yang sangat cerdas dan tanggap. Ia berlatih ilmu bela diri juga ilmu pedangnya, dan dengan cepat ia sudah menguasainya. Dalam sekejap, pangeran ke-7 telah jadi bahan pembicaraan seluruh istana. Ada yang mengaguminya, namun ada juga yang berusaha menjatuhkannya.

Ketika target pangeran mahkota menjadi rebutan. Ambisi dan siasat juga aura ketamakan tak luput dari kerajaan. Semua berusaha menjadi yang terbaik. Semua berusaha mendekati kaisar dengan maksud tertentu.

Akankah gelar pangeran mahkota jatuh pada orang yang tepat?


...


Writer : Evelyn A Chandra

Legend Of Wu DinastyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang